OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pada Sabtu, 9 November 2024, Ketua Majelis Masyayikh, Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), menggarisbawahi pentingnya penjaminan mutu dalam pendidikan pesantren.Â
Gus Rozin menyampaikan bahwa penjaminan mutu ini bukan hanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren, tetapi juga untuk memastikan daya saing pesantren di era globalisasi yang semakin kompleks.
"Penjaminan mutu adalah langkah konkret untuk memastikan pendidikan pesantren tetap dapat bersaing, namun tidak kehilangan kemandirian dan kekhasannya," ujarnya dengan tegas.
Penjaminan mutu, menurut Gus Rozin, bertujuan untuk menetapkan standar minimum yang tidak akan menghilangkan keberagaman kurikulum pesantren. Hal ini penting agar pesantren dapat terus beroperasi dalam ekosistem pendidikan yang sehat, berkelanjutan, dan berkualitas, sambil tetap menjaga tradisi yang telah ada. Gus Rozin juga menekankan bahwa penjaminan mutu tidak berarti menyeragamkan kurikulum pesantren, melainkan mengupayakan standar yang lebih terstruktur dan terukur.
Menjaga Tradisi, Menghadapi Era Modern
Abdul A'la Basyir, anggota Majelis Masyayikh lainnya, menambahkan bahwa pesantren harus tetap berpegang pada tradisi yang sudah ada, sambil mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Menurut Basyir, pesantren memiliki kekayaan tradisi yang perlu dipertahankan, tetapi dalam konteks modernisasi, pesantren juga harus mampu menanggapi tantangan zaman.
"Ini adalah warisan besar yang harus kita jaga dan kembangkan dalam konteks zaman sekarang," tegas Abdul A'la. Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki sejarah panjang dalam membentuk karakter bangsa, dengan menggabungkan nilai-nilai agama dan moral yang menjadi ciri khas pendidikan pesantren.
Bimbingan Teknis: Memastikan Implementasi Standar Mutu
Sebagai langkah lebih lanjut untuk implementasi penjaminan mutu, Majelis Masyayikh menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sistem Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Muadalah Salafiyah Angkatan I di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh 164 peserta dari berbagai elemen, termasuk anggota Majelis Masyayikh, perwakilan Kementerian Agama, serta Dewan Masyayikh dari pesantren-pesantren di seluruh Indonesia.
Bimtek ini bertujuan untuk memberi pemahaman yang lebih mendalam mengenai prinsip, konsep, dan praktik pengelolaan mutu pendidikan pesantren, baik dari sisi internal maupun eksternal. Dengan demikian, para peserta diharapkan dapat merancang rencana aksi yang jelas untuk mengimplementasikan standar mutu pendidikan yang dapat diterapkan di masing-masing pesantren.
Teori yang Mendukung Penjaminan Mutu di Pesantren
- Penjaminan Mutu Pendidikan: Definisi dan Konsep
Penjaminan mutu pendidikan merujuk pada sistematisasi upaya untuk memastikan bahwa pendidikan berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam konteks pesantren, penjaminan mutu harus mampu menciptakan keseimbangan antara meningkatkan kualitas pendidikan dan mempertahankan kekhasan tradisi yang menjadi identitas pesantren.
Menurut Arikunto (2010), penjaminan mutu pendidikan adalah upaya untuk memastikan bahwa pendidikan berlangsung dengan kualitas yang terjamin dan berkelanjutan. Dalam hal ini, penjaminan mutu di pesantren harus melibatkan aspek internal, yaitu kualitas pengajaran dan manajemen pendidikan, serta aspek eksternal, yang mencakup pengaruh kebijakan nasional atau standar pendidikan yang lebih luas.
