Pagi tadi saat sedang duduk santai bersama suami kami membuka TV. berita pertama, kita dengar 14 siswi digunduli seorang guru hanya sebab  tidak memakai ciput, alias dalaman kerudung.
Mendengar hal itu saya yang kebetulan sebagai guru, tentu tidak bisa terima hal itu.
Ajaran apa ?
Aturan yang bagaimana?
Dimana kemanusiaan?
Aku nyatakan pelaku itu bukanlah sebagaimana sikap guru. Karena sejatinya guru layak untuk diguguh.
Ibarat pintu, pelaku itu telah berkarat. Karena pemikirannya yang rapuh. Perlu pemberian minyak agar lentur dan tidak kaku.
Ajaran itu adalah cinta. Bukan apa yang menjadi maunya. Kalau soal ciput, dengan alasan rambut sebagai aurat tidak boleh terlihat. Lantas kenapa bapak itu malah membuka kerudung, dan memegang rambut yang bukan muhrim?
Apakah aturan hanya berlaku untuk yang lain?
Sementara untuk yang terkait, bebas?
Apa namanya itu, kalau bukan suatu pelanggaran juga?
Bagaimana ajaran bisa diterima, jika gurunya sakit jiwa?
Perlu udara segar untuknya. Agar pintunya yang tertutup, dapat merasakan semilir angin, jika tidak! Selamanya ia akan menjadi masalah bagi semua muridnya.
Bukalah pintu ketika pagi. Lantas tutuplah kembali ketika senja.
Jika sebuah rumah hanya terbuka saja. Ataupun tertutup selalu, dalam satu situasi, lantas bagaimana caranya penghuni bisa keluar masuk?
Semoga ini bisa menjadi bahan renungan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H