Mohon tunggu...
Khauro Indana Fahma
Khauro Indana Fahma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Dukungan Sosial Dalam Mencegah Dampak Bullying Terhadap Gangguan Kesehatan Mental

19 Desember 2024   20:48 Diperbarui: 19 Desember 2024   20:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Bullying telah menjadi isu sosial yang mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sekolah, namun juga meluas ke lingkungan kerja, komunitas, hingga dunia maya. Bullying adalah salah satu bentuk perilaku agresif yang dilakukan dengan sengaja dan berulang utuk membuat cedera dan tidak nyaman pada seseorang (Permata & Nasution, 2022). Bullying adalah tindakan perundungan, pengucilan, intimidasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik berupa verbal ataupun fisik. Perilaku ini dapat berupa pelecehan verbal, penyerangan fisik, atau pemaksaan, dan dapat ditujukan terhadap satu korban. atas dasar ras, agama, jenis kelamin, seksualitas, atau kemampuan (Rahmawati, 2022). Bullying merupakan salah satu tindakan penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan berulang kali terhadap seseorang. Menurut Zakiyah, dkk. (2017) mengemukakan pengertian bullying yaitu tindakan ini dilakukan secara langsung olek seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab dilakukan secara berulang-ulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.

Laporan dari organisasi internasional seperti UNICEF dan WHO menunjukkan bahwa jutaan anak dan remaja menjadi korban bullying setiap tahunnya. Menurut United Nations Education Scientific and Cultural Organization (UNESCO), perilaku bullying terjadi di seluruh dunia dan diperkirakan setiap tahun terdapat 245 juta anak mengalami bullying ("Sch. Violence Bullying Glob. Status Rep.," 2017). Menurut World Health Organization (2020) sebanyak 58% perilaku bullying terjadi pada remaja perempuan dan 42% pada remaja laki-laki. Beberapa jenis perilaku bullying yang biasanya terjadi yaitu kekerasan seksual, pertengkaran fisik dan perundungan (KPAI R.N, 2020).Sampai saat ini kasus bullying masih menjadi perhatian lembaga internasional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) terdapat 5 negara dengan bullying tertinggi di Asia yakni Kamboja, Vietnam, Nepal, Pakistan, dan Indonesia, yang mana Indonesia menduduki peringkat pertama dengan kasus bullying terbanyak di sekolah dengan presentase angka sebesar 84% (Plan International, 2015).

Kemudian terdapat 46 kasus anak korban bullying di media sosial dan 13 kasus anak sebagai pelaku bullying di media sosial (KPAI R.N, 2020). Selain itu menurut Informasi KPAI, hingga 31 Maret 2023 pada klaster pendidikan, KPAI menerima 64 aduan kekerasan terhadap anak di satuan pendidikan. Salah satu bentuk aduan kekerasan yang terjadi pada satuan pendidikan antara lain kekerasan fisik, bullying/ perundungan. Kemudian berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) didapatkan data sebanyak 16 kasus perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah pada periode bulan Januari hingga Agustus 2023.

Tindakan bullying dapat memberikan efek negative kepada korban. Adapun contoh dari dampak korban bullying yaitu munculnya emosi negative seperti dendam, tertekan, malu, sedih dan marah. Tidak hanya itu, dampak dari bullying yaitu kemungkinan terjadinya gangguan psikologis pada korban seperti munculnya rasa cemas yang berlebihan, perasaan takut, dan gangguan mental atau stress pasca trauma (Wahyuni, dkk., 2023). Dampak dari bullying terhadap kesehatan mental akan menjadikan korban memiliki perasaan cemas, merasa sendiri, emosional yang terganggu, menyebabkan depresi dan kemampuan akademis berkurang serta berdampak pada gangguan mental (Wahani & Setyawan, 2022).

Bullying menjadi salah satu faktor terganggunya kesehatan mental pada seseorang yang menjadi korban bullying. Menurut penelitian dari mengemukakan bahwa bullying mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental korbannya. Tindakan bullying akan menjadikan korban merasa tertekan dan membuat terganggunya mental korban sehingga mempengaruhi kesehatan mentalnya (Sukmawati & Herbawani, 2021). Kesehatan mental adalah kondisi dimana seseorang berusaha menyesuaikan diri dan aktif dalam mengatasi masalah. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan stabilitas diri, ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang keadaan diri sendiri atau lingkungan sekitarnya.

Untuk menangani dampak negative adanya kasus bullying ini membutuhkan dukungan sosial, seperti keluarga, teman, sekolah dan komunitas. Pada penelitian dari Harefa & Rozali (2020) mengemukakan bahwa korban bully masih mendapatkan dukungan sosial rendah oleh lingkungan sosial menyebabkan munculnya rasa kesepian, takut mengalami bullying lagi, kecewa dan perasaan diabaikan oleh orang sekitar. Dukungan sosial yang efektif bersifat holistik, meliputi aspek emosional dan psikologis. Kerja sama antara keluarga, teman, institusi pendidikan, profesional kesehatan, pemerintah, dan komunitas sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung korban bullying dalam proses pemulihan. Dengan adanya dukungan sosial, korban bullying mempunyai peluang lebih baik untuk mengatasi dampak pada kesehatan mental. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti "Peran Dukungan Sosial Dalam Mencegah Dampak Bullying Terhadap Gangguan Kesehatan Mental".

PEMBAHASAN

Pengertian Bullying

Menurut Tirmidziani (2018) bullying berasal dari kata bully yang artinya mengertak atau sesorang yang mengganggu orang yang tidak mampu sehingga dapat dikatakan bullying adalah penyalahgunaan kekuasaan yang berkelanjutan dalam hal ini yakni suata hubungan yang dilakukan melalui tindakan verbal fisik dan sosial yang berulang yang menyebabkan kerugian fisik dan psikologi pada anak. Bullying menurut Atmojo (2019) menjelaskan bahwa bullying adalah perbuatan agresif atau menyerang yang disengaja dengan menggunakan ketidak seimbangan kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan tindakan seperti memukul, menendang, mendorong, meludahi, mengejek, menggoda, penghinaan dan mengancam keselamatan orang lain. Menurut Bete (2023) mengemukakan bahwa bullying adalah tindakan penyerangan yang dilakukan secara sengaja serta berulang-ulang kali terhadap orang yang sama dengan menggunakan kekuasaan dan kekuatan untuk melukai seseorang dengan melakukan berbagai cara dan pelaku merasa puas ketika ia sudah melakukan hal tersebut dengan emosional baik yang dilakukan secara fisik maupun verbal.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa bullying adalah tindakan agresif atau penyerangan secara sengaja terhadap seseorang dengan keadaan ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan baik berupa kekerasan fisik atau secara verbal.

Bullying terdiri dari beberapa aspek atau bentuk yaitu sebagai berikut ini (Permata, 2022):

  • Bullying Fisik, bullying seperti ini bertujuan menyakiti tubuh seseorang. Misalnya, memukul, mendorong, menampar, mengeroyok, menendang, menjegal, menjahili, dan sebagainya.
  • Bullying Verbal atau non fisik, artinya menyakiti dengan ucapan, seperti menghina,    memaki, menuduh, meneriaki, menyoraki, mempermalukan,  menolak  dan  memfitnah serta   menebar   gossip
  • Bullying mental atau Psikologis, bullying seperti ini menyakiti korban secara psikis. Bullying ini paling berbahaya, seperti memandang dengan penuh ancaman, mengucilkan, mendiamkan, memandang sinis, meneror melalui media, pandangan yang merendahkan, mencibir dan memelototi.

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental

Dampak bullying terhadap kesehatan mental menjadi masalah serius yang harus segera diatasi. Hal tersebut dikarenakan dapat mempengaruhi korban dalam berbagai aspek kehidupannya. Perilaku bullying adalah tindakan negatif yang dapat menyebabkan korban dalam keadaan tidak aman dan nyaman. Hal tersebut ditambah dengan kurangnya dukungan sosial dan tidak terpenuhinya kebutuhan individu untuk dapat diterima pada lingkungan sekitarnya. Keadaan seperti ini tentu akan semakin menyebabkan korban merasa tidak berdaya (Jessica, 2019)

