Kesadaran sesungguhnya, saat manusia menjadi sadar akan pergerakan batin sendiri. Ia akan melihat keseimbangan antara geraknya pikiran dengan geraknya raga.Â
Maka hanya ada pengamatan yang mendalam, tanpa bayangan akan masa lalu, ataupun waktu yang akan datang. Pemahaman mendalam ada dalam kekinian waktu.
Menyadari setiap geraknya pikiran, dan mengetahui cara kerjanya, dapat mengantar seseorang pada perubahan. Hidup yang dijalani menjadi selaras.
Gerak adalah, melakukan atau memperagakan langsung, bukan hanya sebatas duduk diam, dan melihat pikiran tanpa gerakan, sementara rumah berantakan, yang akhirnya ada yang terabaikan, karena mengantuk tidur dalam kesemrawutan.Â
Seperti itu bukanlah diam, sebatas duduk merileksasikan sesaat pikiran semata. Beberapa sebagian diantara kita, bahkan tak dapat rileks pada saat keadaan rumah berantakan, justru rileksnya adalah, saat melihat rumah telah bersih dan tertata dengan rapih.
Hal seperti itu menjadikan pikirannya semakin terarah dan tenang.
Hidup adalah bergerak, bukan diam pasif, karena diam adalah fosil alias kematian itu sendiri.Â
Tidak mustahil pikiran menjadi liar, jika tidak diarahkan. Mengarahkan pikiran dengan menyadari aktifitas dalam setiap geraknya raga. Inilah satu bentuk mengikat pikiran agar tidak liar, caranya melakukan sesuatu dengan kesadaran, bukan mengabaikan pekerjaan, yang sepatutnya dikerjakan.Â
Melakukannya dengan logika rasional, bukan sebab pembenaran yang tidak dibenarkan.
Tanggung jawab kita, apakah sebagai ibu, sebagai anak, sebagai guru, sebagai suami atau sebagai apa pun, memiliki tuntutan dan tugas mulia yang dianjurkan untuk ditunaikan.
Memang, seseorang yang dalam keadaan menunaikan tanggungannya, memiliki keutamaan sebagai mana lainnya. Seseorang melakukan kegiatan adalah, seseorang yang menyadari kekiniannya. Ia terus berusaha menghidupkan kesadarannya.Â
Kesadaran yang hidup adalah, pengakuan seseorang akan ketidak mampuannya. Gerak adalah wujud atau usaha seseorang dalam berihtiyar. Seseorang yang telah terlatih dan teratur memahami soal pola. Pola pikirannya menjadi terbentuk, tujuannya menjadi jelas, geraknya nyata.Â
Gerak nyata adalah, tidak hayal tidak juga ragu. Tidak takut dan tidak memiliki sikap semua itu, sebagai penghalang apa saja dari sesuatu yang ingin diraihnya. Syarat diraihnya semua harapan adalah, menghilangkan keempat hal tersebut, dan itu tidaklah mudah. Namun semua itu tidak mustahil juga, saat kita konsisten dalam melakukannya.
Antara gerak dan pelaku semestinya bersatu. Geraknya adalah gerak sang pelaku itu. Pandangannya, pendengarannya, ucapannya, tidak lain ada pada seseorang yang menyadarai waktu kekiniannya.Â
Ia yang terus berusaha, menghidupkan kesadarannya. Kesadaran yang hidup adalah, pengakuan akan ketidak tahuan, maka ia pun melakukan sebuah pengamatan.Â
Pengamatan bentuk seseorang ingin mengenali. Inilah ajaran, inilah syarat-syarat sebuah pengamatan dalam penelitian, dari sesuatu yang tidak dimengerti, inilah gerak raga dan diamnya pikiran. Penyatuan dua dimensi dalam kesepakatan dan saling bekerja sama.Â
Dari semua ini, akan melahirkan sikap seperti rendah hati, rasa syukur, prestasi dan kesehatan yang arahnya pada kesuksesan juga nasib. Dicintai banyak orang, memberikan manfaat, dan dapat dijadikan sebagai panutan.
Contoh menyadari gerak seperti: Seseorang akan menggerakan tangan, dan melakukan pekerjaan, pada saat rumah kotor, maka pikiranpun memerintah untuk membersihkan. Ia tidak mengabaikan perintah pikiran, dan melihat ruangan berantakan. Maka ia pun membersihkan! Kemudian  tangannya bergerak menyapu halaman dan merapihkan sesuatu yang tidak di tempatnya, saat tangan memegang sapu, maka pikiran ada pada sapu yang sedang dipegangnya itu.
