Gaya hidup hidup minum kopi di Indonesia masih tertinggal jauh, fakta ini diperkuat oleh pernyataan Ronald Prasanto, seorang pakar gastronomi molekuler kopi Indonesia menjelaskan bahwa di Indonesia, minum kopi cuma bergaya bukan untuk mencari tahu kopi yang enak itu seperti apa.Â
Sedangkan di Australia konsumen sudah pintar dalam mengidentifikasi kopi yang enak dan tidak enak, jika tidak enak mereka akan minta dibuatkan yang baru dan itu tidak terjadi pada konsumen Indonesia. Masyarakat Indonesia minum kopi hanya sebatas untuk gaya atau sebatas mencari colokan listrik, selain itu masyarakat Indonesia masih menikmati kopi bukan dengan apa adanya, mereka lebih menyukai kopi yang dicampur dengan aneka varian seperti cokelat, susu dan cream.(2013,dalam Ngopi Dongl,21 Oktober 2013).
Meskipun begitu, tetap saja kebiasaan minum kopi sudah mendunia, termasuk Indonesia. Fungsi social berkumpul, ngobrol atau sekedar pelepas penat menjadikan kopi sebagai hidangan utama dan favorit bagi pengunjung warung kopi atau caffe. Semoga, warung warung tradisional perlahan tidak tergerus oleh industri kopi dunia yang akhirya menjadikan warkop sebagai identitas ngopi kelas menengah kebawah dan caffe diperuntukan kelas menengah keatas.Â
Cita-Cita dan harapan ingin melihat anak-anak muda ikut melestarikan budaya minum kopi diwarung tradisional, memberikan kehangatan dengan berinteraksi, berbicara satu sama lain bukan sekedar sibuk dengan gadget masing-masing, bukan sekedar sibuk upload foto si-kopi atau lainya namun fungsi sosial tetap berjalan sebagaimana mestinya atau keinginan ngopi didalamnya bukan sekedar nengkrong di caffee demi gengsi belaka.
 So...NGOPI YUK...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H