Arga berdiri di belakangnya, terengah-engah. "Sinta... apa yang sedang terjadi? Apa yang telah kau lakukan?" suaranya pecah, penuh kebingungan.
Sinta menoleh dengan senyuman yang mengerikan. "Ini adalah harga yang harus aku bayar, Arga. Aku sudah cukup lama hidup dalam kebohongan ini. Aku... aku harus membayar semuanya."
Tanpa peringatan, Sinta jatuh ke tanah dengan suara mengerikan. Tubuhnya mengeras, tidak bergerak lagi. Arga berlari menghampirinya, namun sudah terlambat. Sinta telah menghilang, hanya menyisakan jejak kaki yang hilang ditelan kabut hutan yang tebal.
Kakek Sinta datang terlambat, hanya bisa menatap tempat Sinta terjatuh dengan tatapan kosong. Ia menggenggam tangan Arga yang gemetar.
"Kadang, ada harga yang harus dibayar untuk sesuatu yang tak kita pahami. Sinta telah membuka pintu yang seharusnya tidak ia sentuh," kata kakek itu dengan pelan, nadanya penuh dengan penyesalan.
Arga menatap kosong ke arah tempat Sinta terjatuh. Hatinya hancur, lebih hancur dari yang pernah ia bayangkan. Tak ada yang bisa membawanya kembali. Puasa ngebleng telah mengubah hidupnya selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H