Jadi ia berusaha, agar pikiran selalu menyerta pada apa yang sedang dikerjakan. Pikiran tidak kemana-mana, tetap disitu inilah gerak sadar yang dimaksud. Kata menyadari gerak adalah, pikiran dan apa yang sedang dikerjakan berjalan secara bersamaan. Sehingga yang dikerjakan pun sesuai, dengan hasilnya yang maksimal karena fokus.
Pikiran menjadi terarah. Karena sudah berlatih menghidupkan kesadaran, berikutnya setiap gerakan apapun dari anggota raga, telah tersadari. Â
Panca indra adalah anggota, bagian raga yang karenanya juga, berefek pada keseluruhan hidup kita.Â
Inilah pentingnya bergerak. Jika kesadaran akan sesuatu bersifat positif yang bersumber dari kebenaran, maka raga dan pikiran semestinya saling bekerja sama.
Keduanya mustahil tidak sejalan dan tidak beriringan. Jika kita tidak mampu memenuhi melakukan hal tersebut, sama halnya kita berbuat tidak adil, terhadap diri kita sendiri.
Inilah dikatakan pada saatnya mulut, tangan, hidung mata dan lainya semua akan bersaksi. Penyaksian tersebut bukan hanya menunggu setelah tiadanya kita nanti, melainkan kita melatih menyadarkan semuanya, dari saat ini, dan ini merupakan bagian dari memaafkan diri.Â
Seandainya setiap gerak tidak kita sadari, seperti karena sudah rutinitas, karena dituntut tanggung jawab dan lainnya, maka yang didapat hanya letih yang berlebih. Pekerjaan yang dilakukan hasilnya tidak akan maksimal, tangan melakukan geraknya dengan terburu-buru, asal cepat, sehingga besar kemungkinannya ada yang terlewat.
Hal seperti itu bisa saja membuat yang lain menjadi kecewa dan marah, yang imbasnya dirasakan orang tersebut, bahkan pada orang lain juga.
Sadar membuat satu sama lain tidak saling menuntut, karena masing-masing telah memenuhi hak dan kebutuhannya. Jika kita sudah terbiasa melatih, atau menghidupkan kesadaran dalam gerak, maka anggota raga kita tidak akan bermasalah, baik fisik ataupun psikis, keduanya sehat dan mendamaikan orang yang bersangkutan bahkan sekitarnya.
Contoh sadar dalam bentuk lainnya, seperti rasa kecewa, marah dan lainya, kita sadari bahwa, bisa jadi kekurangan kita sendiri, menjadi masalah buat yang lainnya, maka dari situlah kita dapat menerima kekurangan orang lain juga.Â
Berlatih menyadari dari kelengahan ini, membuat seseorang lebih bijak dan bisa memaklumi. Inilah bentuk memaafkan. Memaafkan diri yang efeknya mampu memberi maaf pada yang lain. Setelah kita mampu menyadari hal itu yang kita lihat, bukan orang lain lagi, melainkan kita kembali melihat hanya kedalam diri, dan inilah mengisi, yakni mengisi dari nilai terpuji.Â
Orang berbuat salah, karena ketidak mengertianya, ataupun karena kejahilan nya, yang tidak lain bukan untuk dibenci sosoknya, melainkan dijauhi sifatnya saja, sementara sosoknya tetap perlu dikasihi, karena pada dasarnya setiap orang cenderung pada sesuatu yang baik dan damai, hanya saja keinginan terkadang membuatnya tidak engah, jika diibaratkan, konon seperti lampu yang cahayanya nampak remang, karena terhalang tirai, penglihatan tidak begitu jelas.Â
Penting sekali seseorang berlajar mengosongkan diri, dari rasa mengetahui, dimana pengetahuan kita belum tentu dijamin kebenaranya.Â
Jika kita menyadari bahwa benar dan salah merupakan hasil kerja pikiran semata, maka kita akan berusaha memahami dan berlatih untuk mencoba mengerti cara pandang sosok lainnya, dengan menerima, berlatih mengamati, menyesuaikan, dan terus mengolah informasi yang ada, sehingga informasi baru bisa dijadikan pembelajaran, dengan demikian, kita akan mampu mencintai dan dicintai.
Konon saat seseorang menyadari pikiranya sendiri, cara mengendalikan akan lebih mudah.
Pekerjaan mengosongkan dan mengisi adalah, sama halnya kita membebaskan, kemudian menarik kembali.Â
Pikiran yang liar ditarik lagi, karena aturan-aturan yang ada dan telah ditentukan pada sebuah kemurnian ajaran, tidak bisa diabaikan. Memerdekakan diri, bukan dengan cara berbuat semau dan sesukanya. Ajaran, logika dan akal sehat yang telah dicipta oleh-Nya, tetap sebagai rujukan, dan pembuktian bahwa, jelaslah manusia berbeda dengan mahluk lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H