Mohon tunggu...
Kharisma Nur F
Kharisma Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Agroindustrialist

Pemula yang masih mencari pengalaman. Menulis sebagai media penyampaian aspirasi dari apapun yang terpikirkan dan dirasakan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Peran Kita dalam Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok

13 April 2018   23:07 Diperbarui: 14 April 2018   00:04 3274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi
dok. pribadi

Barang kebutuhan pokok sebagaimana dimaksud dalam Perpres No 71 Tahun 2015, terdiri dari tiga jenis. Pertama, hasil pertanian berupa: beras, kedelai, cabe dan bawang merah. Kedua, hasil industri berupa: gula, minyak goreng dan tepung terigu. Ketiga, hasil peternakan dan perikanan berupa: daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras dan ikan segar (bandeng, kembung dan tongkol,tuna/cakalang).

Berdasarkan rincian tersebut, terlihat jelas bahwa barang-barang kebutuhan pokok sangat terkait dengan sektor pertanian. Sektor inilah yang menjadi titik mula dan akar pembahasan ini, penentu stabilitas harga.  Indonesia sebagai negara agraris, tentu masih memiliki potensi besar untuk kembali merasakan swasembada. Dukungan yang terintegrasi dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk mencapainya.

Pemenuhan barang pokok dapat tercapai jika hasil produksi sesuai dengan permintaan pasar atau konsumen, baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas produk tergantung pada produktivitasnya, yaitu rasio produk yang dihasilkan terhadap bahan baku maupun sumberdaya yang digunakan pada proses produksinya.

Kualitas produksi dipengaruhi oleh kondisi proses produksi dan bahan bakunya. Baik kuantitas dan kualitas, keduanya dipengaruhi oleh proses produksi dan bahan baku. Ketersediaan jumlah dan mutu bahan baku harus mencukupi kebutuhan untuk target produksi. Hal ini menunjukkan diperlukannya pengawasan dan penyediaan bahan baku yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan.

Saat ini, masih banyak ditemukan lahan pertanian, ladang, peternakan, pertambakan, dan lahan lainnya kurang produktif, mengalami kesulitan, bahkan kegagalan panen. Hal ini berimbas pada menurunnya produktivitas, berkurangnya hasil produksi, kelangkaan, hingga melonjaknya harga produk di pasaran.

Pelaku produksi, seperti petani-peternak-petambak, umumnya didominasi oleh kalangan dengan tingkat pendidikan rendah sehingga melakukan mereka melakukan kegiatannya, bertani-berternak-bertambak, dengan dasar pengalaman dan pengetahuan warisan leluhur yang cenderung masih jauh dari dasar kajian ilmiah.

Penguasaan ilmu terkait dan mengikuti perkembangannya, dapat menunjukkan alternatif metode yang terbaik dan efektif. Pendampingan teknis dan sosialisasi dari akademisi, lembaga maupun dinas terkait tentu dibutuhkan. Metode produksi yang tepat mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi sumberdaya.

Selanjutnya, pengawasan proses perlu dilakukan untuk memahami titik kritis produksi sehingga dihasilkan output yang maksimal. Proses yang efisien dapat menurunkan harga pokok produksi. Produk yang berkualitas akan mudah memenuhi permintaan pasar sehingga menaikkan ketersediaan stok untuk konsumen.

Hingga kini, pemerintah telah menjalankan dan memfasilitasi banyak program kegiatan terkait. Saya sempat melakukan wawancara dengan beberapa pelaku UMKM pangan di Jabodetabek dalam rangka "Pemetaan Pola Konsumsi dan Penggunaan Produk Dalam Negeri". Mereka mengakui, pemerintah sudah cukup baik dalam memfasilitasi pengembangan usaha mereka.

Berbagai lembaga dan dinas terkait tingkat daerah hingga pusat menyediakan berbagai dukungan dan program pelatihan untuk diikuti. Hanya saja, program tersebut dirasa sedikit 'terputus'. Keberlanjutan dari kegiatan sebelumnya dan monitoring jangka panjang yang intensif dirasa perlu untuk meningkatkan keefektivitasan program. Hal ini berpotensi meningkatkan lagi produktivitas dalam negeri menuju Indonesia Mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun