Ada baiknya pikiran tidak dituntut untuk selalu berpikir. Hiburlah agar lebih santai dan tidak merasakan tekanan. Bernyanyilah, ajak dirimu tertawa. SIapa tahu dengan begitu, pikiran mengikuti apa yang kita mau. Hingga antara pikiran dan tuannya sejalan beriringan tanpa adanya konflik ataupun pertentangan di dalam diri.
Ada baiknya peliharaan kita beri kepercayan dengan cara melepasnya, tentu saja dengan pantauan dan sikap hati-hati. Sebatas untuk menguji nyali.
Ketika ia bisa dipercaya, disitulah kita mudah mengendalikannya. Ketika ia liar, coba biarkan! Pastinya ia akan kembali pada kita juga. Hal itu membuat sang pemelihara tidak  lagi dapat menekannya. Sehingga tarik lepas, menjadi biasa. Dan membebaskan antara sang pemelihara dengan yang dirawatnya.
Memang menggembala dan merawatnya menjadikan  kita terkadang merasa letih, namun percayalah itu semua hanya diawalnya saja, pada ahirnya tidak akan sia-sia, atas apa yang telah dilakukan. Akan ada hasil positif untuk diri, yang efeknya dirasakan semua.
Ketika peliharaan dan sang pemelihara telah bersepakat dan bersatu, seiring sejalan dalam meraih capaian. Maka di situlah kehidupan sang pemelihara dimulai.
Kawan pikiran adalah hasrat sang pemelihara. Keselamatan dan ketergelinciran, ada pada pengawasan dan penjagaan tuannya.
Apabila pikiran kembali lompat-lompat. Pemelihara sudah bisa memaklumi. Ia sudah tahu bahwa pikirannya sedang menjalakan fungsinnya. Hingga menanggapi hal tersebut sang penggembala / pemelihara bersikap diam, kembali sebatas menyaksikan, diam  sebagaimana diamnya malam yang berhias gemintang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H