Mohon tunggu...
Khanza Shafira Diankusuma
Khanza Shafira Diankusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Psychology Student at Universitas Tarumanagara | Head of Marketing, PR, and Communications at Kasaya Indonesia

Head of Marketing and Public Relations with a demonstrated history of working in the mental health care industry. Skilled in Leadership, Creativity Skills, and Public Speaking. Strong media and communication professional with a Bachelor of Arts - BA focused in Psychology from Universitas Tarumanagara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anak Belajar Hybrid, Bagaimana Penyesuaian Pola Asuh Orang Tua?

20 Juni 2022   21:58 Diperbarui: 21 Juni 2022   07:06 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Khanza Shafira Diankusuma (Mahasiswa Program Studi Psikologi Jenjang Sarjana Universitas Tarumanagara) | Rahmah Hastuti, M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

Semenjak kasus pandemi COVID-19 menurun pada Mei 2022, pemerintah menganjurkan sekolah untuk menerapkan metode Hybrid Learning. Perlahan anak di sekolah mulai melakukan adaptasi terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

 Hybrid Learning merupakan proses pembelajaran yang menggabungkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pertemuan tatap muka (PTM). Dengan kata lain, proses belajar daring dan luring dipadukan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.

Pastinya juga tidak hanya pihak guru yang menunjang metode ini, hal itu tentunya  akan mempengaruhi orang tua untuk melakukan penyesuaian kembali dalam mengawasi dan menerapkan pola asuh yang baru atau berbeda terhadap pola belajar anak pada saat Hybrid Learning.

Ilustrasi tulisan hybrid learning | Sumber foto: unsplash.com
Ilustrasi tulisan hybrid learning | Sumber foto: unsplash.com

Kondisi anak belajar saat hybrid

Kondisi belajar anak pada saat hybrid akan sangat membutuhkan dukungan ekstra dari orang tua. Siswa diharuskan untuk menggunakan teknologi atau media belajar yang serba online seperti video conference, tugas, ujian, dan absensi seringkali juga dilakukan via website. 

Setelah belajar di sekolah dengan pemaparan langsung oleh guru, siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu belajar di dalam rumah. Padahal belum tentu orang tua menguasai materi yang diajarkan di sekolah.

 

Peran orang tua

Menurut teori mengenai pola asuh orang tua yang dijelaskan oleh Epstein (2009) yang dapat diterapkan selama masa transisi pandemi, yaitu:

  • Orang tua dapat memastikan bahwa kesehatan anak terjaga dengan optimal, sehingga mereka dapat menjalani pembelajaran dengan baik.
  • Orang tua dapat menerapkan peraturan yang jelas mengenai batasan-batasan dalam penggunaan gadget. Kesepakatan harus sesuai dengan kebutuhan kapan anak menggunakan gadget untuk belajar dan kapan saatnya untuk tidak menggunakan.
  • Untuk menghilangkan rasa kejenuhan, orang tua dapat mengajak bermain atau melakukan rekreasi bersama anak.
  • Menjadi orang tua yang memiliki perhatian lebih terhadap proses belajar anak, akan meningkatkan motivasi belajar.

Berdasarkan pengalaman saya melakukan observasi di salah satu SD swasta di Jakarta Utara, dampak positif belajar hybrid untuk anak yaitu a) anak akan lebih memahami pelajaran, b) anak lebih banyak melakukan interaksi sosial, dan c) mengurangi kejenuhan anak.

Namun, dibalik manfaat yang ada, juga terdapat dampak negatif terhadap anak yang diharuskan untuk belajar secara hybrid seperti a) peningkatan kasus COVID-19, b) penyesuaian kembali dengan pembagian waktu belajar yang cukup bervariasi, c) bergantung pada jaringan internet yang terkadang kurang stabil.

Ilustrasi orang tua saat belajar bersama anak | Sumber foto: jsit-indonesia.com
Ilustrasi orang tua saat belajar bersama anak | Sumber foto: jsit-indonesia.com

Tips Belajar Bersama Anak Saat Hybrid

Dalam pendampingan belajar anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua, yaitu dengan metode 4M1K, 1) Memahami teknolologi, 2) Memberikan motivasi, 3) Memfasilitasi, 4) Memahami anak, 5) Komunikasi. Berikut penjelasannya:

Pertama, memahami teknologi. Tidak dipungkiri bahwa metode belajar hybrid mengharuskan orang tua paham dengan teknologi masa kini dan materi ajar anak. Seringkali orang tua merasa kesulitan dalam mendampingi anak belajar karena hal ini.

Kedua, memberikan motivasi. Orang tua (ayah dan ibu) dapat bersatu padu untuk memberikan motivasi dan semangat belajar kepada anak. Menurut penelitian yang dilakukan Lilawati, 2020; Yulianingsih et al., 2020, motivasi dan perhatian lebih yang orang tua berikan dapat meningkatkan keinginan anak dalam belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Ketiga, memfasilitasi. Orang tua yang kewalahan dalam memfasilitasi belajar anak dengan mempelajari materi ajar, dapat juga memanggil tutor. Namun, langkah ini memang tidak dapat dilakukan semua orang tua, mengingat tutor membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hanya saja, orang tua dapat memakai fasilitas yang disiapkan media.

Karena di era digital ini, sudah mulai banyak sumber materi ajar yang disebarkan lewat media seperti pada aplikasi-aplikasi yang berbasis pendidikan atau anak dapat diarahkan belajar menggunakan internet dengan pengawasan tertentu.

Keempat, komunikasi.  banyak kekhawatiran lain yang timbul pada orang tua yang keduanya bekerja di luar rumah. Sehingga dibutuhkan dukungan dari pihak luar.

Orang tua dapat meminta kerjasama guru, tutor, dan anggota keluarga yang berada di rumah. Akan tetapi pengawasan belajar anak tidak harus terus menerus dititipkan kepada orang yang sama.

Kelima, memahami anak. seringkali kesabaran orang tua diuji selama masa pandemi berlangsung. Mengharuskan orang tua bekerja lebih keras untuk memahami pola belajar anak dan pengawasan pun juga lebih ketat. Sehingga dengan memaksa dan memarahi anak bukanlah menjadi solusi yang terbaik.

Menurut salah satu dokter otak dari Neuroscience Indonesia, Dokter Amir Zuhdi, mengungkapkan bahwa teriakan orang tua justru malah menakuti orang tua sehingga akan menghambat kinerja otak. Orang tua seharusnya dapat menerima pandangan anak dan paradigmanya adalah belajar dengan anak, bukan mengajari anak.

Memang tidak ada pola asuh yang benar-benar akan sesuai terhadap perkembangan belajar anak selama hybrid, namun hal-hal diatas dapat menjadi strategi khusus yang perlu diketahui dan dipelajari orang tua dalam menunjang kebutuhan belajar anak khususnya selama masa pandemi berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun