Mohon tunggu...
Kharina Putri
Kharina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Saya adalah mahasiswa semester 4 (otw 5) jurusan Jurnalistik yang menulis untuk hobi dan juga panggilan liputan untuk menjadi calon jurnalis :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gap Year, Membuka Peluang Tanpa Batas untuk Pengembangan dan Eksplorasi Diri

30 Juni 2023   17:08 Diperbarui: 30 Juni 2023   17:09 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alih-alih gagal dalam ujian seleksi, alasan berbeda datang dari Kinanti (21) yang sudah merencanakan gap year sejak kelas 3 SMA, Kinanti merasa bahwa ia memerlukan istirahat sejenak dari dunia akademik agar lebih siap dan matang dalam menghadapi dunia akademik di perguruan tinggi.

"Karena pas lulus SMA tuh kepercayaan diriku kayak lagi di titik terendah gitu. Jadi aku take a break from everything dengan mengambil gap year. Healing-healing gitu lah ya," Ujarnya. Selain ingin istirahat dari dunia akademik, rupanya Kinanti juga terinspirasi dari sebuah artikel yang menyarankan siswa untuk mengambil langkah gap year.

"Pernah baca juga kalau Harvard menyarankan mahasiswa baru mereka buat gap year dulu untuk bikin proyek, jalan-jalan, atau hal lain yang dapat membuat mereka mendapatkan perspektif baru tentang kehidupan," ucap Kinanti saat ditanya alasan lain mengapa ia sudah merencanakan untuk gap year setelah lulus SMA.

Gap year yang masih dipandang sebelah mata

Pada umumnya, gap year dilakukan setelah seseorang tidak berhasil dalam mengikuti tes seleksi perguruan tinggi. Oleh karena itu, gap year kerap dianggap sebuah aib yang tidak patut diumbar. Walaupun seseorang yang melakukan gap year akan dianggap 'tertinggal' dari orang-orang yang tidak gap year, pada dasarnya kehidupan seseorang bukanlah sebuah kompetisi yang memiliki garis finish sehingga tidak perlu merasa takut untuk tertinggal dengan orang lain. 

"Secara pribadi, gue ga pernah ngerasa gap year itu aib. Gue sadar punya batas kemampuan, tapi gue berjuang untuk selalu push batasan tersebut, intinya fokus ke pengembangan diri. Pandangan orang lain itu penting, tapi kebanyakan orang merasa tinggi saat menerima pandangan positif dan merasa rendah saat menerima pandangan negatif. Akibatnya, mereka cenderung overestimate atau underestimate kemampuan mereka, dan itu menghambat proses pengembangan diri pada saat belajar untuk tes seleksi perguruan tinggi," ujar Taufiq (21) Mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang memberikan pendapat bahwa menurutnya gap year bukanlah sebuah aib, tetapi merupakan langkah positif untuk mulai mengembangkan potensi diri sendiri.

Meskipun masih sering dipandang sebelah mata, gap year dapat memberikan dampak positif bagi beberapa orang, di antaranya adalah dapat istirahat dari dunia akademik yang padat, dapat mencari pengalaman lain di luar dunia akademik seperti mengikuti program relawan dan juga bekerja paruh waktu, dan yang paling penting adalah dapat lebih fokus dalam mempersiapkan ujian selanjutnya tanpa harus berkutat dengan kesibukan sekolah. Jadi, menurutmu gap year ini sebuah langkah yang positif atau negatif, nih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun