Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Hutan yang Terabaikan

29 September 2024   17:02 Diperbarui: 29 September 2024   17:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul muid

Apa yang akan kau lakukan jika kamu mendengar tangisan makhluk tak bersalah yang terancam oleh tangan manusia?

Di tengah keheningan hutan yang rimbun, aku berjalan menyusuri jalan setapak, terpesona oleh suara-suara alam yang menari di telingaku. Angin berbisik lembut melalui dedaunan, sementara cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan pola indah di atas tanah. Namun, di antara alunan suara alami itu, sebuah tangisan melengking memecah kedamaian.

Berhenti sejenak, aku mencari sumber suara itu. Beberapa burung terbang panik, seolah meratap atas sesuatu yang lebih dari sekadar kehilangan. Dalam hati, rasa ingin tahuku membara, dan aku mendekati salah satu burung yang tampak paling sedih.

"Oh, kenapa kau menangis, burungku yang cantik?" tanyaku, berusaha mengajak burung itu berbicara.

Burung itu, dengan bulu yang mengilap dan mata penuh kepedihan, mendekat. Ia tampak tahu bahwa aku adalah pendengar yang tulus, sesuatu yang mungkin jarang ia temui.

"Kami menangis karena sebentar lagi, anak-anak manusia akan datang," jawabnya dengan suara melengking penuh kesedihan. "Mereka akan membawa senjata dan jaring. Mereka memburu kami, bukan hanya untuk dijadikan santapan, tetapi juga untuk dijual di pasar. Kami menjadi komoditas di mata mereka, dicari dan diperlakukan layaknya barang."

Aku tertegun, terbenam dalam rasa malu yang mendalam. Tangan manusia, yang seharusnya melindungi, justru menjadi ancaman. "Apakah tidak ada cara untuk menghentikan semua ini?" tanyaku, nada keprihatinan terdengar dalam suaraku.

Burung itu menatapku dengan harapan. "Kami berharap akan ada manusia yang peduli dan memahami penderitaan kami. Jika kamu bisa menyebarkan pesan ini, mungkin ada harapan."

Tanggung jawab itu terasa berat di pundakku. "Aku akan berusaha. Aku akan menceritakan kisahmu dan mengajak orang lain untuk menjaga kalian dan lingkungan ini. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik."

Dengan ucapan terima kasih yang tak terucap, burung itu terbang tinggi, meninggalkanku dengan kesadaran baru yang membakar semangatku. Saat melanjutkan perjalanan, beban tanggung jawab semakin nyata, tetapi di baliknya, harapan bersemi.

Malam tiba, dan bintang-bintang berkelip di langit, hutan kembali tenang. Aku duduk, merenungkan pertemuan ini. Perjalananku bukan hanya fisik; ini adalah pencarian makna dan keberanian untuk melawan ketidakadilan yang sering terabaikan. Di mana suara-suara seperti burung ini bisa didengar? Di mana kita, sebagai manusia, harus mengambil langkah untuk melindungi mereka?

Dengan tekad dan harapan yang menggelora, aku bersiap menghadapi tantangan yang akan datang. Setiap tindakan kecil bisa mengubah nasib makhluk hidup. Dengan semangat itu, aku melanjutkan perjalanan, bertekad untuk membuat dunia ini tempat yang lebih baik untuk semua, termasuk mereka yang tak bersuara.

Di dalam keheningan hutan, suara tangisan itu kini menjadi suara perjuangan. Suara yang menantang setiap individu untuk bertanya: Apa yang kau lakukan untuk melindungi mereka yang tak berdaya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun