"Pak Samin mah awet muda," jawab Gera. "Hari ini, Bapak nggak kelihatan beda sama kami."
Pak Samin tertawa. "Itu berlebihan, Gera. Tapi, terima kasih." Dia menepuk bahu Gera. "Semoga usahamu sukses, ya, Nak. Beranikan diri untuk gagal dan terus belajar."
"Siap, Pak!" sahut Gera, sembari menyiapkan pose untuk foto berikutnya.
Namun, suasana meriah berubah drastis saat nama Pak Samin dipanggil lagi, kali ini untuk menerima penghargaan khusus. Saat itu, Pak Samin tiba-tiba tersandung tongkatnya.
"Pak Samin!" Raka dan teman-teman di dekatnya langsung memegang tubuh beliau yang hampir terjatuh.
Pak Samin tertawa kecil, meski wajahnya terlihat pucat. "Aduh... anak-anak, saya memang sudah tua." Ia mengatur nafas sebentar lalu berkata, "Tapi... saya baik-baik saja."
Namun, saat Raka menuntunnya, Pak Samin tiba-tiba terdiam. Matanya perlahan menutup, tubuhnya melemah.
"Pak Samin! Pak!" Raka panik. "Tolong! Tolong, Pak Samin..."
Mahasiswa-mahasiswa lain berlarian, mencoba mencari bantuan. Aula hening, penuh kecemasan. Sementara itu, Gera yang ada di belakang panggung terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Dia menatap kameranya yang masih menyala, lalu beralih ke layar, memperlihatkan foto-foto terakhir Pak Samin yang tersenyum bahagia di atas panggung.
Esoknya, foto-foto itu menyebar di media sosial. Salah satunya adalah foto yang diambil Gera: Pak Samin berdiri sendiri di balik panggung, tersenyum lelah dengan mata berkilat, seolah sudah siap mengucapkan selamat tinggal pada panggung kehidupannya---tanpa kata terakhir, tapi penuh kebanggaan dan ketenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI