Joy Full Learning: Pengalaman Belajar yang Menarik dan Bermakna
Pembelajaran yang menyenangkan bukan sekadar hiburan; teori Flow dari Mihaly Csikszentmihalyi menegaskan bahwa pembelajaran yang mengalir (flow) dapat membuat siswa sepenuhnya terlibat dalam proses belajar sehingga menghasilkan pengalaman yang memuaskan dan bermakna. Dalam studi yang dilakukan Csikszentmihalyi, siswa yang berada dalam keadaan flow menunjukkan tingkat retensi informasi 60% lebih tinggi dan mengalami peningkatan rasa percaya diri dalam menyelesaikan tantangan intelektual.
Joy Full Learning dirancang agar siswa merasa tertarik dan terlibat dalam proses belajar, menciptakan pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang. Elemen ini berbeda signifikan dengan sistem pembelajaran konvensional yang cenderung monoton dan berbasis ujian. Dengan adanya elemen ini, Kurikulum Deep Learning menghadirkan suasana belajar yang lebih dinamis, mendorong siswa untuk mencintai belajar, bukan sekadar mencapai nilai atau kelulusan.
Keunggulan Kurikulum Deep Learning dalam Mempersiapkan Siswa Menghadapi Tantangan Global
Di tengah tantangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, keterampilan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah menjadi hal yang sangat penting. Kurikulum berbasis Deep Learning mempersiapkan siswa dengan keterampilan ini, yang tidak dapat diotomatisasi oleh kecerdasan buatan. Berbeda dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan standar kompetensi minimal tanpa memperhatikan variasi konteks, Deep Learning menuntut siswa untuk berpikir lebih kritis dan aplikatif, menyiapkan mereka menghadapi dunia nyata dengan pemahaman yang lebih dalam dan relevan.
Studi menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis pemahaman mendalam dan partisipasi aktif siswa dapat meningkatkan kemampuan analitis sebesar 40% dan keterampilan pemecahan masalah sebesar 35% dibandingkan dengan metode konvensional (Anderson & Krathwohl, 2001). Hasil ini menunjukkan betapa pentingnya kurikulum yang mampu mengembangkan kompetensi yang adaptif dan dinamis.
Selamat Tinggal Kurikulum Merdeka dan Program Pendukungnya
Program seperti Guru Penggerak, yang diperkenalkan bersamaan dengan Kurikulum Merdeka, telah menghadapi kritik karena berfokus pada kepemimpinan administratif daripada substansi pengajaran. Program ini cenderung mencetak "pemimpin" pendidikan yang lebih administratif, sedangkan Deep Learning memfokuskan guru untuk menjadi pemimpin dalam pengajaran, memberdayakan mereka untuk membimbing siswa dalam pemahaman yang mendalam dan bermakna.
Dengan adanya Kurikulum berbasis Deep Learning, kita menyambut era baru pendidikan yang lebih relevan dan mendalam, meninggalkan pendekatan Kurikulum Merdeka yang berbasis hafalan dan standar administratif. Saatnya menyambut sistem yang memprioritaskan keterampilan berpikir kritis, aplikasi praktis, dan kegembiraan belajar, untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih bermutu dan siap menghadapi tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H