Mohon tunggu...
Khansa Aisyah Mutia Syani
Khansa Aisyah Mutia Syani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Saya merupakan mahasiswa jurusan Bioteknologi yang sedang menempuh pendidikan tahun akhir kuliah di Universitas Diponegoro. Waktu luang biasa saya isi dengan hobi terkait ketertarikan saya dengan sastra seperti menulis cerita pendek dan puisi serta membaca buku baik fiksi maupun non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Apa Sih Sebenarnya "Situationship" Itu? dan Bagaimana Agar Tidak Terjebak di Dalamnya

2 Maret 2023   10:52 Diperbarui: 2 Maret 2023   10:57 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan (Dok. pribadi, 2023). 

Semarang----Tulisan ini tentunya bukan berasal dari hasil pemikiran seorang pakar cinta, seorang sosialita yang digemari banyak orang, relationship counselor, ataupun seorang influencer yang seringkali dikagumi melalui banyak layar gadget berbagai kalangan. Hanya saja, sialnya saya menjadi salah satu sasaran empuk dari fenomena yang ternyata seringkali menghampiri generasi muda saat ini, sehingga saya pikir tidak ada salah nya untuk berbagi cerita. Yap! Situationship.

Secara sederhana, slang yang tengah ramai digunakan ini dapat diartikan sebagai suatu "Hubungan tanpa status" atau HTS. Keadaan dimana kamu tidak dapat mendefinisikan secara pasti hubungan kamu dengan "partner" yang mana jelas lebih dari sekedar teman tetapi bukan pula seorang pacar.

Seakan akan menjelma menjadi wabah, entah karena semakin banyak manusia tak berkomitmen yang kesepian atau hanya karena sedang trend saja, situasionship ternyata banyak "memakan korban" dan efeknya sangat membuat tidak nyaman.

Seperti cuitan twitter dari akun @taamriddlz yang disukai sebanyak 188 ribu kali dan di retweet sebanyak lebih dari 18 ribu kali, ia menyebutkan :

"I saw the best minds of my generation ruined by 3 month situationships" 

https://twitter.com/taamriddlz/status/1597333337781460993?t=iWdk7FMoum6LFAbeUy3eeg&s=09

Saat melihat cuitan tersebut, saya terkesiap dan bergumam "okay? Is this a thing now? Is this what all of us are doing right now?" Menjadi korban situationship yang umumnya berlangsung selama 3-4 bulan saja. Bagi yang belum atau tidak pernah merasakannya mungkin akan beranggapan, "halahhh biasa aja kali, segitu doang udah kayak yang paling galau sejagat raya". Hahaha berbicara tentang masalah percintaan memang kadang terdengar remeh temeh, tapi percayalah the impact of getting your heart broken is pretty much affecting your productivity at work and I've been there before and have never expected that I would experience such things. 

So now you'd wonder, "how to not put yourself in a situasionship?" 

Berhenti lah mengisi kekosongan melalui kehadiran orang-orang tertentu dan mulailah untuk berteman dengan kekosongan itu dan menjadi nyamanlah dengannya. Jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain karena kenyataannya : people come and go.

Carilah kesibukan yang lebih berarti yang akan membawakan banyak peluang menguntungkan di masa depan ketimbang menyibukkan diri dengan sakit hati yang tidak perlu dan nyatanya bisa dihindari. The right one will come at the right time (well, hopefully).

Now, what if you've experienced situasionship and now you're a mess and blaming yourself for being stupid and letting yourself weep over something that you think you could avoid? Here's the thing :

Dahulu saya pikir pernyataan everything happens for a reason itu adalah tidak benar. Saya pikir tidak semuanya butuh alasan, terkadang apa yang mesti terjadi hanya akan terjadi dan kemudian ditinggalkan begitu saja. Sekarang, saya akan katakan bahwa dulu saya salah dan pernyataan everything happens for a reason adalah benar. Ya, segala sesuatu terjadi untuk alasan tertentu, namun dengan catatan bahwa alasan itu tidak harus kamu ketahui saat itu juga, bisa saja besok, lusa atau pun beberapa bulan setelahnya. Bahkan alasan itu mungkin tidak perlu kita ketahui sama sekali dan tanpa kita sadari hidup kita pun berjalan diiringi oleh alasan-alasan tak kasat mata itu.

So learn to live in the present, live the moment that you're in right now, don't trap yourself in the past. Kenangan dan pengalaman buruk akan selalu menjadi pelajaran berharga, maka dari itu sejatinya mereka memang susah untuk dilupakan dan mereka memang tidak untuk dilupakan tapi dimaafkan.

Lastly, sepertinya tidak ada salahnya jika saya tuliskan di sini perkataan dari seseorang yang pada saat itu memvalidasi perasaan saya sekaligus memberikan tuangan kata-kata yang sangat membantu :

"It's aggravating right? how it feels. Like things are out of proportion and you just want everything to be back to normal. But it won't, you'll just have to accept that some people leave scars. And it'll forever be etched on your heart. Don't worry, it'll pass though. People flee or evade because of fear and/or confusion. I think it's not dumb to act like how you have acted. What's dumb is when you realize things and still waste time."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun