Mohon tunggu...
Puisi

Kosong

11 November 2016   21:00 Diperbarui: 11 November 2016   21:05 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelam kabut kemudian makna

mengeras menjadi kerikil 

kegundahan hina 

punya seorang gadis kecil

tertatih-tatih kata menghampiri kalimat

dengan harap dilipat sebagai surat

menyerupai helaan udara malam kabut

berteriak tanpa bunyi berkali-kali

hampa..

juga jantung puisi ini

hampa

meluap-luap pertanda penuh

nyatanya senyap pertanda rapuh

November 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun