Mendengar penjelasan tersebut, para pekerja yang marah merasa malu. Mereka menyadari bahwa petani itu telah berlaku adil menurut pandangannya, dan mereka telah salah mengartikan keputusan petani sebagai ketidakadilan. Petani tersebut pun mengusir mereka dengan lembut, menegaskan bahwa ia tidak akan mengangkat mereka sebagai pekerja tetap jika mereka tidak bisa menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.
Di malam yang tenang, para pekerja yang baru bekerja tersebut pulang dengan rasa syukur. Mereka merasa dihargai atas usaha mereka, meskipun mereka baru bekerja sebentar. Sedangkan, para pekerja pagi dan siang, setelah merenung, akhirnya memahami makna dari kebijakan petani. Mereka belajar bahwa terkadang, perbedaan dalam pemberian dan penghargaan adalah cerminan dari bagaimana kesempatan dan usaha dihargai dengan cara yang unik.
Cerita tentang petani dan pekerja ini tersebar di desa, menjadi perumpamaan tentang bagaimana kita seharusnya menghargai waktu dan usaha setiap orang, serta memahami bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan nilai yang berbeda dalam pandangan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H