Now, what if you've experienced situasionship and now you're a mess and blaming yourself for being stupid and letting yourself weep over something that you think you could avoid? Here's the thing :
Dahulu saya pikir pernyataan everything happens for a reason itu adalah tidak benar. Saya pikir tidak semuanya butuh alasan, terkadang apa yang mesti terjadi hanya akan terjadi dan kemudian ditinggalkan begitu saja. Sekarang, saya akan katakan bahwa dulu saya salah dan pernyataan everything happens for a reason adalah benar. Ya, segala sesuatu terjadi untuk alasan tertentu, namun dengan catatan bahwa alasan itu tidak harus kamu ketahui saat itu juga, bisa saja besok, lusa atau pun beberapa bulan setelahnya. Bahkan alasan itu mungkin tidak perlu kita ketahui sama sekali dan tanpa kita sadari hidup kita pun berjalan diiringi oleh alasan-alasan tak kasat mata itu.
So learn to live in the present, live the moment that you're in right now, don't trap yourself in the past. Kenangan dan pengalaman buruk akan selalu menjadi pelajaran berharga, maka dari itu sejatinya mereka memang susah untuk dilupakan dan mereka memang tidak untuk dilupakan tapi dimaafkan.
Lastly, sepertinya tidak ada salahnya jika saya tuliskan di sini perkataan dari seseorang yang pada saat itu memvalidasi perasaan saya sekaligus memberikan tuangan kata-kata yang sangat membantu :
"It's aggravating right? how it feels. Like things are out of proportion and you just want everything to be back to normal. But it won't, you'll just have to accept that some people leave scars. And it'll forever be etched on your heart. Don't worry, it'll pass though. People flee or evade because of fear and/or confusion. I think it's not dumb to act like how you have acted. What's dumb is when you realize things and still waste time."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H