Mohon tunggu...
Kharisma Ramdhini
Kharisma Ramdhini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi UNJ

Masih banyak kurang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Active Learner dan Demokrasi Pendidikan di Masa Pembelajaran Jarak Jauh

12 Januari 2021   16:37 Diperbarui: 12 Januari 2021   16:46 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Berbicara mengenai pendidikan, terdapat beberapa pengertian mengenai hakikat dari pendidikan, sebab pendidikan mengandung banyak aspek yang sangat kompleks. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Seperti yang kita ketahui, pendidikan dan manusia adalah dua hal yang menjadi satu, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut H.A.R Tilaar memahami hakikat dari pendidikan dengan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan reduksionisme dan pendekatan holistic integrative (Dewi, 2018: 72). Pendekatan reduksionisme dan holistic integrative di mana keduanya sama-sama mengartikan bahwa pendidikan tidak dapat dikucilkan dari proses pemanusiaan.

       Sudah hampir satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia yang membuat segala sistem sosial berubah. Di bidang pendidikan perubahan itu terjadi sejak akhir bulan Maret 2020 dengan dilakukannya sistem pembelajaran jarak jauh. Meskipun demikian, sebenarnya pembelajaran jarak jauh sudah dikenal sebelum pandemi telah berlaku bagi pendidikan tinggi. Pada masa pandemi ini pembelajaran jarak jauh bukan hanya terjadi untuk perguruan tinggi saja, namun membuat tingkatan sekolah yang juga harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Namun dalam perjalanannya saat ini diselimuti berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh pelaksana pembelajaran.

Pendidikan dan Tantangan di Dalam Pembelajaran Jarak Jauh

       Pendidikan yang menciptakan peserta didik menjadi subyek belajar yang aktif ini menjadi suatu perubahan bagi sistem pendidikan Indonesia terutama sejak diberlakukannya K-13. Namun semenjak pandemi ini terjadi, membuat pembelajaran berubah menjadi jarak jauh, dan dilakukan secara daring. Meskipun demikian, pendidikan yang terbatas pada layar memiliki tantangan dan kekurangan dalam proses pembelajaran itu sendiri terutama kaitannya dengan peserta didik. Tantangan yang dihadirkan dari pembelajaran jarak jauh ini berimplikasi pada kurikulum dan peserta didik serta konsep active learner yang menjadi terbatas.

       Tantangan konsep active learner ini dikarenakan tidak adanya kontak fisik dalam pengajaran. Peserta didik tidak berada dalam satu ruangan fisik yang sama, peserta didik tidak bisa belajar langsung di lapangan, selain itu hubungan kolektif sebagai collaborative pun juga terkendala, berdiskusi secara virtual yang terkadang terhambat dan kurang efektif, dan selain itu pada awal kebijakan ini dilaksanakan pun yang terjadi adalah pemberian tugas yang  menjadi lebih banyak bagi peserta didik sekolah.

       Hubungan sosial antar peserta didik yang biasanya terjadi dalam suatu sekolah atau kelas kini tidak bisa berlangsung secara fisik. Padahal kecerdasan peserta didik tidak hanya secara kognitif namun juga psikomotorik dan sosialnya yang tak kalah penting. Semua itu bisa terwujud dalam konsep active learner. Sayangnya, justru semua hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus problem bagi pembelajaran jarak jauh saat ini. Peserta didik mau tidak mau hanya bisa melihat teman-temannya melalui layar handphone, tidak dapat merasakan pengalaman langsung dalam pembelajaran, selain itu beberapa kerisauan juga terkait turunnya keaktifan siswa dan semangatnya.

Konsepsi Pendidikan active learner John Dewey dan Pembelajaran Jarak Jauh

       Sejalan dengan konsep active learner John Dewey, kemudian mempengaruhi jalannya pendidikan demokratis yang terjadi di sekolah. Pendidikan tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi, peserta didik menulis, dan kemudian dihafal. Namun lebih dari itu, pendidikan menjadikan peserta didik belajar budaya demokratis di sekolah, pendidikan terutama yang terjadi di dalam sekolah mengajarkan tentang hubungan dengan pengalaman, mengajarkan dengan hubungan terhadap yang lain yang beragam.

       Konsep active learner dan pendidikan demokratis menjadi salah satu pemikiran dari John Dewey. Menurut Dewey pendidikan dimaknai sebagai suatu proses pengolahan pengalaman yang dilakukan secara terus-menerus. Dewey menyadari bahwa pengalaman tidak semuanya dapat dijadikan pendidikan. Pengalaman yang dapat dijadikan sebagai kegaiatan pembelajaran bukanlah pengalaman yang membuat beban dan tidak ada kesenangan belajar. Sehingga dalam hal ini kita bisa lihat bahwa pada mula dilakukannya pembelajaran jarak jauh justru membuat beban peserta didik menjadi berat, dan hal tersebut jika dilihat dalam pandangan Dewey menjadi tidak adanya kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan konsepsi pendidikan active learner ini salah satunya pendidikan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi seorang peserta didik.

       Terdapat tiga ranah pemikiran dari Dewey yaitu terkait pragmatisme, pendidikan, dan demokrasi. Menurut Dewey kurikulum itu harus merespon perkembangan dari sosial dan kultural peserta didik (Hidayat, 2013: 41). Di masa pembelajaran jauh ini salah satu problemnya adalah interaksi antar peserta didik yang kurang dalam pembelajaran. Sementara pendidikan menurut konsepsi Dewey harus sejalan dengan perkembangan anak. Dimana perkembangan anak di dalamnya termasuk berkenaan dengan interaksi anak dengan temannya. Sehingga pembelajaran jarak jauh ini membuat adanya hambatan dalam pendidikan progresif sesuai perkembangan anak, karena tidak ada interaksi-interaksi secara langsung.

       Pendidikan active learner ini didasarkan pada pandangan Dewey yang melihat pendidikan didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang belajar dalam situasi kehidupan nyata dengan orang lain (Hidayat, 2013: 44). Dari dasar pandangan tersebut, sehingga guru tidak hanya memberikan bacaan dan hafalan saja, namun juga adanya keterlibatan pengalaman dan aktivitas yang berpusat pada peserta didik. Dewey menekankan pada peran peserta didik dalam pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.

       Dalam hal ini pendidikan telah berusaha menekankan pada peran guru sebagai fasilitator, yang berusaha menciptakan pendidikan yang active learner meskipun di tengah keterbatasan dan kesulitan. Sehingga yang terjadi adalah pada masa pemberlakukan kebijakan pendidikan jarak jauh ini, peserta didik tidak bisa merasakan pengalaman langsung atau melakukan praktik dari pembelajaran, terkhusus untuk pembelajaran yang memerlukan praktik.

Menjaga Demokrasi Pendidikan dalam Pembelajaran Jarak Jauh

       Konsep active learner dan demokrasi pendidikan milik John Dewey adalah satu kesatuan yang saling terhubung. Di dalam roda pembelajaran jarak jauh ini, kita ketahui bahwa menciptakan pendidikan yang active learner memang bisa terjadi tidak sempurna. Namun agar senantiasa hakikat pendidikan tidak hilang, menjaga demokrasi pendidikan dalam pembelajaran jarak jauh harus terus dilakukan. Menurut Dewey demokrasi pendidikan menekankan pada partisipasi peserta didik dan kebebasan dalam pendidikan bagi peserta didik, salah satunya kebebasan berpikir.

       Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran, dengan memberikan atau memancing pertanyaan dan jawaban dari peserta didik. Demokrasi pendidikan adalah bagaimana membawa nilai-nilai demokrasi dan kesamaan dalam sekolah. Dalam hal ini meski hanya melalui video meeting, pembelajaran yang berlangsung untuk tetap melibatkan dialog dan pendapat dari peserta didiknya, menghargai terhadap yang berbeda, dan disiplin yang membawa hal baik.

Kesimpulan dan Saran

       Pandemi ini membawa perubahan di sector kehidupan salah satunya pendidikan, di mana dengan dilakukannya pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain pembelajaran jarak jauh ini membawa tantangan sekaligus kendala terutama dalam proses pembelajaran prinsip active learner. Kendala dan tantangan yang terjadi ini perlu mendapatkan perhatian khusus bagi penyelenggara pendidikan, salah satunya bisa meningkatkan dan mengambil beberapa sisi dari demokrasi pendidikan. Salah satu hal yang menjadi prinsip demokrasi pendidikan seperti yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya, yaitu memberikan kebebasan berpikir, peserta didik belajar untuk menyampaikan dan menerima pendapat, dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.

       Dengan begitu pembelajaran jarak jauh ini bisa memanfaatkan peluang dengan memancing pendapat dari peserta didiknya, sehingga guru tidak hanya memberikan bacaan kemudian menghafal dan pemberian tugas, namun juga peserta didik belajar dalam menerima pendapat yang beragam sebagai bentuk kehidupan demokrasi sosial sesuai dengan kenyataan.

Referensi

Buku: 

Hidayat, Rakhmat. Pedagogi Kritis: Sejarah Perkembangan dan Pemikiran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013.

Hidayat, Rakhmat. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2011.

Idris, Syaifullah. Demokrasi dan Filsafat Pendidikan (Akar Filosofis dan Implikasinya dalam Pengembangan Filsafat Pendidikan). Banda Aceh: Ar-Raniry Press. 2014.

Wirianto, Dicky. Meretas Pendidikan Karakter Perpektif Ibn Miskawih dan John Dewey. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh. 2013.

Jurnal:

Dewi, Muharika. Need Analysis Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek E Commerce Pada Mata Kuliah Kewirausahaan. Dalam Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi. Vol. 5 No. 1. 2018.

Mubarok, Ruma. Pendidikan Humanis John Dewey Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Dalam Jurnal J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vo. 2 No. 1. 2015

Nur, Syahban., dan Sudarsono. Implementasi Pendidikan Demokrasi Dalam Pembelajaran IPS Studi Kasus SMA Negeri 6 Takalar. Dalam Jurnal Postkrit: Journal Sociology of Education. VI, Issu 1. 2018.

Setiyadi, Alif Cahya. Konsep Demokrasi Pendidikan Menurut John Dewey. Dalam Jurnal At-Ta'dib. Vol. 5 No. 1. 2009.

Rostitawati, Tita. Konsep Pendidikan John Dewey. Dalam Jurnal Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 2 No. 2. 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun