Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang

12 November 2024   19:53 Diperbarui: 12 November 2024   19:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. radarbanjarmasin.com

Ibu menggenggam tanganku erat, wajahnya serius. "Dengar, Nak. Keputusan kamu nggak salah. Awalnya, ibu memang merasa ditinggalkan, tapi ibu sadar, kamu berusaha supaya ibu dirawat dengan baik. Di sini ibu menemukan teman, orang-orang yang mengerti. Ibu jadi paham bahwa anak-anak mereka juga tidak 'membuang', tapi menitipkan dengan harapan kami dirawat lebih baik."

Aku terdiam, merasa sesak mendengar pengakuan ibu. Dengan suara pelan, aku mencoba menawarkan lagi, "Kalau ibu mau, aku bisa usaha lebih lagi supaya ibu bisa pulang..."

Ibu tersenyum lembut, lalu menggeleng. "Nak, kamu tahu? Waktu kamu masih kecil, ibu selalu berpikir... bagaimana kalau suatu hari nanti ibu tidak bisa mandiri lagi? Bagaimana kalau ibu membuatmu repot?" Ia berhenti sejenak, menghela napas, lalu melanjutkan, "Tapi sekarang, ibu ingin belajar menerima. Ibu mau jadi sosok yang tidak bikin kamu khawatir."

Aku mengangguk perlahan, berusaha mencerna kata-kata ibu. Ada beban yang tiba-tiba terasa luruh, tapi masih ada pertanyaan yang mengganjal di hatiku.

"Bu, apa ibu benar-benar nggak sedih di sini?"

Ibu tertawa kecil, suaranya jernih. "Awalnya, iya. Ibu merasa tersakiti, merasa seperti ditinggalkan. Tapi setelah ibu lihat teman-teman di sini, ibu jadi sadar. Ini bukan akhir. Justru di sini, ibu menemukan arti pulang, karena ibu merasa tenang dan damai."

Dia menunjuk sekumpulan anggrek berwarna oranye dan ungu yang bermekaran di dekatnya. "Kamu tahu, anggrek ini bisa mekar di mana saja. Karena ia belajar beradaptasi, menerima tempat baru di mana pun ia ditempatkan. Sama seperti ibu... tempat ini mungkin bukan rumah yang dulu, tapi sekarang, inilah rumah ibu."

Aku tersenyum samar, berusaha menyembunyikan air mata yang mengalir. Anggrek-anggrek yang ia tunjuk tampak indah, seindah pemahaman ibu tentang kehidupannya di usia senja. "Mungkin aku yang perlu belajar dari ibu... belajar menerima."

Ibu mengangguk pelan. "Iya, Nak. Dan ingat, rumah bukan selalu soal tempat, tapi tentang perasaan. Di mana pun kamu tinggal, selama ada rasa cinta, di situlah rumahmu. Jadi, tenanglah. Ibu sudah bahagia di sini, dan kamu tidak perlu datang karena merasa bersalah. Datanglah saat kamu ingin berbagi cerita."

Aku mengangguk, memeluk ibu dengan erat. "Makasih, Bu... aku akan selalu ingat pesan ibu."

Sebelum aku pulang, ibu memberiku seikat anggrek yang dipetiknya. "Ini, Nak. Pandanglah anggrek ini kalau kamu rindu. Ingat, ibu selalu di rumah... di hatimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun