Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Prediksi Kebijakan Pendidikan Mu'ti di Balik Bayang-Bayang Hubungan Masa Lalunya dengan Nadiem

21 Oktober 2024   18:23 Diperbarui: 21 Oktober 2024   18:50 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem Makarim dan Abdul Mu'ti dalam acara serah terima jabatan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. (Rifkianto Nugroho/detikcom)

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di tengah dinamika pendidikan Indonesia, satu pertanyaan muncul: Apakah pendidikan harus selalu sejalan dengan inovasi teknologi, ataukah ada nilai-nilai tradisional yang perlu dipertahankan? 

Fenomena penolakan Abdul Mu'ti atas tawaran Nadiem Makarim untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan menjadi sorotan menarik yang mengungkap perdebatan mendalam antara dua pendekatan yang berbeda dalam dunia pendidikan.

Abdul Mu'ti, sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan mantan Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), memiliki latar belakang yang kuat dalam pendidikan Islam dan karakter. Pada akhir 2020, ia hampir diangkat menjadi Wakil Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo, tetapi memilih untuk menolak tawaran tersebut. 

Dalam penjelasannya, Mu'ti menyatakan bahwa ia merasa tidak mampu mengemban amanah yang sangat berat dan menyadari bahwa ia bukanlah figur yang tepat untuk posisi tersebut. Namun, isu atau paling tidak, analisis spekulatif beredar bahwa penolakannya juga dipicu oleh perbedaan pandangan mendasar mengenai kebijakan pendidikan yang diusung oleh Nadiem.

Kini, Abdul Mu'ti telah dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menggantikan Nadiem Makarim yang dikenal dengan kebijakan inovatif seperti program Merdeka Belajar. Nadiem membawa visi yang berani untuk mereformasi sistem pendidikan di Indonesia, menekankan otonomi sekolah, penggunaan teknologi, dan pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel. 

Namun, kebijakan ini tidak lepas dari kontroversi, termasuk pembubaran BSNP yang berfungsi sebagai pengatur standar pendidikan. Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan banyak pihak bahwa reformasi yang dilakukan dapat mengabaikan nilai-nilai dan norma yang selama ini dipegang oleh masyarakat, terutama dalam konteks pendidikan agama dan karakter.

Dalam konteks ini, analisis filsafat pendidikan dari John Dewey, yang menekankan pentingnya pengalaman dan refleksi dalam pendidikan, dapat digunakan untuk memahami pendekatan Mu'ti. Dewey berpendapat bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis, memberikan ruang bagi siswa untuk belajar dari pengalaman mereka. 

Ini sejalan dengan pandangan Mu'ti yang mungkin lebih mengedepankan integrasi nilai-nilai moral dan pendidikan karakter dalam kurikulum. Dengan demikian, Mu'ti kemungkinan besar akan mengusulkan program-program yang tidak hanya inovatif tetapi juga mendalam dalam konteks pengalaman belajar yang bermakna.

Dengan latar belakangnya yang kental dengan nilai-nilai Islam dan pengalaman sebagai pendidik, kebijakan pendidikan Mu'ti kemungkinan besar akan berfokus pada penguatan pendidikan karakter dan integrasi nilai-nilai moral dalam kurikulum. Ia berpotensi mengusulkan program-program yang lebih inklusif, mengakomodasi kebutuhan pendidikan agama sambil tetap mempertimbangkan perkembangan teknologi.

Namun, bukan berarti Mu'ti akan sepenuhnya menolak inovasi. Ia bisa jadi akan mencari titik temu antara pendekatan Nadiem yang inovatif dan nilai-nilai tradisional, mengadopsi teknologi dan metode pembelajaran baru yang tidak mengabaikan aspek moral dan karakter. Dalam konteks ini, Mu'ti mungkin akan mendorong dialog dan kolaborasi antara pemangku kepentingan pendidikan, termasuk organisasi keagamaan, untuk memastikan bahwa semua suara didengar dalam merumuskan kebijakan pendidikan.

Dinamika ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia adalah arena perdebatan yang kompleks, di mana tradisi dan inovasi saling berinteraksi. Sebagai masyarakat, kita dihadapkan pada tantangan untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan menjaga nilai-nilai yang telah teruji oleh waktu. 

Prediksi kebijakan pendidikan Mu'ti di balik bayang-bayang hubungan masa lalunya dengan Nadiem bukan hanya sekadar tentang dua individu; ini adalah refleksi dari perjalanan pendidikan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, di mana semua suara, baik yang tradisional maupun yang inovatif, memiliki tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun