Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petani dan Tiga Kelompok Pekerja

19 September 2024   15:23 Diperbarui: 19 September 2024   15:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: revolusinagaputih.blogspot.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah desa yang subur dan damai, hiduplah seorang petani kaya yang memiliki ladang luas. Petani ini dikenal baik hati dan dermawan, selalu mencari cara untuk membantu sesama. Pada suatu hari yang cerah, petani itu memutuskan untuk mengerjakan ladangnya dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Maka, pagi itu, ia memulai pencarian pekerja.

Ketika matahari baru saja terbit, petani tersebut meninggalkan rumahnya dan menuju ke pasar. Ia mencari para pekerja yang bersedia bekerja di ladangnya hingga matahari terbenam dengan imbalan seratus ribu rupiah. Para pekerja yang ada di pasar merasa senang dengan tawaran tersebut dan segera mengikuti petani ke ladangnya. Mereka bekerja keras sepanjang hari di bawah teriknya matahari.

Ketika matahari mulai condong ke barat, petani kembali ke pasar dan menemukan beberapa pekerja yang masih menganggur. Ia menawarkan pekerjaan dengan perjanjian yang sama---seratus ribu rupiah untuk bekerja hingga matahari terbenam. Pekerja yang baru ini setuju dan segera menuju ladang untuk bergabung dengan pekerja yang sudah ada.

Namun, saat matahari mulai terbenam, petani kembali ke rumahnya dan keluar untuk mencari pekerja tambahan. Kali ini, ia tidak menyebutkan upah sebelumnya, hanya meminta mereka untuk datang ke rumah setelah matahari terbenam jika ingin bekerja. Meskipun tidak ada kepastian tentang upah, para pekerja baru ini tetap mengikuti petani dan bekerja dengan semangat hingga matahari sepenuhnya tenggelam.

Setelah matahari terbenam, ketiga kelompok pekerja---pagi, siang, dan sore---berkumpul di halaman depan rumah petani. Petani itu muncul dengan uang di tangannya dan mulai membagikan upah. Ia memberikan seratus ribu rupiah kepada masing-masing pekerja pagi dan pekerja siang, sesuai dengan perjanjian awal mereka. Namun, kepada pekerja sore, ia memberikan tiga ratus ribu rupiah.

Melihat hal tersebut, para pekerja pagi dan siang merasa sangat marah. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa pekerja sore yang hanya bekerja beberapa jam mendapatkan lebih banyak uang daripada mereka yang bekerja sepanjang hari. Mereka merasa tidak adil dan mendatangi petani dengan kemarahan.

"Kenapa kami yang bekerja lebih lama hanya mendapatkan seratus ribu, sementara mereka yang datang belakangan mendapatkan lebih banyak?" mereka bertanya dengan nada kecewa.

Petani kaya itu menatap mereka dengan tenang dan menjawab, "Apakah aku tidak berhak menggunakan uangku sesuai keinginanku? Bukankah kalian juga sepakat dengan upah seratus ribu di awal? Aku memutuskan untuk memberikan lebih banyak kepada mereka yang datang terakhir karena mereka hanya memiliki waktu yang sangat sedikit untuk bekerja. Aku menghargai usaha mereka yang datang meski tidak ada jaminan apa pun."

"Namun," lanjut petani, "Ketika kalian melihat pemberian ini sebagai sesuatu yang tidak adil, kalian melupakan kenyataan bahwa setiap orang memiliki waktu dan kesempatan yang berbeda. Aku memilih untuk menghargai usaha mereka dengan cara yang berbeda, dan ini adalah hakku sebagai pemilik ladang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun