Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ibrahim, Perjalanan Mencari Kebenaran dan Keimanan

21 November 2024   03:36 Diperbarui: 21 November 2024   06:51 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

1. Kota Ur dan Sejarahnya

Ur, sebuah kota kuno di Mesopotamia, merupakan salah satu peradaban tertua di dunia.

Nama kota ini berasal dari bahasa Akadia dan berlokasi di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak. Mesopotamia sendiri dalam bahasa Yunani berarti "di antara dua sungai," merujuk pada Sungai Eufrat dan Tigris. Dalam bahasa Arab, Irak berasal dari kata irqin, yang berarti dataran rendah, terutama kawasan Irak bagian selatan tempat Ur berada.

Kota Ur kemungkinan besar didirikan oleh bangsa Sumeria, tetapi namanya diberikan oleh bangsa Akadia, yang menggantikan Sumeria setelah kejatuhannya. Bahasa Sumeria adalah bahasa isolat, salah satu dari sedikit bahasa di dunia yang tidak memiliki hubungan dengan bahasa lain, seperti bahasa Ainu di Hokkaido, Jepang.

Pada milenium keempat sebelum Masehi, Babilonia menggantikan kerajaan Akadia. Pendiri Babilonia, Niram Shin, sering dikaitkan dengan Nimrod dalam Kitab Kejadian atau Namrudz dalam literatur Islam. Berdasarkan tradisi lisan Yahudi dan Islam, Ibrahim hidup pada masa ini. Ia adalah putra Terah (Azar dalam Al-Qur'an) yang lahir di Ur sebelum pindah bersama keluarganya ke Haran.

2. Pencarian Kebenaran Ibrahim

Sejak kecil, Ibrahim dikenal cerdas dan selalu bertanya tentang siapa yang layak disembah. Ketika bertanya kepada ibunya, sang ibu menjawab bahwa ayahnyalah yang disembah. Namun, ketika Ibrahim melanjutkan pertanyaan tentang siapa yang disembah oleh ayahnya, ibunya menjelaskan bahwa semua orang menyembah raja dan para dewa.

Kehidupan Ibrahim berubah ketika ia menyadari bahwa ayahnya adalah seorang pematung dan penjual patung berhala. Dengan keberanian luar biasa, Ibrahim memperingatkan pembeli, "Jangan sembah patung ini. Ini hanya benda mati yang dibentuk oleh tangan manusia." Kata-katanya sering menimbulkan perdebatan, tetapi Ibrahim tetap teguh dengan keyakinannya.

3. Ibrahim dan Tantangan Keimanannya

Pada suatu hari ketika Raja Namrudz pergi berburu, Ibrahim muda memasuki kuil kerajaan yang megah. Dengan tekad yang membara, ia menghancurkan semua patung kecuali satu, patung terbesar. Palu yang ia gunakan diletakkan di samping patung tersebut.

Ketika Namrudz kembali, ia memerintahkan untuk memanggil Ibrahim. Dalam persidangan, Namrudz bertanya, "Siapa yang menghancurkan patung-patung ini?" Ibrahim dengan cerdas menjawab, "Tanyailah patung besar itu. Bukankah ia yang memegang palu?"

Jawaban Ibrahim membuat Namrudz terdiam. "Bagaimana mungkin patung bisa berbicara atau bertindak?" ujar Namrudz dengan gusar. Ibrahim tersenyum dan menjawab, "Jika ia tidak dapat berbicara atau bertindak, mengapa kalian menyembahnya?" Perdebatan itu membongkar logika penyembahan berhala, tetapi juga memunculkan kemarahan besar di hati Namrudz.

4. Pengasingan dan Pencarian Tuhan

Karena tindakannya, Ibrahim dihukum oleh Namrudz. Sebelumnya, orang tua Ibrahim telah menyembunyikannya di gua karena ramalan yang mengatakan seorang anak laki-laki akan menjadi ancaman bagi kerajaan Namrudz.

Di gua itu, Ibrahim mulai merenungkan keberadaan Tuhan. Pada malam hari, ia melihat bintang-bintang bersinar terang dan berpikir, "Inilah Tuhanku." Namun, ketika bintang-bintang lenyap, ia mulai ragu. Ketika bulan muncul, ia berpikir bahwa bulan adalah Tuhan, tetapi keyakinannya kembali berubah ketika bulan menghilang. Begitu pula dengan matahari, yang awalnya ia anggap Tuhan, namun akhirnya ia menyadari bahwa semuanya hanyalah makhluk ciptaan.

5. Wahyu dan Keyakinan Ibrahim

Pada puncak pencariannya, malaikat Jibril datang kepadanya dan berkata, "Dialah Allah, yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, serta menggerakkan matahari dari timur ke barat." Ibrahim menemukan kedamaian dalam keyakinan kepada Tuhan yang Esa.

Namun, keyakinan ini membawa Ibrahim pada ujian lebih besar. Ia kembali dihadapkan pada Raja Namrudz. Dalam persidangan yang tegang, Ibrahim dengan tenang mengungkapkan kelemahan logika penyembahan berhala. Hal ini membuat Namrudz semakin murka, hingga ia memutuskan untuk menghukum Ibrahim dengan membakarnya.

Api yang dinyalakan berkobar besar, tetapi dengan mukjizat Allah, api itu tidak melukai Ibrahim. Peristiwa ini semakin menguatkan keimanan Ibrahim dan membuat banyak orang mulai mempertanyakan keyakinan mereka terhadap berhala.

Penutup

Kisah Ibrahim adalah kisah yang penuh inspirasi tentang pencarian kebenaran dan keteguhan iman. 

Dari kota Ur hingga pengasingannya di gua, Ibrahim menunjukkan bahwa keimanan sejati tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses pencarian mendalam dan keberanian untuk menentang kebatilan.

Kisah Ibrahim mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mencari kebenaran, mempertanyakan hal yang salah, dan berpegang teguh pada keyakinan meskipun dihadapkan pada tantangan yang besar. 

Dalam dunia yang penuh godaan dan kebimbangan, kisah Ibrahim menjadi lentera yang menerangi jalan menuju keimanan sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun