Sekitar tahun 2018 ahir. Penerbit buku ku sempat membahas soal keinginannya mencetak buku dan masuk Gramedia, yang konon minimal cetak sebanyak kisaran 500 buku.
Biaya penerbitan dari penerbit, dan saya terima keuntungan seingatku dalam bincang waktu itu 10% belum termasuk pajak. Ya sudah saya sepakat. Tidak mempermasalahkan, malah senang. Hanya saja saat itu bingung buku yang keberapa yang sebaiknya diangkat.
Saat itu buku yang telah tercetak ada tiga. Pilihannya adalah
1. Sukma
2. Atas Nama cinta
3. Cinta Diam
Belum suara terkumpul. Treng...teng...teng...Datanglah tamu tak diundang dan yang kepulangannya pun tak diantar itu. Siapakah tamu itu?
Tamu itu bernama Covid19.
Hingga tahun 2022, rencana pun ambyar. Malah buku ke empat dan ke limaku Raga Sarira dan Kuncup Berkembang juga tertunda, karena banyak yang terkena covid. Sekitar dua tahunan baru selesai penerbitan.
Efek pendemi begitu terasa, hingga kurang lebih selama tiga tahun mengubah semuanya.
Saat ini ketika datang kebeberapa  toko buku situasinya sudah tidak lagi sama. Rencana dulu juga sudah membuatku tak lagi berselera. Ya dari penerbitnya juga tidak lagi ada bahasan sebagaimana sebelumnya. Kita sudah sama-sama tahu situasinya.
Bagai membalik telapak tangan dengan sekejap, semuanya telah mengubah.
Sebelumnya saya mengharap bagaimana agar buku-bukuku dipinang penerbit mayor. Saat ini keinginan itu pun mulai berkurang. Sekalipun sekiranya dipinang tidak menolak. Artinya tidak harus
Karena di penerbit indi juga kurang lebih samalah. Yang membedakan di Indi kita sambil memasarkan sendiri
Gak diberatkan dengan biaya penerbitan produksi. Karena mau cetak berapa saja bisa (tergantung pada penerbitnya). Kita tahu berapa kesanggupan kita untuk memasarkan. Jumlah itulah yang akan dipesan. Sehingga tidak takut uang kita mati, ataupun stok buku mbludak.
Selain itu penerbit indipun mengadakan buku digitalnya juga. Jadi untuk yang tidak bisa membaca buku fisik, bisa lewat hp, jadi gak ada alasan untuk mengatakan membaca, itu bukan lagi kekinian
Justru peminat bacaan saat ini menurutku banyak sekali. Tapi yaa itu, bacaan lewat buku digital. Sehingga buku fisik sepertinya lebih digandrungi para siswa, sebagai referensi keilmuannya.
Ya begitulah ceritanya...