Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Surau: Tempat Kembali dan Terlahirnya Orang-orang Hebat

30 April 2020   22:01 Diperbarui: 30 April 2020   22:16 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photografer: Ummul Faradhillah

Contoh pada qunut subuh, ada beberapa makmun yang aku temui ketika berjamaah di masjid ini, dengan tidak mengikuti imam saat berqunut subuh. Hal ini, aku sudah pahami lantaran berbeda cara pandang bermadzhab. Tidak masalah.

Lalu, apakah kita perlu menyalahkan jika ada makmum seperti ini? Tidak. Berbeda madzhab itu kasus furu'iyyah atau cabang dalam ajaran Islam. Melainkan jika masuk pada konsep tauhid atau usul, tidak boleh ada perbedaan.

Aku pernah merasakan hal memilukan saat menjadi makmum yaitu, terinjak kacatamata saat sedang berjamaah. Aku seringkali menaruh kacamata tepat di hadapanku. Dan di masjid al-Jami' tidak pernah sepi dengan anak balita yang berlarian ke sana-kemari.

Saat terlintas ada balita mungil berlari di shaf depan.  Konsentrasiku mulai terganggu, kemudian terjadilah hal yang tidak harus terjadi saat itu. Aku mendengar bunyi "Krek" bertanda, kacatamata handalku terinjak. Setelah selesai shalat, barulah aku amankan.

Dari kejadian di atas bagi orang berkacamata harus bisa mengetahui kondisi setiap masjid. Apabila ada beberapa anak-anak berlarian di sekitar masjid, bisa jadi akan berlarian di shaf-shaf shalat. Solusinya, taruhlah kacamata di tempat aman, di ketinggian yang tidak terjangkau oleh anak-anak. Nasib orang berkacamata.

Imam

Menjadi imam shalat bagi anak pesantren itu sebuah kewajiban. Terlepas dari bacaan atau makharijul hurufnya baik atau tidak. Tetapi, begitulah anak pesantren yang dididik untuk menjadi seorang imam. Tidak hanya imam shalat, tetapi imam keluarga juga, bahkan imam bagi rakyatnya sendiri.

Aku dibiasakan dan dididik dari masjid ini, masjid al-Jami'. Membiasakan belajar menjadi imam shalat. Sesekali lupa bacaan shalat, lupa rakaat ke berapa, dan lupa tidak membaca qunut, karena aku bermadzhab syafi'i. Tetapi itu semua adalah proses belajar bagiku.

Generasi muda, waktu mendekati masjid, waktunya kembali kepada masjid. Profesi apa pun kalian wahai anak muda, jangan sampai anti dengan masjid. Ingat, suatu saat nanti ketika benar-benar berada dalam titik terendah dalam hidup, kalian baru akan ingat, bahwa masjidlah tempat terbaik untuk kembali.

Bilal

Bilal selalu diidentikan dengan pemilik suara merdu. Tetapi bagiku tidak. Menurutku, bilal bagi anak muda adalah regenerasi muslim yang harus diestafetkan. Jangan-jangan, anak muda sekarang hanya trand pada hal-hal milenial saja. Dia lupa, cara adzan, lupa cara iqamah, dan lupa cara bilal tarwih atau jum'at.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun