Arjuna menggenggam surat itu dengan tangan gemetar. Ia tahu ini bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari sesuatu yang lebih menyeramkan.
Di pemakaman Pramudya, Arjuna berdiri dalam kesunyian. Ia membawa bibit pohon kecil, lalu menanamnya di atas makam sahabatnya.
"Sebuah pohon untuk harapan, Dya," bisiknya pelan. "Mungkin kita gagal kali ini, tapi mimpi kita tak akan mati."
Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, menyinari bayang-bayang kepentingan yang masih menyelimuti Surya Kencana. Di dunia politik, kemenangan sering kali tak berarti, dan kekalahan lebih berarti daripada yang terlihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H