Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Shamiri: Jejak Kegelapan

23 September 2024   16:18 Diperbarui: 23 September 2024   16:27 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bukan hanya hidup, tetapi terkurung di pulau terpencil, di mana kegelapan tidak akan pernah berakhir," jawab Rofiq dengan tegas. "Kita harus mencari tahu lebih dalam."

Malam semakin larut, dan Rofiq menutup buku catatannya. Namun, di dalam hati, sebuah bisikan mengganggu pikirannya: "Apakah kegelapan benar-benar terkurung? Atau ia hanya menunggu kesempatan untuk bangkit kembali?" Rofiq merasakan hembusan angin yang dingin, seolah membawa kabar bahwa Shamiri belum sepenuhnya lenyap.

"Rofiq, kau terlihat gelisah. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Amir bertanya, memperhatikan sahabatnya dengan cemas.

"Mimpiku... tentang Shamiri. Dia memperingatkanku," jawab Rofiq, napasnya berat. "Dia bilang, kegelapan tidak pernah mati."

"Jangan bilang kau percaya pada mimpimu," Amir mencoba menenangkan. "Itu hanya permainan pikiranmu."

Dalam tidurnya, Rofiq bermimpi. Dalam mimpi itu, ia melihat Shamiri berdiri di hadapannya, wajahnya dipenuhi kebencian dan intrik. "Kau pikir aku terkurung?" suara Shamiri menggema. "Kegelapan tidak pernah mati, Rofiq. Ia bersembunyi dalam setiap jiwa, menunggu saat yang tepat untuk bangkit!"

Rofiq terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Mungkinkah Shamiri benar? Mungkinkah kegelapan telah menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari, berpura-pura menjadi cahaya? Ia tahu bahwa kebenaran harus dicari lebih dalam, meskipun kegelapan selalu mengintai di sudut-sudut pikiran manusia.

"Rofiq, apa kau baik-baik saja?" Amir mengetuk pintu kamar Rofiq, khawatir.

"Ya, aku baik. Hanya sedikit bingung," Rofiq menjawab, mencoba mengabaikan ketakutannya.

Dengan tekad bulat, Rofiq berjanji pada dirinya sendiri untuk menggali lebih dalam, mencari jejak Shamiri dan mengungkap rahasia-rahasia yang terpendam. Karena di balik setiap kisah, selalu ada pelajaran berharga dan kebenaran yang menunggu untuk ditemukan. Ia menyadari, mungkin, kegelapan yang terpendam ini akan membawanya pada petualangan yang tak terduga---sebuah perjalanan melawan waktu dan takdir, di mana cahaya kebenaran harus berjuang melawan bayang-bayang kegelapan yang tak pernah padam.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun