Arga terperanjat, tubuhnya gemetar saat melihat istrinya dalam kondisi seperti itu. Ia mengguncang-guncang tubuh Sinta, berusaha membangunkannya. "Sinta! Bangun! Ini bukan dirimu!"
Namun Sinta tetap terdiam, matanya kosong, bibirnya bergerak, tetapi suaranya tidak berasal dari mulutnya. "Aku... aku harus menebus semuanya... semuanya harus selesai..."
Arga terhenyak. Tubuhnya seperti dibekukan oleh ketakutan. Suara itu bukan milik Sinta. Itu suara yang lebih dalam, seperti berasal dari dunia yang jauh lebih gelap. Arga merasakan kegelapan itu semakin menguasai mereka.
Dengan panik, ia berlari keluar rumah, memanggil kakek Sinta yang sudah lama tidak terlihat. Kakek itu dikenal dengan pemahaman mendalam tentang tradisi dan dunia gaib. Tidak lama kemudian, kakek itu tiba dengan wajah serius, matanya memancarkan kekhawatiran.
"Kakek, tolong..." kata Arga dengan suara serak, menahan air mata yang hampir pecah. "Apa yang terjadi pada Sinta? Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan."
Kakek itu mengangguk, mendekati Sinta yang duduk terdiam, tubuhnya kaku dan wajahnya kosong. Ia duduk bersila di hadapan Sinta, mulai melafalkan doa-doa dan mantra-mantra yang hanya dimengerti oleh sedikit orang. Angin di sekitar mereka mulai berputar kencang, dan udara terasa semakin berat.
"Pasa ngebleng ini bukan hal yang sederhana, Arga," kata kakek itu dengan suara dalam, seakan menambah ketegangan. "Puasa ini menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain. Dan Sinta sudah membuka pintu yang seharusnya tak boleh disentuh oleh manusia."
Saat itu, tubuh Sinta bergerak tanpa kendali. Ia berdiri dan melangkah dengan kecepatan yang tak wajar, menuju hutan di belakang rumah. Arga berlari mengikutinya, nafasnya terengah-engah, ketakutan melanda dirinya.
"Sinta! Kembali!" teriak Arga, namun Sinta tetap melangkah tanpa menoleh.
Di tengah hutan, Sinta berhenti. Wajahnya kosong, matanya menatap langit yang dipenuhi awan gelap. Tubuhnya seolah terhisap oleh sesuatu yang tak tampak, namun kuat sekali. Di sekelilingnya, udara terasa begitu tebal, dan sebuah suara keras terdengar dari dalam dirinya.
"Ini adalah akhir, Sinta. Tidak ada yang bisa kembali setelah ini," suara itu berbicara lagi, kini lebih dalam, lebih mengerikan.