Hidup tak selalu berjalan seperti apa yang kita rencanakan memang benar adanya. Sesuatu yang tidak sesuai rencana bila terlalu ditanggapi dengan emosional kerap memicu stres hingga depresi_Anonim
World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa banyak masalah kesehatan mental yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja. Studi terbaru mengindikasikan bahwa masalah kesehatan mental, khususnya depresi, merupakan penyebab utama dari beban penyakit di antara individu pada usia awal. WHO juga menyatakan bahwa depresi merupakan gejala terbanyak yang dialami pada masalah kesehatan mental, terutama pada remaja.
Banyak data yang mengungkapkan bahwa depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang menjadi momok yang menakutkan. Menurut WHO, sekitar 280 juta atau 3,8 persen orang di dunia terkena depresi. Diperkirakan ada 5 persen orang dewasa dan 5,7 persen lansia di dunia yang hidup dengan depresi. Sementara itu, dari sebuah studi Our World In Data memberikan perkiraan sekitar 3,4% populasi global atau sekitar 264 juta orang di dunia mengalami depresi kondisi stres bahkan masuk ke tahap depresi.
Di Indonesia sendiri menunjukkan tingginya angka depresi pada remaja. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Sedangkan hasil survei Populix menunjukkan bahwa satu dari dua masyarakat Indonesia merasa bahwa dirinya punya masalah kesehatan mental. Angka persentasenya dapat menyentuh 52%. Berdasarkan hasil penelitian terbaru Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), menunjukkan bahwa 1 dari 20 (5,5 persen) atau 2,45 juta remaja terdiagnosa mengalami masalah gangguan mental dan 1 dari 3 (34,9 persen) setara dengan 15,5 juta remaja memiliki satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.
Data di atas menunjukkan bahwa depresi tidak bisa dianggap remeh sekedar penyakit mental biasa. Karena masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia banyak terjangkit penyakit mental tersebut. Depresi baik akibat atau dampaknya sangat berbahaya bagi pengidapnya. Akibat yang dirasakan pun sangat luar biasa. Tidak jarang kita temukan kasus bunuh diri setiap tahunnya yang didasari oleh depresi. Menurut analisis yang dilakukan oleh Tim UNAIR, angka kematian akibat bunuh diri mencapai 8000.000 hingga 1 juta jiwa setiap tahunnya. 80% hingga 90 % dari angka kematian tersebut disebabkan oleh depresi.
Depresi pada remaja bukan sekedar perasaan stres biasa ataupun sedih yang datang dan pergi begitu saja, melainkan sebuah kondisi yang serius yang dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan cara berpikir para remaja tersebut, serta sifatnya yang permanen yang membutuhkan penanganan yang serius dan segera dari berbagai pihak untuk mengatasinya.
Apa sih depresi itu?
Menurut WHO depresi adalah kondisi mental yang mengalami gangguan yang pada umumnya ditandai dengan perasaan depresi, kehilangan minat atau hobi, penurunan energi, perasaan bersalah yang berlebihan atau rendah diri, sulit tidur atau nafsu makan berkurang, perasaan cepat Lelah dan kurang konsentrasi. Kondisi tersebut dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara substansial dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Pada tingkat yang paling parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-V), seseorang dikatakan depresi jika setidaknya selama dua minggu mengalami minimal lima dari Sembilan kriteria berikut, yaitu:
a. Adanya perasaan depresi yang muncul di Sebagian besar waktu, bahkan hampir setiap hari,