Dalam Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (2024) mengemukakan bahwa kondisi korban bullying dapat mendapatkan dampak negative yang signifikan, khususnya pada anak dan remaja. Menurut Tim Medis Siloam Hospitals (2024) dampak bullying yang paling sering terjadi pada korban yaitu pada terganggunya kesehatan mental. Pengaruh bullying pada masalah gangguan mental dapat dialami oleh korban dalam jangka waktu Panjang. Adapun masalah gangguan mental yang dapat dialami oleh korban bullying yaitu gangguan cemas, depresi dan Post-Traumatic Stress Sisorder (PTSD). Pendapat lain menurut Tumon (2017) mengemukakan tentang dampak psikologis bullying yaitu sebagai berikut ini:

  • Rasa cemas berlebihan atau Anxiety Disorder

Gangguan kecemasan adalah keadaan seseorang mempunyai rasa khawatir berlebihan dan dengan alur yang tidak jelas. Gangguan kecemasan ini dapat memunculkan respons terhadap stimuli eksternal maupun internal sehingga menghasilkan gejala emosional, fisik, kognitif dan tingkah laku. Dampak negatif dari gangguan kecemasan yaitu kondisi yang mudah tersinggung dan agresif

  • Depresi

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai oleh perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya dinikmati, dan berbagai perubahan emosional, fisik, dan kognitif lainnya. Depresi lebih dari sekadar perasaan sedih sesaat atau respon terhadap situasi sulit; ini adalah kondisi medis serius yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Ketidakberdayaan korban bullying dapat menyebabkan kondisi depresi. Keadaan depresi pada korban bullying ditandai dengan berubahnya tingkat suasana hati atau kurangnya minat pada seluruh kegiatan dalam kehidupan sehari-hari (Zakiyah, 2017).

  • Bunuh Diri

Bunuh diri adalah kondisi seseorang untuk ingin melalukan pemberontakan terhadap diri sendiri yang muncul secara alami. Seseorang yang menjadi korban bullying akan mengurung diri dan menyalahkan diri sendiri yang berakhir ingin bunuh diri karena tidak mempunyai harapan lagi di hidupnya dan menganggap dirinya sendiri tidak berguna. Kondisi ini sudah termasuk dalam faktor biologi seseorang yang kondisi mentalnya sudah terganggu oleh tindakan bullying yang menimpanya.

Definisi Dukungan Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial, dukungan sosial dibutuhkan dalam berhubungan dengan orang lain untuk melanjutkan hidup dengan masyarakat. Menurut Triyatni (2020) dukungan sosial adalah penerimaan seseorang dari orang lain atau kelompok dalam bentuk kenyaman, kepedulian, penghargaan ataupun bantuan lainya yang menyebabkan seseorang merasa disayangi, diperhatikan, dan ditolong. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa bahwa dirinya dicintai, berharga dan menjadi bagian dari suatu kelompok dan saling membela pada saat diperlukan tidak baik. Selain itu, menurut Putri (2021) mengemukakan dukungan sosial adalah bentuk bantuan dari orang lain yang mempunyai hubungan sosial baik dengan seseorang yang menerima bantuan. Bentuk dukungan sosial ini dapat berupa perkataan, tingkah laku, atau materi yang menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi dan bernilai. Menurut Fadlillah (2022) dukungan sosial merupakan pemberian dukungan berupa bantuan, semangat, perhatian, penghargaan dan pertolongan untuk menghadapi suatu masalah pada seseorang yang bisa didapatkan dari orang terdekat, seperti keluarga, orang tua, teman dan lainnya.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bentuk bantuan dari orang lain atau orang terdekat berupa kepedulian, semangat, perhatian, penghargaan, pertolongan, dan lainnya yang menimbulkan kenyamanan bagi seseorang yang menhadapi permasalahan baik dari orang terdekat atau orang lain di sekitarnya.

Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Uchino dalam (Triyatni, 2020) mengemukakan terdapat beberapa bentuk dukungan sosial berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut ini:

  • Dukungan Emosional atau Penghargaan: Dukungan emosional ini digunakan untuk memberikan empati, perhatian, kepedulian, penghargaan dan dorongan positif kepada seseorang yang mengamami masalah atau membutuhkan pertolongan secara psikis. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa dimiliki dan dicintai pada saat kondisi seseorang sedang stres.
  • Dukungan Nyata atau Instrumental: Dukungan nyata atau instrumental ini menggunakan bantuan langsung kepada orang yang mengalami masalah sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Dukungan Informasi: Dukungan ini termasuk memberikan arahan, saran, nasehat atau umpan balik tentang bagaimana keadaan orang tersebut untuk membantu menemukan jalan keluar terkait persoalan yang sedang dihadapi.
  • Dukungan Persahabatan: Dukungan ini mengacu pada ketersediaan orang lain untuk meluangkan waktu dengan seseorang, sehingga memberikan perasaan keanggotaan di dalam kelompok dan memberikan perasaan yang baik atau positif dalam kelompok dengan saling berbagi minat dan kegiatan sosial.

Peran Dukungan Sosial Dalam Mencegah Dampak Gangguan Kesehatan Mental

  • Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Pemulihan Kesehatan Mental: Menurut penelitian dari Hidayati (2023) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesehatan mental. Dukungan sosial mempunyai peran penting dalam menjaga kesehatan mental seseorang, khususnya korban bullying. Dukungan sosial yang kuat cenderung memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan mereka yang merasa terisolasi atau tidak mendapatkan dukungan. Terdapat beberapa cara dukungan sosial berperan dalam menjaga kesehatan mental (Fakultas Psikologi UMA, 2024):
  • Meningkatkan Rasa Keterhubungan: Rasa keterhubungan dengan orang lain merupakan salah satu unsur penting dalam kesehatan mental. Pada saat seseorang yang mengalami masalah kemudian dalam kelompok sosial dia merasa diterima dan dihargai, maka mereka cenderung merasa lebih tenang, bahagia, dan lebih mampu mengelola stres. Adanya dukungan sosial membantu seseorang merasa lebih terhubung dan mengurangi perasaan kesepian yang seringkali menjadi penyebab gangguan mental.
  • Mengurangi Stres: Situasi stres dapat menyebabkan kesehatan mental dan fisik secara signifikan. Dukungan sosial, baik dalam bentuk dukungan emosional maupun praktis, telah terbukti mengurangi perasaan cemas dan stres. Misalnya, teman atau keluarga yang memberikan tempat untuk berbicara tentang masalah yang dihadapi dapat membantu individu meredakan ketegangan mental.
  • Peningkatan Kepercayaan Diri: Adanya dukungan sosial seseorang akan merasa dihargai dan diakui. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka, yang dapat membantu mengurangi risiko mengalami gangguan mental seperti depresi dan kecemasan pada seseorang, khususnya korban bullying.
  • Memberikan Perspektif Baru: Terkadang, seseorang yang sedang mengalami masalah mental atau emosional merasa terjebak dalam pikiran negatif mereka sendiri. Dukungan sosial dapat memberikan perspektif baru yang lebih positif, menawarkan saran atau cara pandang yang berbeda terhadap masalah yang sedang dihadapi, yang dapat membantu meringankan beban mental

Mekanisme Dukungan Sosial Dalam Mencegah Dampak Gangguan Kesehatan Mental

a. Peran Keluarga

Dukungan sosial dari keluarga merupakan aspek penting dalam mencegah adanya gangguan kesehatan mental pada korban bullying. Menurut penelitian dari Raraswati (2024) juga mengemukakan bahwa peran keluarga sangat pentig mengurangi risiko bullying pada anak-anak. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui  tanda-tanda anak menjadi korban bullying, keluarga juga perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di rumah, serta membimbing anak-anak dalam mengatasi masalah ini dengan strategi yang efektif. Adapun beberapa peran keluarga yang dapat mencegah dampak gangguan kesehatan mental pada korban bullying adalah sebagai berikut ini:

  • Memberikan dukungan emosional

Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan dukungan sosial kepada anak, baik dari keluarga maupun dari orang-orang lain yang dipercaya (Raraswati, 2024). Dukungan sosial dari keluarga dapat berupa dukungan emosional yang berupa pemberian empati, perhatian, kepedulian, penghargaan dan dorongan positif kepada anak. Keluarga yang dapat memberikan dukungan emosional secara konsisten dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan membantu mereka mengatasi dampak negatif dari bullying, terutama dampak psikologis atau gangguan kesehatan mental pada korban bullying. Dengan memberikan dukungan emosional yang hangat dan menunjukkan kepedulian yang tulus, orang tua menciptakan suasana yang memberikan anak merasa didukung dan dihargai. Hal ini penting untuk membantu anak merasa nyaman dalam berbagi pengalaman dan perasaan mereka terkait bullying.

  • Melakukan komunikasi terbuka

Keluarga merupakan lingkungan pertama pada anak yang mempunyai peran penting dalam membangun hubungan yang kuat dan saling percaya. Orang tua dapat meminta anak untuk membagikan pengalaman dan perasaannya tentang bullying tanpa rasa takut untuk dihakimi. Orang tua perlu memberikan ruang dan waktu bagi anak untuk menyampaikan keluhan mereka, sehingga mereka merasa didengar dan dipahami. Dengan menjadi pendengar yang baik, orang tua dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kondisi anak mereka dan dapat memberikan dukungan yang baik. Selain mendengarkan, orang tua juga memiliki peran dalam mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah bullying. Dengan melibatkan anak-anak dalam proses pencarian solusi, mereka merasa didukung dan memiliki peran aktif dalam menyelesaikan masalah.

  • Melakukan pendekatan yang positif

Pendekatan yang positif ini membantu anak korban bullying dapat cepat pulih dari trauma dan membangun kembali kepercayaan diri serta kesejahteraan mental mereka dalam menghadapi pengalaman bullying. Orang tua perlu memberikan penekanan pada pemikiran positif dan membantu anak untuk mengatasi rasa malu dan ketakutan dalam meminta bantuan. Mereka dapat mengajarkan anak untuk selalu berpikir positif, sehingga mereka dapat menghadapi situasi dengan lebih percaya diri dan optimis. Dukungan mental dari orang tua, guru, atau profesional kesehatan mental juga penting dalam membantu anak-anak mengatasi dampak psikologis dari bullying

b. Peran Teman Sebaya

Dukungan sosial dari teman memberikan kesempatan seseorang untuk memperoleh kekuatan baru dari eksternal, seperti dihargai, diperhatikan, membantu pemecahan masalah, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari kesulitan.dan meningkatkan ketahanan remaja (Akasyah, 2020). Teman mempunyai peran penting dalam membantu korban bullying. Dengan melalui dukungan dan perhatian yang diterima dari teman, seseorang yang mengalami bullying dapat mengatasi masalah yang dihadapinya dan memperbaiki kesehatan mentalnya (Nurbaiti, 2023). Selain itu, teman juga dapat membantu menghentikan perilaku bullying dengan membantu individu yang menjadi korban untuk berbicara dan memperjuangkan hak-haknya. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh teman untuk seseorang korban bullying agar tidak mengalami gangguan kesehatan mental adalah sebagai berikut.

  • Intervensi Positif: Teman sebaya dapat berperan dalam mencegah dan menghentikan perilaku bullying dengan tidak mendukung tindakan tersebut dan membela korban.
  • Dukungan Sosial: Kehadiran dan dukungan dari teman sebaya dapat membantu korban merasa diterima dan mengurangi perasaan isolasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ketahanan psikologis mereka.
  • Pengaruh Positif: Kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku positif dapat mempengaruhi anggotanya untuk tidak terlibat dalam perilaku bullying dan mendukung korban.

c. Peran Sekolah

Salah satu faktor penting dalam kehidupan setiap individu adalah kesehatan mental, termasuk siswa di lingkungan sekolah. Kesehatan mental yang baik mendorong siswa untuk belajar, berinteraksi secara positif dengan orang lain, dan mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari. Adapun mekanisme sekolah dalam mencegah dampak gangguan kesehatan mental pada korban bullying di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut ini:

Pihak sekolah dapat membuat program pendidikan dan meningkatkan kesadaran tentang bullying pada siswa, guru, dan staf sekolah. Hal tersebut membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang apa itu bullying, dampaknya, dan bagaimana cara mencegahnya. Sekolah perlu menekankan pentingnya saling menghormati untuk dapat membentuk budaya sekolah yang positif. Melalui pembuatan program sekolah anti bullying ini, dapat mencegah adanya gangguan kesehatan mental pada anak dan dampak negative lainnya.

  • Membuat Kebijakan dan Prosedur

Sekolah harus mempunyai kebijakan dan prosedur yang jelas untuk menangani kasus bullying. Hal ini mencakup prosedur pelaporan yang mudah diakses dan tindakan disiplin yang konsisten terhadap pelaku bullying.

  • Penguatan Keterampilan Sosial

Sekolah perlu mempunyai kurikulum yang dirancang secara khusus, sehingga siswa dapat diajarkan keterampilan sosial, seperti empati, resolusi konflik, dan komunikasi yang efektif, yang dapat membantu mencegah terjadinya bullying. Keterampilan sosial yang baik dapat membantu siswa dalam berinteraksi secara positif dengan teman-teman mereka. Sekolah dapat mengadakan pelatihan atau program yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional, seperti mengajarkan cara untuk menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan, mengembangkan keterampilan dalam mengelola emosi dan belajar untuk mengontrol impuls agresif, dan melatih siswa untuk menjadi pendengar yang baik, serta mengajarkan pentingnya berbicara dengan cara yang sopan dan penuh hormat. Selain itu, sekolah juga perlu menyediakan dukungan emosional bagi korban bullying dan juga bagi pelaku, dengan melibatkan konselor sekolah dan sumber daya lainnya.

Hambatan Dalam Memberikan Dukungan Sosial

  • Kurangnya Kesadaran Lingkungan Sekitar Terhadap Dampak Bullying

Tanpa di sengaja bullying kerap terjadi di lingkungan sekitar kita, terutama remaja yang beranjak dewasa dengan masa pertumbuhannya. Bullying sering dilakukan oleh orang yang merasa dirinya lebih kuat atau berkuasa dari yang lain. Tindakan bullying terhadap orang lain memiliki tujuan untuk menyakiti orang yang dianggap lemah. Tindakan tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara baik seacra fisik, maupun psikologis dengan cara melontarkan kata-kta atau ancaman yang dapat menyakiti korban. Tindakan ini juga bisa berasalah dari lingkungan sekitar atau hasil dari contoh perilaku orang dewasa yang tidak di sengaja.

Hubungan teman sebaya menganggap ini adalah sebuah lelucon untuk bersenang-senang, tetapi siapa sangka hal ini memiliki dampak yang sangat buruk. Korban akan merasa diasingkan, kurang percaya diri, menganggu belajar, masalah terhadap fisik ataupun mental. Dampak buruk ini juga tidak hanya terjadi pada korban, melainkan juga pada pelaku, dia akan memiliki sistem pengendalian diri yang sulit dikontrol bahkan oleh dirinya sendiri, empatinya akan berkurang, ketrampialan sosial dan emosinya akan memburuk (Prastiti, 2023).

  • Stigma Sosial Terhadap Korban

Stigma berkembang dimasyarakat khususnya pada remaja yang mengalami pubertas. Bullying yang dilakukan korban dengan stigma sosial ini cenderung terkait ras, agama, gender, hingga tingkat ekonomi. Stigma sangat mempengaruhi korban secara mental maupun fisik, hal ini terjadi dominan pada perempuan dari pada laki-laki. Stigma sosial perempuan dikatakan lebih dominan karena gender atau jenis kelamin juga mempengruhi kepribadian, sifat, emosional baik secara langsung atau secara tidak langsung. Remaja yang memiliki stigma yang tinggi cenderung akan melakukan tindakan bullying diantaranya mengejek fisik, mendiskriminasi, mengucilkan, hingga melakukan kekerasan fisik.

Korban bullying harus bisa melawan stigma tersebut, namun korban seringkali tidak berani melakukannya. Kenyataanya ketakutan akan balas dendam dari pelaku, rasa malu mengakui bahkan korban bullying, kurangnya dukungan dari sekitar. Hal ini dikarenakan karena pelaku biasanya memilih korban yang pendiam, sehingga besar kemungkinan tidak akan melawan karena presepsi stigma yang besar dan kuat dari pelaku. Dampaknya dalam konteks bullying berpengaruh dalam kesehatan mental dan memperburuk situasi atau keadaan korban (Ghina, 2021).

  • Menganggap Tindakan Bullying Sebagai Hal Wajar

Lingkungan sekitar juga berpengaruh dengan statement wajar dalam hal bullying. Oleh karena itu, supaya hal ini tidak dianggap wajar, harus diketahui akar permsalahan itu dimana. Dari mana pelaku memperlajari tindakan-tindakan tersebut, karena pasti ada gambaran atau contoh yang sudah ia tiru. Seorang yang aktif dan implusif lebih besar kemungkinan untuk untuk melakukan bullying. Namun bisa juga karena takut dibully sehingga ia memilih untuk mendahului melakukan bullying terhadap orang lain.

Pendidikan sangat penting dan menjaga lingkungan sekitar karena tidak semua remaja bisa memilih baik dan buruk hal yang bisa ditiru. Mulai dari lingkungan keluarga yang harus membisakan menjaga perilaku didepan anak terutama masa remaja, faktor diri sendiri yang harus berani, faktor dari lingkungan sekolah yang memang relatif lebih banyak kemungkinan untuk mempengaruhi sikap anak. Maka dari itu sebagai guru atau pendidik yang ada disekolah ahrus berani, tegas, dan memebrikan contoh yang baik dalam mendidik anak muridnya. Guru atau pendidik harus siap jadi orang tua kedua di sekolah sebagai pendegar, agar murid bisa mengungkapkan keluh kesah. Sehingga apabila terjadi bullying bisa diatasi dengan cepat dan tegas, tidak ada bullying yang dianggap wajar (Rachma, 2022).

KESIMPULAN

Bullying telah menjadi isu sosial yang mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia. Bullying adalah tindakan agresif atau penyerangan secara sengaja terhadap seseorang dengan keadaan ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan baik berupa kekerasan fisik atau secara verbal. Bullying dapat menimbukan dampak negative terhadap korban, salah satu dampak negative bagi korban bullying adalah gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, dukungan sosial sangat penting untuk mencegah adanya gangguan kesehatan mental pada korban bullying. Dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasi dan persahabatan. Perlu diketahui, bahwa dukungan sosial mempunyai hubungan terhadap pencegahan gangguan kesehatan mental korban bullying.

Adapun beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian dukungan sosial bagi seseorang yang mengalami bullying yaitu keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Pihak keluarga dapat mencegah dampak gangguan mental pada anak korban bullying dengan menjalin komunikasi yang terbuka, memberikan dukungan emosional dan melakukan pendekatan yang positif. Teman sebaya juga berpengaruh baik dalam mencegah gangguan mental pada korban bullying dengan cara intervensi positif, memberikan dukungan sosial dan berpengaruh positif kepada korban bullying. Adapun mekanisme sekolah dalam mengatasi dampak bullying yaitu dengan meningkatkan pendidikan dan kesadaran, membuat kebijakan dan prosedur yang jelas terkait bullying, serta penguatan ketermpilan sosial. Dalam melakukan dukungan sosial tentunya terdapat hambatan yang dialami yaitu seperti kurangnya kesadaran lingkungan sekitar terhadap dampak bullying, stigma sosial terhadap korban dan menganggap tindakan bullying sebagai hal wajar

DAFTAR RUJUKAN

Akasyah, W., & Efendi, F. (2020). Peran Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Ketahanan Psikologis Remaja Yang Mengalami Konflik. Nursing Sciences Journal, 4(2), 107-117.

Atmojo, B.S.R.,& Wardaningsih, S. (2019). Peran Guru Dalam Mencegah Perilaku Bullying. Bahmada: Journal ilmu dan teknologi kesehatan (E-Journal), 10(2), 1.

Ayu, R., & Muhid, A. (2022). Pentingnya dukungan sosial terhadap kepercayaan diri penyintas bullying: Literature review. Tematik, 2(1).

Bete, M. N., & Arifin, A. (2023). Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying Di Sma Negeri Sasitamean Kecamatan Sasitamean Kabupaten Malaka. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), 8(1), 15-25.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2024. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah Terhadap Kesehatan Mental Anak. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3704/dampak-perilaku-bullying-di-sekolah-terhadap-kesehatan-mental-anak diakses pada 18 Desember 2024 pk 14.30 WIB.

Fadlillah, I. A. (2022). Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua Dan Iklim Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMKN 2 Kediri (Doctoral dissertation, IAIN Kediri).

Fakultas Psikologi UMA. (2024). Pentingnya Dukungan Sosial dalam Menjaga Kesehatan Mental.https://psikologi.uma.ac.id/pentingnya-dukungan-sosial-dalam-menjaga-kesehatan-mental/#:~:text=Dukungan%20sosial%20memiliki%20peran%20yang,membantu%20mereka%20menghadapi%20tantangan%20hidup diakses pada 18 Desember 2024 pk 19.30 WIB.

Harefa, P. P. P., & Rozali, Y. A. (2020). Pengaruh dukungan sosial terhadap konsep diri pada remaja korban bullying. JCA Psikologi, 1(1).

Hidayati, D. L., & Purwandari, E. (2023). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kesehatan Mental di Indonesia: Kajian Meta-Analisis.

Jessica F. (2019). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Distres Psikologis Pada Korban Bullying Di Universitas "X." Repos UNJ.

KPAI. (2020). Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai Catatan Masalah Anak di Awal 2020. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Nurbaiti, N., dkk. (2023). Peran Teman Dan Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental Korban Bullying. Pendidikan Karakter Unggul, 1(5).

Permata, J. T., & Nasution, F. Z. (2022). Perilaku Bullying Terhadap Teman Sebaya Pada Remaja. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(2), 614--620. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i2.83

Plan International. (2015). Are Schools Safe and Equal Places for Girls and Boys in Asia? Plan International, February 2015.

Prastiti, J. P., & Anshori, I. (2023). Efek Sosial dan Psikologis Perilaku Bullying Terhadap Korban. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 7(1), 69-77.

Putri, Y. N., Zaharuddin, Z., & Purwasih, I. (2021). The Relationship of Social Support with Optimism in Cancer Survivors in RS. Moh. Hoesin Palembang. Indonesian Journal of Behavioral Studies, 1(3), 290-296.

Rachma, A. W. (2022). Upaya pencegahan bullying di lingkup sekolah. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi, 10(2), 241-257.

Ramdani, Adam Putra Rizki. (2024). Pengaruh Dukungan Sosial Dan  Bullying Terhadap Kesehatan Mental Pada Remaja.

School violence and bullying: global status report. (2017). In School violence and bullying: global status report. https://doi.org/10.54675/poiv1573

Sukmawati, I., Fenyara, A. H., Fadhilah, A. F., & Herbawani, C. K. (2021). Dampak bullying pada anak dan remaja terhadap kesehatan mental. In Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat 2022 (Vol. 2, No. 1, pp. 126-144).

Tirmidziani dkk, (2018). Upaya Menghindari Bullying pada Anak Usia Dini Melalui Parenting. Earli Childhood: Jurnal Pendidikan. 2 (1) : 1414.

Triyatni, A,., & Rozali, Y. A. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Self Regulated Learning Pada Siswa MTS Kelas VII Jakarta Barat. JCA of Psychology, 1 (01).

Wahani, E. T., Isroini, S. P., & Setyawan, A. (2022). Pengaruh Bullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja. EduCurio: Education Curiosity, 1(1), 198-203.

Wahyuni, S. A. E. P., Pratiwi, N. P. A. T., & Sulistiowati, N. M. D. (2023). Gambaran Tingkat Pengetahuan Bullying pada Remaja di Desa Gunaksa Klungkung. Jurnal Peduli Masyarakat, 5(3), 819-826.

World Health Organization. (2020). Global status report on preventing violence against children 2020. In 2020.

Zakiyah, Ela Zain, dkk. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2

Zakiyah, E. Z,.Humaedi. S.,& Santoso, M. B. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying. Jurnal FISIP. Vol. 4 (2) : 283.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun