Mohon tunggu...
Kheyene Molekandella Boer
Kheyene Molekandella Boer Mohon Tunggu... Dosen - Apapun Yang Terjadi Jangan Pernah Menyalahkan Tuhan

seorang Ibu dari anak Bumi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belanja Sampai Mati, Fenomena Belanja Online dan Gaya Hidup Konsumtif

9 Mei 2019   23:04 Diperbarui: 9 Mei 2019   23:29 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih takut dengan kata-kata "Limited Edition?" atau rela pagi-pagi buta menunggu pintu bioskop dibuka biar gak kehabisan tiket film ?. Prediksi 20-50 tahun yang lalu bahwa semua aktivitas manusia akan digantikan oleh mesin, nampaknya benar. Prediksi tersebut sudah terlihat dalam fenomena bisnis bernama 'online shop'.

kalimat "belanja sampai mati" adalah sebuah kalimat yang kerap mengkritisi fenomena sekarang, dimana masyarakat yang kian gemar membeanjakan uang secara online atau berbasis teknologi tiada henti yang menyebabkan mereka akhirnya tergiring dalam sebuah gaya hidup konsumtif.

Budaya belanja mudah melalui internet diyakini telah menggeser budaya belanja lama seperti rutin berbelanja mendatangi secara fisik pasar-pasar tradisional atau super mall berkelas. Namun kini keberadaan teknologi seperti internet menjadi akses penggerak yang menyeramkan yang akan terus menggerakan porosnya untuk melahap bisnis-bisnis global berpeluang tinggi dan menghadirkan kerajaan bisnis online shop seperti yang terjadi sekarang ini.

Dimana masyarakat tidak perlu bersusah payah pergi keluar dari rumah, berpanas-panasan, mengalami kemacetan lalu lintas hingga mengantri untuk membayar demi membeli satu set baju keluaran terbaru merek ternama, kini obline shop memanjakan masyarakat dengan menghemat eneri meraka barang sampai ditempat tujuan hanya dengan duduk manis didepan gadget-gadget yang Anda miliki.

Ya, dunia kini sudah berubah kian praktis. Sayangnya ditengah fungsi ke-praktisannya itu fenomena munculnya situs belanja online justru menjadi momok yang memilukan. Karena segala kemudahannya itu membuat karakter masyarakat perlahan dirubah menjadi manusia-manusia konsumtif, manusia yang gemar bermanja-manja didepan laptop hanya untuk mendiskusikan sepasang sepatu bermerek ternama.

Internet memunculkan toko-toko online berwujud situs-situs yang menawarkan jasa, barang, tiket pesawat hingga kamar hotel dengan iming-iming diskon besar-besaran seperti yang dilakukan oleh traveloka.com, agoda.com. tiket.com. livingsocial.co.id dan masih banyak situs lain yang serupa.

Facebook, twitter, instagram hingga Blackberry Messenger (BBM) menjadi sasaran empuk mediator bisnis online tersebut. Para penjual dapat melakukan update status kapan saja dan broadcast BBM sehingga konsumen seolah dipaksa untuk menerima informasi produk tersebut.

Data MasterCard Online Shopping Behaviour Study menunjukan pengguna internet Indonesia mempunyai tingkat kepuasan paling tinggi (96%) terhadap online shopping di antara 14 negara kawasan Asia Pasifik. Menurut Irni Palar selaku Country Manager, MasterCard Indonesia Jumat (21/3/2014) mengatakan bahwa peningkatan akses terhadap online shop yang diikuti dengan tingginya kepuasan tentu membuat Indonesia menjadi salah satu pasar transaksi online terbesar diantara negara Asia lainnya (tribunnews.com).

Data tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki antusiasme terhadap kehadiran online shop yang dianggap angin segar terutama bagi kaum muda yang sedang gemar-gemarnya menunjukan identitas diri mereka melalui beragam merek. Tak heran jika banyaknya situs online shop yang berkembang dengan pesat di pasar Indonesia di bandingkan negara lain, contohnya terlihat pada situs Lazada.co.id merilis situs online pertamanya dilakukan di Indonesia pada tahun 2012 disusul di Malaysia dan Fillipina.

Gambar diatas adalah survei yang dilakukan di 25 negara dengan periode antara 5 desember 2011 hingga 6 februari 2012, dilengkapi dengan wawancara mengenai prilaku  berbelanja online terhadap 7.373 responden dari 14 negara. Terlihat bahwa hampir di tiap negara kecenderungan melakukan pembelian online diatas 50%, termasuk Indonesia (76%).

Thailand menempati posisi teratas sebanyak 80% dan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 10%untuk melakukan kecenderungan belanja online, Thailand dan China 93% diikuti Vietnam 87%. Korea 84%, Malaysia 79%

Responden juga mengaku banyak membeli online produk-produk aplikasi (31%) dan musik (24%) di ikuti pembelian voucher diskon  (17%), pembelian pakaian dan asesori (17%), serta tiket bioskop (16%).

Kehadiran online shop dan internet merefleksikan sebuah zaman modernisasi global. Kini semua transaksi bersifat maya, alias semua produk, penjual, transaksi pembayaran dilakukan secara virtual. Online shop juga tidak membutuhkan biaya operasional layaknya toko offline, sehingga online shop memiliki keunggulan dibanding toko offline, salah satunya biaya produk yang lebih murah dibandingkan produk pada toko offline, kita juga dapat berbelanja di rumah tanpa harus keluar bermacet-macetan, menghadapi udara yang panas dan tentunya menghindari antrian yang panjang, karena online shop memiliki sistem pembayaran transfer sehingga pelanggan dapat menghemat uang dan waktu.

Sistem online shop dilakukan serba elektronik, dimana penjual akan mengirimkan nomor rekening toko online mereka agar konsumen mentransfer total belanja beserta ongkos kirimnya. Semua begitu mudah, maka tak heran bisnis online shop-pun juga mampu meraup omset yang tak kalah banyaknya dengan pebisnis offline. 

Meningkatnya situs online shop ini menunjukan pesatnya perkembangan konsumerisme di Indonesia. Konsumerisme sendiri adalah faham dimana seseorang melakukan konsumsi terhadap produk secara berlebihan.

Survei Penyedia Teknologi Pembayaran Global Visa menunjukan terdapat tiga tipe dari para pembeli online yang teridentifikasi , pertama adalah kategori pembeli mature (45%) yang rata-rata membelanjakan uang senilai Rp.6.5 juta/tahun untuk kategori travel dan retail. Kedua, adalah emergent (23%) yaitu para pembeli yang hanya membeli satu atau dua jenis barang secara online dengan kisaran belanja Rp.4 juta/bulan.Ketiga, adalah envolving (29%) yaitu pembeli online yang berbelanja sekitar Rp.5 juta/bulan  untuk membeli 3-4 jenis barang. (investor.co.id)

Seiring semakin berkembangnya perekonomian global sebuah negara maka secara otomatis akan berubah pula pola hidup masyarakat dinegara tersebut. Kini kegiatan berbelanja sudah bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan melainkan bergeser didasarkan sebuah kesenangan belaka.

Kesenangan ini menjadi cikal bakal nilai-nilai konsumtif. Konsumsi simbol-simbol kini menjadi sangat mudah dengan keberadaan online shop, dimana individu diposisikan dalam sebuah 'kegelisahan', gelisah ketinggalan mode, gelisah takut keriput, takut hitam dan sebagainya. Kegelisahan itulah yang semakin menyuburkan online shop untuk terus memperbesar dirinya dalam dunia maya.

Ada banyak situs belanja online di Indonesia, situs tersebut menawarkan beraneka produk mulai dari fashion, kosmetik, elektronik hingga kesehatan. Kelengkapan variasi produk inilah menjadi simbol bahwa para aktor memang menggarap serius bisnis tersebut. Kegemaran belanja telah menjadi pola hidup masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Para aktor dibelakang panggung online shop mulai dari individu hingga perusahaan multinasional.

Semoga saja kini masyarakat Indonesia semakin cerdas membedakan antara kebutuhan dan keinginan semata, agar tidak terjebak dalam budaya konsumtif yang semakin merajalela. apakah anda juga hoby berbelanja online? :)

selamat berbelanja secara cerdas :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun