Namun, bukan berarti Mu'ti akan sepenuhnya menolak inovasi. Ia bisa jadi akan mencari titik temu antara pendekatan Nadiem yang inovatif dan nilai-nilai tradisional, mengadopsi teknologi dan metode pembelajaran baru yang tidak mengabaikan aspek moral dan karakter. Dalam konteks ini, Mu'ti mungkin akan mendorong dialog dan kolaborasi antara pemangku kepentingan pendidikan, termasuk organisasi keagamaan, untuk memastikan bahwa semua suara didengar dalam merumuskan kebijakan pendidikan.
Dinamika ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia adalah arena perdebatan yang kompleks, di mana tradisi dan inovasi saling berinteraksi. Sebagai masyarakat, kita dihadapkan pada tantangan untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan menjaga nilai-nilai yang telah teruji oleh waktu.Â
Prediksi kebijakan pendidikan Mu'ti di balik bayang-bayang hubungan masa lalunya dengan Nadiem bukan hanya sekadar tentang dua individu; ini adalah refleksi dari perjalanan pendidikan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, di mana semua suara, baik yang tradisional maupun yang inovatif, memiliki tempatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H