- Penjaminan Mutu Tanpa Penyeragaman Kurikulum
Salah satu hal penting yang ditegaskan adalah bahwa penjaminan mutu tidak sama dengan penyeragaman kurikulum. Ini selaras dengan prinsip "differentiated curriculum" (kurikulum yang berbeda) yang relevan untuk pendidikan pesantren, yang mengutamakan keberagaman dalam pendekatan pengajaran. Pesantren yang mengintegrasikan pendidikan agama dan umum sangat membutuhkan kurikulum yang fleksibel dan tidak menyamaratakan semua pesantren.
Seperti yang dikemukakan oleh Tyler (1949), kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks sosial peserta didik. Dalam hal ini, kurikulum pesantren seharusnya mengakomodasi keragaman daerah dan tradisi yang telah ada, tanpa menghilangkan akar spiritual yang menjadi ciri khas pesantren.
- Pendekatan Ekosistem Pendidikan
Gus Rozin juga menekankan pentingnya menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung perkembangan pesantren secara holistik. Teori ekosistem pendidikan menyatakan bahwa setiap elemen dalam sistem pendidikan harus saling berinteraksi dan mendukung untuk terciptanya hasil yang optimal.
Bronfenbrenner (1979) dalam teori ekosistem sosialnya menyatakan bahwa perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh interaksi antara lingkungan mikro (keluarga, teman, pesantren), meso (hubungan antar elemen dalam pesantren), dan makro (kebijakan pemerintah). Dalam konteks pesantren, seluruh elemen, mulai dari pengelola pesantren, pengajar, santri, hingga masyarakat sekitar, harus bersinergi untuk menjaga mutu pendidikan.
- Bimbingan Teknis dan Implementasi Standar Mutu
Bimbingan Teknis (Bimtek) yang diadakan oleh Majelis Masyayikh adalah salah satu upaya penting untuk memastikan implementasi standar mutu pendidikan di pesantren. Menurut Sallis (2014) dalam Total Quality Management in Education, pelatihan dan pembinaan sangat penting untuk membangun dan mempertahankan kualitas pendidikan yang berkelanjutan. Bimtek memberikan pemahaman mengenai prinsip dan praktik manajemen mutu yang dapat diterapkan oleh pesantren dalam konteks lokal masing-masing.
Pendekatan ini menggunakan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang mendukung perbaikan berkelanjutan. Dengan demikian, pesantren dapat merencanakan langkah-langkah mutu yang efektif, melaksanakan pengajaran yang berkualitas, melakukan evaluasi secara teratur, dan terus melakukan perbaikan.
Kontribusi Pesantren Terhadap Pendidikan Nasional
Pesantren tidak hanya berperan dalam menciptakan kader bangsa yang cerdas, tetapi juga membentuk karakter dan integritas moral santri. Wahid (1999) mengungkapkan bahwa pesantren telah berkontribusi besar dalam mencetak individu yang tidak hanya terdidik secara intelektual tetapi juga memiliki moral yang kuat.
Dengan lebih dari 27.000 pesantren di Indonesia dan lebih dari 4 juta santri, seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Agama (2021), kontribusi pesantren dalam pendidikan nasional sangatlah signifikan. Riset dari LIPI (2017) juga menunjukkan bahwa pesantren yang menerapkan manajemen mutu berbasis akreditasi lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dibandingkan pesantren yang tidak menerapkannya.
Kesimpulan
Penjaminan mutu di pesantren adalah langkah strategis untuk memastikan kualitas pendidikan pesantren tetap bersaing di tingkat nasional dan global, tanpa menghilangkan kekhasannya.Â
Penjaminan mutu yang diterapkan harus bersifat inklusif dan adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa mereduksi nilai-nilai tradisional pesantren.Â
Berdasarkan teori yang relevan dan data yang valid, penjaminan mutu di pesantren harus memperhatikan keberagaman dalam sistem pendidikan tanpa merusak identitasnya.Â
Standar kualitas yang tepat dan pelaksanaan yang efektif akan mendukung pesantren dalam mencetak generasi yang berkualitas, yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H