Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Sebelum diangkat menjadi abdi negeri, pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MEGELANG. Sekarang mengguru di SDN Kuryokalangan 01, Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Jawa Tengah, UPTKecamatan Gabus. Sebagian tulisan telah dibukukan. Antara lain: OPINI GRASSROOT SOAL PENDIDIKAN GRES; Si Playboy Jayanegara dan Bre Wirabhumi yang Terpancung. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id. HP (maaf SMS doeloe): 081226057173.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Baron Sekeber Gage Go! #2

11 September 2017   02:15 Diperbarui: 11 September 2017   02:52 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah, entah, Lik! Na'ib pergi ke toko Luwes. Nasib kalau baru apes," jawab Suli dingin. Menahan emosi dan berusaha berpikir jernih dengan menyitir pantun khas Jawa: parikan.

"Maksudmu?"

"Sepertinya dunia ini kok baru membenciku. Tidak memihak aku. Anak janda, melarat. Masih dikejar-kejar kakek-kakek bau tanah, lagi. Huh. Dasar kalau diri tidak punya untung!" jawab Suli sedih. Sorot matanya menyendu. Menerawang.

"Hus. Jangan gitu!" sergah Jinten. Menghentikan hanyut nuansa perasaan frustasi Suli. "Begini, Suli. Orang itu jangan mengapeskan diri. Jangan putus asa. Ha mbok diterima saja Ki Gedhe-nya itu. Jangan melihat tuanya, dong. Tapi, anunya..." nasihat yang berujung bujuk Jinten, dengan gaya gembira, berapi-api. Lalu, mengangkat tangannya. Sembari ibu jarinya yang bantet itu digesek-gesekkan dengan telunjuk. Maksudnya, yang penting uangnya!

"Wooo, terangnya Lik Jinten ini menjadi maklar Ki Gedhe Kemiri, to!? Walah, Lik... Tunggu tenggelamnya perahu gabus atau busuknya kaca, ya!" tukas ketus Suli dengan serong bibir. Sewot.

"Jangan salah paham lho, Suli. Kok aku malah kamu anggap maklar itu bagaimana?" jawab tanya berfrekuensi rendah Jinten. Ia berkilah dan meredam kekacauan. Meski tetap saja ia coba merayu dan mendesak Suli kembali. "Maksudku sebenarnya ingin memuliakan hidupmu, Suli. Menjadi istri Ki Gedhe sama dengan menyurgakan dirimu juga ibumu lho. Kamu pasti dibuatkan rumah besar. Dimanja dan dituruti keinginanmu! Coba, hidup itu apa sih yang dicari, Suli? Hei?"

Jinten mencoba menyeret Suli untuk hanyut dalam pandangan materialisme. Bahwa segala sesuatu ukurannya materi. Termasuk kebahagiaan.

"Mbelll! Tak sudi!!!" tanggap cadas Suli sambil membuang muka. Tak lagi mau melihat wajah Jinten. Karena bagi Suli, kini wajah Jinten telah berubah menjadi wajah Ki Gedhe Kemiri.

"Wooo, benar-benar akan menjadi perawan tua, kamu, Suli! Tidak akan ada pemuda yang berani mendekatimu. Karena takut sama Ki Gedhe!" hardik kesal bercampur putus asa Jinten. Lantaran gagal total membujuk Suli.

Bergegas cuciannya dikemasi. Lalu, berselingker pulang, sembari menumpahi, "Tidak mendengar omonganku? Benar-benar akan nelangsa hidupmu, nDhuuuuuk!!!"

"Biarin! Tidak laku nikah tidak masalah!" balas tak gentar Suli, gigih membela idealisme cinta. Tak kalah sewot. Suli pun terengginas berkemas menggendong buyung. Pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun