Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kebahagiaan yang Tersampaikan

8 Mei 2020   19:23 Diperbarui: 8 Mei 2020   19:31 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaki ini terus langkahkan dengan mantab. Sesekali melihat kanan dan kiri, mereka begitu sangat sederhana cara hidupnya. Jauh sekali seperti orang-orang kota yang biasa hidup, bahkan bisa jadi lebih mewah.

Begitulah kegiatanku menjelang Ramadan tiba dengan melakukan kegiatan sosial ke beberapa kampung pedalaman. Aku bertempat di Jln. Bangkinang -- Pekanbaru, Km. 21, Rimbo Panjang.

Aku bersama tim serta beberapa pemerintah desa setempat, meminta agar bantuan ini jatuh kepada orang yang tepat, benar-benar sangat membutuhkan. Walaupun kami menyadari, program ini jauh dari kata adil jika dikemudian hari ada keluarga yang tidak masuk ke data kami.

Saat itu, kami membaga dua kelompok armada mobil. Satu untuk membagikan di dusun 1, kedua menuju ke dusun 2. Aku dan tim starting di jam 15:00, karena matahari di Riau cukup redup ketika jam sore.

Sebelum berangkat, memang kita selalu menata diri dan hati. Dengan harapan, bantuan sedekah yang kami lakukan bukan semata karena ingin dilihat, atau pun mendapatkan pujian dari banyak orang. Itu tidak sama sekali.

Tetapi, ini berangkat dari keprihatinan di tengah pandemi. Di saat aku, dan tim merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan harian. Ternyata, ada orang-orang sekitar kita tidak merasakan terpenuhi kebutuhan harian.

Ibarat kita makan nasi dengan lauk ayam, dan tetangga atau pun orang sekitar kita makan hanya sebatas nasi garam. Ketika kita tidak membantunya, sungguh dzolim diri ini terhadap mereka.

Inilah prinsip mendasar yang kami rasakan untuk berbagai satu plastik sembako. Memang tidak begitu besar, tetapi setidaknya mampu memberikan harapan kembali kepada mereka untuk tetap bisa tersenyum di tengah pandemi ini.

Setelah kami masuk di beberapa pedalaman di dusun 2, lamat-lamat aku perhatikan, sangat sederhana mereka hidup, bertempat tinggal sekedarnya -- sebatas kayu disusun dengan rapi, layaknya bedeng.

Aku berfikir, bagaimana keadaan mereka saat hujan lebat, dihempas angin kencang, apa mereka tetap survive? Na'udzubillah sampai terjadi sesuatu terhadap rumah tinggal mereka. Begitu kiranya yang terlintas di pikiranku saat itu .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun