Semarang----Tulisan ini tentunya bukan berasal dari hasil pemikiran seorang pakar cinta, seorang sosialita yang digemari banyak orang, relationship counselor, ataupun seorang influencer yang seringkali dikagumi melalui banyak layar gadget berbagai kalangan. Hanya saja, sialnya saya menjadi salah satu sasaran empuk dari fenomena yang ternyata seringkali menghampiri generasi muda saat ini, sehingga saya pikir tidak ada salah nya untuk berbagi cerita. Yap! Situationship.
Secara sederhana, slang yang tengah ramai digunakan ini dapat diartikan sebagai suatu "Hubungan tanpa status" atau HTS. Keadaan dimana kamu tidak dapat mendefinisikan secara pasti hubungan kamu dengan "partner" yang mana jelas lebih dari sekedar teman tetapi bukan pula seorang pacar.
Seakan akan menjelma menjadi wabah, entah karena semakin banyak manusia tak berkomitmen yang kesepian atau hanya karena sedang trend saja, situasionship ternyata banyak "memakan korban" dan efeknya sangat membuat tidak nyaman.
Seperti cuitan twitter dari akun @taamriddlz yang disukai sebanyak 188 ribu kali dan di retweet sebanyak lebih dari 18 ribu kali, ia menyebutkan :
"I saw the best minds of my generation ruined by 3 month situationships"Â
https://twitter.com/taamriddlz/status/1597333337781460993?t=iWdk7FMoum6LFAbeUy3eeg&s=09
Saat melihat cuitan tersebut, saya terkesiap dan bergumam "okay? Is this a thing now? Is this what all of us are doing right now?" Menjadi korban situationship yang umumnya berlangsung selama 3-4 bulan saja. Bagi yang belum atau tidak pernah merasakannya mungkin akan beranggapan, "halahhh biasa aja kali, segitu doang udah kayak yang paling galau sejagat raya". Hahaha berbicara tentang masalah percintaan memang kadang terdengar remeh temeh, tapi percayalah the impact of getting your heart broken is pretty much affecting your productivity at work and I've been there before and have never expected that I would experience such things.Â
So now you'd wonder, "how to not put yourself in a situasionship?"Â
Berhenti lah mengisi kekosongan melalui kehadiran orang-orang tertentu dan mulailah untuk berteman dengan kekosongan itu dan menjadi nyamanlah dengannya. Jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain karena kenyataannya : people come and go.
Carilah kesibukan yang lebih berarti yang akan membawakan banyak peluang menguntungkan di masa depan ketimbang menyibukkan diri dengan sakit hati yang tidak perlu dan nyatanya bisa dihindari. The right one will come at the right time (well, hopefully).