Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peran Keluarga dalam Diplomasi, Apakah Anak Kepala Negara Bisa Menjadi Representasi Ibu Negara?

9 November 2024   06:07 Diperbarui: 9 November 2024   06:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, ada beberapa teori yang bisa dipertimbangkan. Dalam teori diplomasi tradisional, simbolisme keluarga pertama, termasuk ibu negara, memainkan peran penting. Ibu negara sering dianggap sebagai bagian dari "soft power" negara, yang mempengaruhi persepsi publik dan hubungan internasional melalui aktivitas sosial dan budaya. Namun, teori diplomasi yang lebih kontemporer, seperti diplomasi publik dan diplomasi keluarga, mengakui bahwa peran ini dapat diisi oleh siapa saja yang memiliki hubungan dekat dengan kepala negara---dalam hal ini, Didit sebagai anggota keluarga.

Kehadiran Didit Hediprasetyo dalam lawatan kenegaraan ini lebih dapat dipandang sebagai langkah pragmatis, dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa ibu negara mungkin tidak selalu terlibat dalam setiap kunjungan internasional. Kehadiran Didit, meskipun tidak menggantikan ibu negara, tetap memberikan kesan bahwa keluarga presiden turut berperan dalam mendukung dan memperkuat posisi diplomatik Indonesia di luar negeri.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, meskipun tradisi mengharuskan ibu negara hadir dalam banyak kesempatan kenegaraan, tidak ada aturan yang tegas yang mengharuskan hal tersebut. Kehadiran Didit Hediprasetyo sebagai pendamping Presiden Prabowo lebih bisa dipahami sebagai simbol dukungan keluarga dalam rangka mempererat hubungan diplomatik dengan China. Ia tidak menggantikan peran ibu negara, namun tetap membawa nilai representasi yang cukup penting dalam konteks diplomasi keluarga dan hubungan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun