Mohon tunggu...
Kharisma Alfin Zakiya
Kharisma Alfin Zakiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

membuat pengalaman yg baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

pendidikan islam dan mobilitas sosial

14 Desember 2024   21:55 Diperbarui: 14 Desember 2024   22:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Konsep Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial di Masyarakat.

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan adalah upaya untuk membimbing, membentuk, mengarahkan, menerangi, dan melatih semua peserta didik, baik yang formal, informal, maupun non-formal. Menurut ketentuan umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah upaya yang disengaja dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi mereka untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan bagi diri mereka sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

2. Pengertian Mobilitas Sosial
Pergerakan individu atau kelompok individu dari satu posisi ke posisi lain disebut sebagai
mobilitas sosial, menurut Hadinoto. Posisi dapat menunjukkan status atau lokasi situasional. Adapun mobilitas sosial, Idi menjelaskan bahwa itu adalah pergerakan masyarakat dalam mengejar transformasi yang lebih baik.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Antara Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial:

1. Perubahan Struktur Sosial, Perubahan dalam struktur kasta dan kelas di masyarakat dapat terjadi secara alami, misalnya ketika masyarakat mulai memiliki pandangan yang lebih terbuka. Selain itu, kemajuan teknologi juga memberikan peluang bagi individu untuk naik ke strata sosial yang lebih tinggi dan menciptakan lapisan sosial yang baru.

2. Perluasan Wilayah dan Perpindahan Penduduk, Perluasan wilayah, seperti perkembangan kota dan program transmigrasi, membuka peluang bagi individu untuk mengeksplorasi kesempatan baru di wilayah yang berbeda, sehingga memicu terjadinya mobilitas sosial.

3. Komunikasi yang Bebas, Hambatan komunikasi antaranggota masyarakat dapat menghalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, komunikasi yang terbuka dan efektif dapat menghapus sekat-sekat sosial, memudahkan interaksi, dan mendorong mobilitas sosial.

4. Spesialisasi dalam Pekerjaan, Pembagian kerja dalam masyarakat juga memengaruhi kemungkinan terjadinya mobilitas sosial. Ketika pekerjaan menjadi sangat spesifik dan membutuhkan keterampilan khusus, peluang untuk berpindah dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain menjadi lebih terbatas. Hal ini membuat mobilitas sosial semakin sulit terwujud.

Berikut adalah beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pendidik dalam melaksanakan tugasnya:

1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang Memadai, Sarana dan prasarana yang memadai menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Keberadaan fasilitas seperti mushola, tempat wudhu, lapangan olahraga, dan perpustakaan mempermudah pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.

2. Dukungan dari Rekan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Hubungan yang harmonis dan kerja sama antarpendidik serta tenaga kependidikan memberikan dukungan moral yang signifikan di lingkungan sekolah. Kebersamaan ini mampu meningkatkan motivasi pendidik, yang pada akhirnya berdampak positif pada efektivitas pembelajaran.

3. Dukungan dari Kepala Sekolah, Peran kepala sekolah sangat krusial dalam memberikan dukungan penuh melalui kebijakan yang mendukung guru-guru, baik guru agama maupun guru umum, sehingga mereka dapat menjalankan berbagai program dan aktivitas di sekolah secara maksimal.

4. Kesadaran Peserta Didik, Kesadaran belajar yang tumbuh dari dalam diri peserta didik menjadi faktor utama dalam keberhasilan proses pembelajaran. Tanpa adanya kesadaran ini, peserta didik akan kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar secara optimal.

5. Peran Orang Tua dalam Mendukung Peserta Didik, Motivasi belajar peserta didik tidak hanya berasal dari sekolah, tetapi juga dari lingkungan keluarga. Setelah kembali ke rumah, anak-anak belajar di bawah pengawasan dan bimbingan orang tua, sehingga dukungan orang tua berperan penting dalam meningkatkan semangat belajar mereka.

C. Tujuan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat.

1. Tujuan Normatif. Tujuan ini berkaitan dengan pencapaian yang didasarkan pada

norma-norma yang bertujuan untuk menginternalisasi nilai-nilai tertentu. Beberapa

jenis tujuan dalam kategori ini meliputi:

a. Tujuan Formatif: Memberikan dasar yang bersifat korektif.

b. Tujuan Selektif: Meningkatkan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah.

c. Tujuan Determinitif: Membantu individu mencapai sasaran yang sesuai dengan jalur pendidikan.

d. Tujuan Integratif: Menggabungkan berbagai fungsi psikis seperti pikiran, perasaan, kehendak, ingatan, dan nafsu untuk mencapai tujuan akhir.

e. Tujuan Aplikatif: Mengajarkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam pengalaman pendidikan.

2. Tujuan Fungsional. Tujuan ini fokus pada kemampuan peserta didik untuk mengaplikasikan hasil pendidikan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Beberapa jenis tujuan fungsional adalah:

a. Tujuan Individual: Mengembangkan kemampuan individu untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diajarkan, seperti moral, intelektual, dan keterampilan.

b. Tujuan Sosial: Membantu peserta didik menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan orang lain.

c. Tujuan Moral: Membimbing peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral yang berasal dari agama, sosial, psikologi, dan biologi.

d. Tujuan Profesional: Mengembangkan kemampuan untuk mengaplikasikan keahlian sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

3. Tujuan Operasional. Tujuan ini lebih berfokus pada sasaran teknis dan manajerial. Menurut Langeveld, tujuan operasional dapat dibagi menjadi enam jenis, yaitu:

a. Tujuan Umum

b. Tujuan Khusus

c. Tujuan Tak Lengkap

d. Tujuan Insidental

e. Tujuan Sementara

f. Tujuan Intermedier.

D. Dampak Yang Dihadapi Pendidikan Islam Terhadap Peningkatan Sosial,Ekonomi,dan Kesejahteraan Mobilitas Sosial. Mobilitas sosial di kawasan perkotaan memiliki dampak besar, seperti:

1. Peningkatan status sosial: Pendidikan memberikan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, dengan gaji dan posisi yang lebih tinggi, sehingga memperbaiki status sosial seseorang.

2. Peningkatan ekonomi: Pendidikan memberi peluang bagi individu untuk meningkatkan pendapatan dan status sosial melalui karier yang sukses dan bisnis yang berkembang pesat.

3. Peningkatan kesempatan: Pendidikan membuka jalan bagi perbaikan status sosial dengan memberikan akses ke pekerjaan yang lebih baik dan peluang karier yang lebih luas.

4. Peningkatan kesadaran: Pendidikan meningkatkan pemahaman individu tentang pentingnya pendidikan dan mobilitas sosial, yang mendorong mereka untuk meningkatkan status sosial melalui pendidikan.

E. Hubungan antara Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial.

Pada masa lalu, menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) pada era kolonial Belanda memberikan peluang besar bagi seseorang untuk menjadi pegawai dan meraih status sosial yang terhormat. Apalagi jika seseorang berhasil lulus dari MULO, AMS, atau perguruan tinggi, peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik menjadi semakin besar. Namun, saat ini, pendidikan di tingkat SD atau Madrasah Ibtidaiyah, hingga jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Madrasah Aliyah, memiliki pengaruh yang semakin kecil terhadap mobilitas sosial. Dengan meningkatnya kewajiban belajar hingga tingkat SMU atau Madrasah Aliyah, ijazah dari jenjang tersebut menjadi kurang relevan dalam membantu seseorang mencapai kedudukan yang lebih tinggi. Lulusan perguruan tinggi sekalipun kini menghadapi tantangan yang semakin berat untuk mencapai mobilitas sosial vertikal, yaitu peningkatan status sosial dan pekerjaan. Hal ini terjadi karena jumlah lulusan perguruan tinggi yang terus meningkat, sehingga menciptakan persaingan ketat dalam memperoleh status sosial yang lebih tinggi.

Meskipun demikian, pendidikan tinggi tetap memiliki sifat selektif. Tidak semua orang tua mampu membiayai pendidikan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Namun, dengan adanya sistem seleksi berbasis komputer, proses penilaian menjadi lebih objektif dan tidak lagi dipengaruhi oleh status sosial orang tua atau rekomendasi pihak tertentu. Sistem ini memberikan peluang lebih besar bagi anak-anak dari kalangan ekonomi rendah dan menengah untuk mengakses pendidikan tinggi berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka. Namun, seperti yang disampaikan oleh Anderson dalam penelitiannya, tidak bijak untuk menyimpulkan bahwa mobilitas sosial ke atas sepenuhnya bergantung pada pendidikan formal. Penelitian komparatif di negara seperti Swedia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa mobilitas sosial dapat terjadi tanpa keterkaitan langsung dengan pendidikan formal. Faktor lain, seperti kecerdasan (intelegensi) dan motivasi individu, juga berperan penting dalam memengaruhi mobilitas sosial, meskipun kedua faktor ini tidak selalu berkaitan dengan pendidikan formal.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin penting peran pendidikan, semakin besar peluang mobilitas sosial, terutama bagi anak-anak dari kalangan ekonomi rendah dan menengah. Namun, kenyataannya, hal ini tidak selalu berlaku, terutama jika pendidikan hanya berhenti pada jenjang Madrasah Aliyah tanpa disertai keterampilan tambahan yang mendukung. Pendidikan Islam memiliki kaitan yang erat dengan mobilitas sosial, karena selain mengajarkan ilmu agama, juga fokus pada pembentukan karakter, etika, dan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah, yang sejalan dengan semangat untuk terus berkembang dalam aspek sosial, ekonomi, dan spiritual.  b.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun