"Shamiri?" Syam semakin marah. "Kau bahkan tidak bisa membuktikan itu benar. Siapa yang memasungnya? Dan untuk apa?"
Rofiq tersenyum pahit. "Waktu akan menunjukkan, Syam. Kau akan tahu. Tapi mungkin saat itu, sudah terlambat."
Konflik pun semakin meledak.
Dalam waktu singkat, berita tentang diskusi kami menyebar ke luar forum, menarik lebih banyak perhatian. Orang-orang mulai terpecah antara yang percaya pada kisah Rofiq dan yang berdiri di sisi Syam. Grup kami terpecah menjadi dua kubu, dan atmosfer yang dulu hangat kini dipenuhi ketegangan. Setiap diskusi berubah menjadi perdebatan sengit, hingga akhirnya Syam tak bisa lagi menahan emosinya.
"Kau tahu apa, Rofiq? Aku akan membuktikan bahwa kau salah! Aku akan pergi ke pulau itu, dan aku akan tunjukkan pada semua orang bahwa cerita gilamu tidak ada artinya!"
Itu adalah momen yang menentukan. Semua orang terdiam. Bahkan aku sendiri tak percaya pada apa yang baru saja didengar. Pergi ke pulau itu? Bukankah itu hanya legenda?
Rofiq, yang biasanya tenang, kini tampak terkejut. "Syam, jangan lakukan itu. Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi di sana."
Syam mengabaikannya. Dia sudah mengambil keputusan. Dalam hitungan minggu, Syam benar-benar memulai perjalanan gilanya. Dia menyiapkan segala sesuatunya dengan detail, dari peta laut hingga informasi navigasi yang diperoleh dari sumber-sumber aneh di internet. Semua orang mencoba mencegahnya, tapi tekadnya sudah bulat.
Dan kemudian, Syam menghilang.
Seminggu berlalu tanpa kabar dari Syam. Dua minggu. Sebulan.
Kekhawatiran mulai merayapi setiap percakapan. Kami tidak tahu apakah Syam benar-benar pergi ke pulau itu atau hanya menghilang karena marah. Tapi kemudian, sebuah pesan aneh muncul di ponselku, berasal dari nomor yang tak dikenal. "Aku di pulau itu. Dia nyata. Segera."