Mohon tunggu...
Khodijah
Khodijah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyadari Gerak Pikiran

10 September 2023   19:06 Diperbarui: 10 September 2023   19:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya setiap gerak tidak kita sadari, seperti karena sudah rutinitas, karena dituntut tanggung jawab dan lainnya, maka yang didapat hanya letih yang berlebih. Pekerjaan yang dilakukan hasilnya tidak akan maksimal, tangan melakukan geraknya dengan terburu-buru, asal cepat, sehingga besar kemungkinannya ada yang terlewat.

Hal seperti itu bisa saja membuat yang lain menjadi kecewa dan marah, yang imbasnya dirasakan orang tersebut, bahkan pada orang lain juga.

Sadar membuat satu sama lain tidak saling menuntut, karena masing-masing telah memenuhi hak dan kebutuhannya. Jika kita sudah terbiasa melatih, atau menghidupkan kesadaran dalam gerak, maka anggota raga kita tidak akan bermasalah, baik fisik ataupun psikis, keduanya sehat dan mendamaikan orang yang bersangkutan bahkan sekitarnya.

Contoh sadar dalam bentuk lainnya, seperti rasa kecewa, marah dan lainya, kita sadari bahwa, bisa jadi kekurangan kita sendiri, menjadi masalah buat yang lainnya, maka dari situlah kita dapat menerima kekurangan orang lain juga. 

Berlatih menyadari dari kelengahan ini, membuat seseorang lebih bijak dan bisa memaklumi. Inilah bentuk memaafkan. Memaafkan diri yang efeknya mampu memberi maaf pada yang lain. Setelah kita mampu menyadari hal itu yang kita lihat, bukan orang lain lagi, melainkan kita kembali melihat hanya kedalam diri, dan inilah mengisi, yakni mengisi dari nilai terpuji. 

Orang berbuat salah, karena ketidak mengertianya, ataupun karena kejahilan nya, yang tidak lain bukan untuk dibenci sosoknya, melainkan dijauhi sifatnya saja, sementara sosoknya tetap perlu dikasihi, karena pada dasarnya setiap orang cenderung pada sesuatu yang baik dan damai, hanya saja keinginan terkadang membuatnya tidak engah, jika diibaratkan, konon seperti lampu yang cahayanya nampak remang, karena terhalang tirai, penglihatan tidak begitu jelas. 

Penting sekali seseorang berlajar mengosongkan diri, dari rasa mengetahui, dimana pengetahuan kita belum tentu dijamin kebenaranya. 

Jika kita menyadari bahwa benar dan salah merupakan hasil kerja pikiran semata, maka kita akan berusaha memahami dan berlatih untuk mencoba mengerti cara pandang sosok lainnya, dengan menerima, berlatih mengamati, menyesuaikan, dan terus mengolah informasi yang ada, sehingga informasi baru bisa dijadikan pembelajaran, dengan demikian, kita akan mampu mencintai dan dicintai.

Konon saat seseorang menyadari pikiranya sendiri, cara mengendalikan akan lebih mudah.
Pekerjaan mengosongkan dan mengisi adalah, sama halnya kita membebaskan, kemudian menarik kembali. 

Pikiran yang liar ditarik lagi, karena aturan-aturan yang ada dan telah ditentukan pada sebuah kemurnian ajaran, tidak bisa diabaikan. Memerdekakan diri, bukan dengan cara berbuat semau dan sesukanya. Ajaran, logika dan akal sehat yang telah dicipta oleh-Nya, tetap sebagai rujukan, dan pembuktian bahwa, jelaslah manusia berbeda dengan mahluk lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun