Mohon tunggu...
Khidrian Arfiansyah
Khidrian Arfiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Social Welfare Student at Sunan Kalijaga State Islamic University

Tertarik terhadap isu-isu sosial, politik, dan fenomena alam

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Depresi: Tren Baru di Zaman Baru?

6 November 2023   11:37 Diperbarui: 6 November 2023   11:40 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup tak selalu berjalan seperti apa yang kita rencanakan memang benar adanya. Sesuatu yang tidak sesuai rencana bila terlalu ditanggapi dengan emosional kerap memicu stres hingga depresi_Anonim

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa banyak masalah kesehatan mental yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja. Studi terbaru mengindikasikan bahwa masalah kesehatan mental, khususnya depresi, merupakan penyebab utama dari beban penyakit di antara individu pada usia awal. WHO juga menyatakan bahwa depresi merupakan gejala terbanyak yang dialami pada masalah kesehatan mental, terutama pada remaja.

Banyak data yang mengungkapkan bahwa depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang menjadi momok yang menakutkan. Menurut WHO, sekitar 280 juta atau 3,8 persen orang di dunia terkena depresi. Diperkirakan ada 5 persen orang dewasa dan 5,7 persen lansia di dunia yang hidup dengan depresi. Sementara itu, dari sebuah studi Our World In Data memberikan perkiraan sekitar 3,4% populasi global atau sekitar 264 juta orang di dunia mengalami depresi kondisi stres bahkan masuk ke tahap depresi.

Di Indonesia sendiri menunjukkan tingginya angka depresi pada remaja. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Sedangkan hasil survei Populix menunjukkan bahwa satu dari dua masyarakat Indonesia merasa bahwa dirinya punya masalah kesehatan mental. Angka persentasenya dapat menyentuh 52%. Berdasarkan hasil penelitian terbaru Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), menunjukkan bahwa 1 dari 20 (5,5 persen) atau 2,45 juta remaja terdiagnosa mengalami masalah gangguan mental dan 1 dari 3 (34,9 persen) setara dengan 15,5 juta remaja memiliki satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.

Data di atas menunjukkan bahwa depresi tidak bisa dianggap remeh sekedar penyakit mental biasa. Karena masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia banyak terjangkit penyakit mental tersebut. Depresi baik akibat atau dampaknya sangat berbahaya bagi pengidapnya. Akibat yang dirasakan pun sangat luar biasa. Tidak jarang kita temukan kasus bunuh diri setiap tahunnya yang didasari oleh depresi. Menurut analisis yang dilakukan oleh Tim UNAIR, angka kematian akibat bunuh diri mencapai 8000.000 hingga 1 juta jiwa setiap tahunnya. 80% hingga 90 % dari angka kematian tersebut disebabkan oleh depresi.

Depresi pada remaja bukan sekedar perasaan stres biasa ataupun sedih yang datang dan pergi begitu saja, melainkan sebuah kondisi yang serius yang dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan cara berpikir para remaja tersebut, serta sifatnya yang permanen yang membutuhkan penanganan yang serius dan segera dari berbagai pihak untuk mengatasinya.

Apa sih depresi itu?

Menurut WHO depresi adalah kondisi mental yang mengalami gangguan yang pada umumnya ditandai dengan perasaan depresi, kehilangan minat atau hobi, penurunan energi, perasaan bersalah yang berlebihan atau rendah diri, sulit tidur atau nafsu makan berkurang, perasaan cepat Lelah dan kurang konsentrasi. Kondisi tersebut dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara substansial dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Pada tingkat yang paling parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-V), seseorang dikatakan depresi jika setidaknya selama dua minggu mengalami minimal lima dari Sembilan kriteria berikut, yaitu:

a. Adanya perasaan depresi yang muncul di Sebagian besar waktu, bahkan hampir setiap hari,

b. Adanya penurunan minat dan kesenangan di hampir Sebagian besar kegiatan dan hampir setiap hari,

c. Adanya perubahan berat badan atau nafsu makan yang signifikan,

d. Adanya perubahan jam tidur; menjadi insomnia atau hipersomnia,

e. Adanya perubahan aktivitas,

f. Merasa kelelahan dan kehilangan energi,

g. Munculnya perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan dan sebenarnya tidak pantas muncul,

h. Mengalami penurunan konsentrasi, dan

i. Memiliki pikiran berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), adanya keinginan bunuh diri berulang tanpa rencana spesifik, usaha bunuh diri, atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.

Gejala depresi ini muncul dalam berbagai perilaku, ada yang menunjukkan tidak semangat ketika sekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman-teman sebaya, menangis tanpa sebab, ataupun menjadi sangat sensitif dan mudah marah. Depresi pada remaja biasanya tidak terdiagnosis sejak awal dan baru terdiagnosis setelah mereka mengalami kesulitan serius di sekolah maupun pada saat beradaptasi dengan teman sebayanya. Hal ini disebabkan oleh beberapa respon gangguan depresi tidak terlalu berbeda dengan karakteristik kondisi emosi remaja. Remaja digambarkan sebagai masa-masa yang mengalami kekacauan emosi menurut Hall dan Santrock.

Lalu bagaimana cara mengatasi depresi pada remaja?

  • Depresi pada remaja adalah masalah yang serius dan membutuhkan perhatian dan dukungan yang tepat. Oleh karena itu perlu untuk membantu mengatasi depresi pada remaja tersebut. Di samping mengenal gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi depresi pada remaja:
  • Mengenali gejala depresi, penting untuk mengenali gejala depresi pada remaja, seperti yang sudah disebutkan di atas. Dengan mengenali gejala depresi, kita dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk membantu remaja yang mengalami stres.
  • Dukungan sosial, dukungan sosial adalah faktor terpenting dalam mengatasi depresi pada remaja. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah mendengarkan dengan empati, mengajak mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka, dan memberikan dukungan emosional, sehingga dapat membantu remaja merasa didengar, dihargai, dan didukung.
  • Konseling atau terapi, terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi konseling lainnya dapat membantu remaja untuk menghadapi pemikiran dan perilaku negatif yang mungkin muncul selama depresi.
  • Olahraga dan mengatur pola makan sehat, aktivitas fisik secara teratur dan pola makan sehat dapat membantu mengurangi gejala depresi. Merawat tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan berolahraga dapat membantu meremajakan tubuh dan pikiran.
  • Mengelola stres, mengajari remaja untuk mengelola stress dapat membantu mereka menghadapi tekanan dan tantangan sehari-hari dengan cara yang lebih sehat. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
  • Konsultasi dengan tenaga medis profesional, jika gejala depresi remaja cukup parah atau berlangsung lama, penting untuk mencari bantuan dari tenaga medis profesional, seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat memberikan evaluasi yang akurat, diagnosis, dan rencana pengobatan yang sesuai.

Ingatlah bahwa mengatasi depresi pada remaja harus ditangani dengan cepat dan akurat supaya tidak terjadi yang tidak diinginkan. Harapannya setiap elemen masyarakat paham dengan kondisi depresi tersebut, khususnya pada remaja, supaya meningkatnya kesejahteraan pada masyarakat dan menurunnya kasus kesehatan mental yang menjadi isu terkuat setiap tahunnya di dunia maupun di Indonesia.

 The last but not least, "Apakah kamu paham jika kamulah orang yang dapat mengontrol semua tentang dirimu sendiri? Jangan biarkan orang lain mengontrol kamu"

Sekian dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun