Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kado Lebaran: Online atau Offline Tidak Masalah

13 Mei 2020   16:00 Diperbarui: 13 Mei 2020   16:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta industri 4.0 menjadi kebutuhan setiap sektor di abad ke-21. Revolusi ini sangat jelas ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, computer kuantum, bioteknologi, Internet of things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.

Dari laman kelaspintar.id mengemukakan, ada 4 fakta menarik yang terjadi pada revolusi industri 4.0 di antaranya, berawal dari Jerman, nilai yang fantastis, 800 juta pekerjaan, dan peluang kerja baru.

4 fakta tersebut menjadikan peluang bagi siapa saja yang mengambil peran. Bahkan di dunia pendidikan pun ikut terpengaruhi adanya perubaha ini. Contoh, pendaftaran sudah di-online-kan, sistem pembayaran bulanan di lembaga pendidikan sudah berbasis 4.0. Dan ini fakta.

Selain itu, Hari Widowati dalam databoks.katadata.id bertajuk, "Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-Commerce Tercepat di Dunia," menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan E-commerce tercepat.

Pertumbuhan tersebut, Indonesia memimpin jajaran 9 negara lainnya dengan pertumbuhan 78 persen pada tahun 2018. Kekuatan ini diperoleh dari 100 juta lebih pengguna internet yang menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan e-commerce.

10 negara yang dimaksud yaitu, Indonesia, Meksiko, Filipina, Kolombia, Uni Emirat Arab, Vietnam, Arab Saudi, Israel, India, dan Tiongkok. Sedangkan Meksiko, menjadi negara yang menduduki peringkat ke dua tercepat dengan pertumbuhan 59 persen di tahun 2018. Dan Filipina di urutan ketiga dengan pertumbuhan sebesar 51 persen.

Hitungan perbelanjaan masyarakat Indonesia di situs belanja daring mencapai US$ 228 per orang atau sekitar Rp 3.19 juta per orang. Sekitar 17.7 persen responden membelanjakan uangnya untuk membeli tiket pesawat  dan memesan hotel secara daring.

Sedangkan, 11.9 persen responden membelanjakan uangnya untuk produk pakaian dan alas kaki. Dan 10 persen responden pada produk kesehatan dan kecantikan.

Data di atas, akan terjadi perubahan di tahun 2020. Apalagi kondisi pandemi saat ini membuat orang merubah gaya hidupnya menjadi serba online. Terpenting, jangan sampai menikah online. Kemudian anak tinggal didownload. Candaan saja.

Kondisi seperti ini, semua hampir dialihkan menjadi delivery system. Belanja online, lebih mendominasi lantaran kebutuhan mendesak. Tetapi, hati-hati! Jumlah penipuan pun semakin besar.

Bagi penikmat belanja online. Semua kebutuhan dialihkan menjadi tinggal "Klik." Ini  sudah merupakan rutinitas harian, bukan karena pandemi. Bahkan, mendepositkan uang belanja secara online pun diutamakan untuk transaksi.  

Bagi sebagian orang, berbelanja online sangat mempermudah kebutuhan harian. Di samping, sangat menghemat tenaga dan waktu. Juga dapat, mengurangi pekerjaan bagi ibu rumah tangga.

Semisal, hanya menghitung beberapa hari menuju perayaan Idul Fitri. Setiap orang memiliki rencana spesial untuk seseorang yang dicintai. Yaitu dengan mempersiapkan kado lebaran terbaik di tengah situasi pandemi dengan cara online.

Biasanya, dia telah memiliki toko langganan terpercaya, pembelanja online tidak akan ragu lagi untuk membeli produk yang dibutuhkan. Bahkan, kado spesial itu mungkin telah disiapkan jauh-jauh hari.

Patut menjadi catatan, bahwa pengiriman barang menjadi terkendala akibat terjadinya penutupan akses di suatu wilayah. Seperti yang dikabarkan oleh seller.shopee.co.id terkait hal tersebut dengan kondisi; pertama, paket sedang dalam perjalanan pengiriman menuju atau keluar wilayah yang ditutup;

Kedua, paket baru diajukan untuk dijemput kurir atau sudah diantar ke konter oleh penjual menuju atau keluar wilayah yang ditutup; ketiga, Pesanan yang baru saja diterima atau dikonfirmasi oleh penjual untuk tujuan pengiriman atau lokasi seller yang sudah ditutup;

Keempat; pembayaran pembeli baru diverifikasi oleh Shopee, pesanan menuju atau dari wilayah yang ditutup; kelima, pembeli tidak bisa melakukan pembelian produk di Shopee untuk pesanan menuju atau dari wilayah yang ditutup.

Maka, untuk penikmat belanja online harus diperhitungkan dengan melihat daerah yang terdampak PSBB. Karena penutupan akses akan terkendala masalah pengiriman barang dari luar kota.

Berbeda dengan para penikmat belanja offline. Biasanya, pembelanja offline lebih mengejar harga diskon saat menjelang hari raya idul fitri. Di satu sisi, harga lebih hemat. Di sisi lain, bisa mendapatkan barang 2 kali lipat barang dengan harga satu produk. Ingat! Hati-hati kalap ketika belanja.

Memilih belanja offline, lebih aman dibandingkan online. Itu menurut penikmat offline. Karena resiko terbesar penipuan sangat minim dan produk yang dibeli pun sangat jelas ada di depan mata. Bisa menawar, bisa melakukan perjanjian pengembalian jika terjadi kerusakan produk.

Otoritas Jasa Keuagan mencatat, dikutip dari laman merdeka.com, bahwa pada tahun 2019 ada sekitar 19 ribu aduan terkait penipuan belanja online atau online shop, rata-rata dengan aduan barang belanja tidak dikirim setelah pembayaran dilakukan.

Ini menjadi salah satu kekhawatiran masyarakat ketika belanja online. Tidak heran, jika ada sebagian orang masih nyaman dengan belanja offline. Tetapi, kemungkinan besar akan beralih ke belanja online sebagai kebutuhan mendesak seperti saat pandemi.

Pada dasarnya, belanja online atau pun offline tidak menjadi sebuah masalah. Karena, yang dilihat bukan online atau offline. Tetapi, kebutuhan barang yang sedang dicari dengan kualitas tidak mengecewakan. Jika, dibutuhkan online maka lakukanlah. Jika sebaliknya, harus berbelanja offline itu juga tidak masalah.

Hanya saja, memperbaiki cara pandang saat berbelanja online atau pun offline itu penting dengan menyesuaikan kebutuhan, bukan sesuai keinginan. Kalap saat belanja, itu yang dikhawatirkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun