OLEH: Khoeri Abdul Muid
Setahun yang lalu ---Rofiq, teman kami yang paling aneh, membuat sebuah postingan yang meresahkan seluruh lingkaran diskusi kami. Postingan itu menceritakan tentang sebuah pulau misterius di tengah Samudra Hindia, di sisi selatan semenanjung Arab. Pulau itu, katanya, menyimpan rahasia terbesar umat manusia---tempat terpasungnya Masikhu Dajjal, si Anti-Kristus. "Ini bukan legenda," tulisnya di akhir postingan, membuat darah kami berdesir. "Ini kenyataan yang akan segera tiba."
Tak butuh waktu lama bagi diskusi itu untuk berubah menjadi medan tempur. Syam, seorang ateis skeptis, adalah yang paling keras menolak. "Kau gila, Rofiq," katanya saat kami berkumpul dalam sebuah diskusi daring yang diikuti hampir seratus orang. "Ini semua omong kosong! Tidak ada yang namanya Dajjal, pulau terkutuk, atau takdir apokaliptik. Ini semua hanyalah cerita lama untuk menakut-nakuti orang bodoh!"
Rofiq tersenyum tipis. "Syam, kau bicara seolah kau tahu segalanya. Tapi ada hal-hal di dunia ini yang lebih besar dari apa yang bisa kau pahami."
"Seperti apa? Shamiri? Musa palsu yang terpasung di sebuah biara tua?" Syam mencemooh tanpa ampun.
Rofiq menatap Syam dengan mata yang menyiratkan kelelahan yang mendalam. "Kau tidak akan mengerti sampai kau melihatnya sendiri."
Hari demi hari, diskusi kami semakin memanas.
Setiap kali topik itu muncul, Rofiq dan Syam berseteru. Rofiq terus menegaskan bahwa dia memiliki sumber kredibel---hadits dari Ibn Majjah---yang menyebutkan bahwa Tamim ad-Dari, seorang pelaut Kristen, pernah menemukan Dajjal yang terpasung di pulau tersebut pada masa hidup Nabi Muhammad SAW. Syam, tentu saja, tidak percaya.
"Apa buktimu? Semuanya hanya kisah takhayul!" Syam berteriak pada suatu malam. "Kau berbicara seolah tahu rahasia alam semesta!"
Rofiq menatapnya dalam diam, lalu dengan suara rendah yang penuh keyakinan berkata, "Namanya Musa Shamiri, bukan Nabi Musa. Dan dia sudah terpasung sejak zaman yang tidak bisa kita bayangkan. Tapi rantainya semakin lemah."