Malas merupakan penyakit berbahaya yang kian menjamur dan harus dilawan oleh tiap individu utamanya bagi kalangan usia produktif.
Kebiasaan dikit-dikit rebahan, tidak ada motivasi untuk beraktivitas, termasuk malas belajar akan sangat berbahaya jika dilakukan secara terus-menerus.
Bahayanya adalah ketika tanpa disadari hal itu akan membuat otak mendukung kebiasaan tubuh kita yang malas hingga sulit untuk diubah.
"Bayangkan betapa seramnya jika kemalasan telah menjadi identitas diri kita. Ngeri cuy!"
- Gak bisa makan kalau tidak disiapkan
- Ketemu soal yang sulit langsung malas belajar
- Gak mau kerja padahal lagi bokek
- Terlalu banyak syarat supaya mau melakukan sesuatu.
"Hmm.. Orang yang sangat menyedihkan~"
Tentu kita tak ingin diri kita atau anak kita tumbuh menjadi seorang pemalas yang bikin susah kan?
Maka dari itu, Elastic Habits menjadi salah satu solusi membangun kebiasaan baik untuk meng-counter perilaku buruk seperti mager, malas beraktivitas, hingga malas belajar.
Sebelum menuju ke cara kerja Elastic Habits, mari kita sedikit berkenalan dengan pelopornya.
Elastic Habits pertama dikenalkan oleh seorang pakar pembentuk kebiasaan yang juga merupakan penulis buku best seller Mini Habits.
Ya, sosok itu adalah Stephen Guise.
Ia berhasil meracik resep agar sesorang dapat membangun kebiasaan dengan baik yang anti gagal.
Melalui Elastic Habits, dirinya memberikan alternatif bagi orang yang sulit membangun kebiasaan baik dengan cara yang cukup mudah dan elastis seperti namanya.
Pernahkah kamu mencoba membangun kebiasaan seperti ini?
- Belajar Matematika 2 jam/hari
- Olahraga 45 menit/hari
- Bikin konten 4 jam/hari
Jika pernah, apakah sudah terealisasi sesuai target?
Atau malah bolong-bolong gagal jadi kebiasaan dan terbengkalai tak ada artinya?
Ya, membangun kebiasaan dengan cara kaku seperti itu memang tak mudah bagi sebagian orang. Apalagi untuk jangka panjang.
Salah satu konsep yang ditawarkan dalam Elastic Habits untuk membangun kebiasaan baik yaitu dengan membuat sistem yang fleksibel dengan target yang realistis.
Caranya gimana?
1. Buat 2-3 kebiasaan yang umum (tidak spesifik)
Ingat! Jangan lebih dari 3 dan pastikan kebiasaan itu sesuai tujuan dan value kamu.
Contoh: - Belajar Bahasa Inggris
- Belajar Matematika
2. Buat detail dari 3 kebiasaan yang mau kamu bangun
- Belajar Bahasa Inggris: 1. Storytelling ; 2. Grammer: Past Perfect Tense
- Belajar Matematika: 1. Statistika ; 2. Latihan Soal
3. Buat standar yang fleksibel
Fleksibel dalam hal ini merupakan tingkat kesulitan dan usaha yang diperlukan untuk melakukan aktivitas.
- Contoh: Storytelling
Elit: 15 menit
Plus: 10 menit
Mini: 5 menit
- Contoh: Latihan soal
Elit: 15 soal
Plus: 10 soal
Mini: 5 soal
Intinya dalam setiap kebiasaan yang ingin kamu latih diperlukan standar yang elastis.
Sehingga ketika kamu dalam situasi sangat sibuk pun tetap bisa melakukan kebiasaan dengan standar minimal.
Yuk share pengalamanmu dalam membangun kebiasaan baru di kolom komentar.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H