Pada intinya semua tingkah laku kita di sosial media atau melalui smartphone menjadi barang dagangang dan sebenarnya pengiklanlah yang menjadi pelanggan, dan pada akhirnya platform ini dirancang untuk menciptakan akan ketergantungan dalam melayani kapitalisme ini. Â Maka Facebook pernah menyatakan " If youre not paying for the product, then you are the product" jika produk nya gratis, maka sebenarnya andalah produknya. Secara tidak kita sadari kita adalah produk yang dijual oleh mereka. Mereka mendapatkan uang dari data kita yang telah mereka kumpulkan.
Lanjut kita beralih ke dampak negatif  lainnya. Ketika kita menggunakan sosial media seperti Twitter, Facbook, Instagram YouTube, para penggunanya bisa membagikan sebuah konten ke banyak orang, dan juga bisa mengomentari apa yang para creator tersebut bagikan. Pasti dari kalian pernah melihat bullying yang menuju ke sebuah konten, entah bullying dikarenakan si pembuat konten tersebut membuat konten tidak sesuai dengan apa audience harapkan, karena hal tersebut banyak hujatan yang creator dapatkan.Â
Jika sang content creator mempunyai mental yang kuat pasti akan menanggainya dengan kepala dingin, santai. Namun bagaimana jika hal tersebut terjadi pada anak -- anak kecil atau remaja ? Seperti yang kita ketaui bahwa sekarang banyak sekali anak -- anak yang sudah bisa mengakses internet dan mempunyai sosial media.Â
Dengan bersosial media tidak dapat dipungkiri bahwa si anak akan mendapatkan bullying, atau depresi karena tidak dapat memenuhi standar society, dan dampak terparahnya berujung pada sucideded. Maka dari itu tingkat depresi dan sucieded remaja dan anak -- anak meningkat drastis sejak penggunaan sosial media. Contohnya mereka insecure melihat standar kecantikan yang didesain oleh sosial media, melihat model -- model kecantikan dengan tubuh bagus, kulit yang mulus, dan hal ini mengakibatkan tekanan untuk menjadi cantik dengan apa yang sosial media desain, tekanan tersebutlah yang mengakibatkan depresi.
Ketika kita bersosilal media, banyak berita -- berita yang akan kita dapatkan. Baik berita dalam negeri maupun berita dari luar negeri. Kita dapatkan berita tersebut secara capat dan bahkan bisa pada saat live kejadian tersebut terjadi. Tak banyak dari berita tersebut yang mengandung hoax. Sebuah studi MIT menyebutkan bahwa berita palsu di Twitter menyebar enam kali lebih cepat dari  berita yang sebenarnya. Perusahaan -- perusahaan sosial media menciptakan sistem yang berperasangka terhadap informasi palsu untuk mendapatkan lebih banyak uang.Â
Kita bisa saja percaya dengan hal tersebut, dan membuat kita semakin agresif terhadap sesuatu dan mungkin saja dapat menyebabkan perpecahan. Implikasi yang paling meresahkan adalah pelaku kejahatan ddapat menggunakan sosial media sebagai media senjata yang bisa membahayakan dunia. Salah satunya adalah di Myanmar para pelaku kejahatan menggunakan Facebook untuk memanipulasi politik dan memicu kekerasan terhadap para muslim Rohingya yang termasuk pembunuhan massal, pembakaran massal, dan pemerkosaan massal. Platform seperti Facebook memungkinkan penyebaran narasi yang bersifat manipulative dengan sangat mudah dan bebas tanpa harus membayar mahal.
Pada akhirnya semua hal memiliki dua sisi seperti sekeping koin, ada dua hal yaitu sisi baik dan sisi buruk. Semua kembali Kediri kita masing -- masing untuk memilah sisi yang negatif  dan sisi yang positif. Ambilah keuntungan dari berosial media, jangan sosial media yang diuntungkan oleh kita. Kita harus mempunyai self control dalam bersosial media, jangan mau diperbudak oleh sosial media. Buat teman- teman semua alahkah baiknya melihat sebuah film documenter berjudul 'The Social Dilemma" film tersebut sudah bisa ditonton di Netflix.Â
Film itu sangat direkomendasikan untuk ditonton, karena di film tersebut kalian bisa melihat berbagai sisi, baik buruknya sosial media yang bersumber dari mantan -- mantan petinggi perusahaan sosial media ternama. Cocok banget buat mengisi waktu PPKM tema -- teman, bagi yang kangen nonton di bioskop bisa nonton film documenter ini dulu.Baik teman -- teman demikian tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat bagi teman -- teman yang membaca ya. Sampai jumpa lagi dengan tulisan -- tulisan saya selanjutnya. Stay safe, jangan lupa jaga kesehatan dan patuhi prokes ya teman teman. Wassalamualaikum Wr Wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H