Secara filsafat, pertemanan adalah interaksi yang melibatkan pengakuan atas eksistensi satu sama lain sebagai individu yang unik. Filsuf eksistensialis Jean-Paul Sartre berpendapat bahwa manusia sering kali memanfaatkan atau mengobjektifikasi satu sama lain dalam hubungan.Â
Dalam konteks Kompasiana, hal ini bisa terjadi ketika pertemanan dimanfaatkan untuk mengumpulkan penilaian atau like, alih-alih mengedepankan ketulusan.
Namun, Aristoteles menawarkan pandangan yang lebih optimis. Menurutnya, pertemanan yang tertinggi adalah yang didasarkan pada kebaikan. Ini berarti bahwa pertemanan di Kompasiana bisa menjadi sarana saling mendukung dalam mencapai kebajikan---seperti mendorong kreativitas dan memberikan kritik membangun---daripada sekadar mencari pengakuan.
Relasi Digital dan Kedalaman Pertemanan
Dalam teori sosial kontemporer, seperti konsep Network Society yang dikemukakan oleh Manuel Castells, interaksi digital sering kali lebih dangkal dibandingkan dengan hubungan di dunia nyata.Â
Komunikasi cepat dan impersonal menciptakan ilusi kedekatan tanpa keterlibatan emosional yang mendalam. Di Kompasiana, hal ini tercermin dalam interaksi berupa komentar, like, dan fitur pertemanan yang lebih cenderung superfisial.
Namun, Kompasiana juga menawarkan peluang unik untuk memperdalam hubungan jika kita mengelola interaksi dengan bijak. Ketika pertemanan digunakan untuk saling mendukung dalam proses kreatif dan berbagi ide, platform ini dapat menjadi ruang di mana solidaritas berbasis karya benar-benar tumbuh. Di sinilah pertemanan bisa menjadi lebih dari sekadar angka popularitas, melainkan suatu jaringan yang mendorong kolaborasi sejati.
Kompetisi atau Kolaborasi?
Pada akhirnya, kita dihadapkan pada pilihan: berteman untuk bersaing atau berkolaborasi? Dalam konteks Kompasiana, di mana tulisan kita berkompetisi untuk menjadi yang paling populer, kita perlu bertanya: apakah kita berteman demi keuntungan pribadi atau untuk mendukung sesama penulis? Kompetisi bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan dilihat sebagai peluang untuk saling memotivasi, bukan untuk menjatuhkan.
Seperti yang dinyanyikan oleh Bang Rhoma Irama, "Mencari teman memang mudah untuk bersenang-senang, namun sulit untuk membantu memecahkan masalah." Ini relevan di Kompasiana: apakah kita hanya hadir saat teman meraih sukses, atau juga ketika mereka membutuhkan dukungan?
Kesimpulan: Refleksi Makna Pertemanan di Era Digital