Belakangan ini, jika memperhatikan iklan di televisi dan juga YouTube maka akan tidak asing dengan tayangan iklan brand-brand besar yang mengkampanyekan untuk menggunakan aplikasi daur ulang. Aplikasi tersebut menawarkan dengan apabila kita mendaur ulang sampah plastik menggunakan aplikasi tersebut maka akan sama dengan kita sedang bersedekah.Â
Tidak ada yang salah dari kehadiran aplikasi daur ulang ini yang telah digada-gadakan oleh brand-brand besar sebagai solusi menumpuknya sampah plastik di bumi saat ini. Namun yang harus dikritisi adalah seberapa efektif proses daur ulang ini untuk mengurangi sampah plastik? Pertama-tama mari kita tilik terlebih dahulu tentang plastik itu sendiri.
Apa Itu Plastik?
Nama plastik mungkin tidak begitu asing didengar. Bahkan bisa dibilang plastik merupakan suatu produk yang sangat melekat di kehidupan masyarakat modern. Plastik merujuk pada suatu produk yang terususun dari ikatan panjang rantai kimia yang biasa disebut sebagai polimer. Keberadaan gugus rantai Panjang inilah yang membuat plastik sangat sulit untuk terurai secara alamiah.
Dari mana Asal Plastik?
Plastik adalah hasil dari fosil yang berbentuk solid. Plastik bermula dari minyak mentah, batu bara, ataupun gas alam yang mana setelah itu akan dilakukan proses permunian dan distilasi. Proses tersebut memecah gugus rantai menjadi produk kimia yang berguna seperti etilen maupun benzene.Â
Meskipun ada plastik yang terbuat dari bahan ramah lingkungan namun kebanyakan plastik yang mudah kita temui dipasaran masih merupakan plastik yang berbahan dasar fosil. Sehingga penggunaan plastik tidak jauh berbeda dengan penggunaan dari energi fosil seperti BBM yang menggerakkan mobil dan batubara yang mengcover kelistrikan. Oleh sebab itu perusahaan minyak dan gas menyukai plastik sebagai hasil samping dari perusahaan yang bernilai jual tinggi.
Plastik Vs Perusahaan Minyak dan Gas
Selama pandemic berlangsung tak terkecuali perusahaan-perusahaan raksasa minyak dan gas juga mengalami penurunan penjualan. Menurut data perusahaan sekelas Exxon kehilangan sebesar $22,4 miliar dan BP sebesar $5,7 miliar di tahun 2020.Â
Meski begitu perusahaan minyak dan gas masih berusaha optimis untuk meningkatkan penjualan di tahun-tahun selanjutnya dengan bergantung pada penjualan plastik nantinya.Â
Plastik menjadi rencana perusahaan-perusahaan minyak dan gas di masa mendatang untuk menyelamatkan perusahaan karena orang-orang tentunya akan berpaling pada energi fosil untuk mendukung zero waste carbon telah digadang-gadangkan beberapa tahun terakhir.Â
Perusahaan-perusahaan tersebut tidak mungkin menghentikan bisnis mereka dengan berhenti untuk mengebor minyak bumi. Prospek yang besar dari pasar plastik inilah yang membuat perusahaan minyak dan gas mulai berbondong-bondong untuk membangun pabrik plastik termasuk perusahaan sekelas Exxon dan Shell.Â
Lebih dari 300 proyek pembuatan pabrik plastik telah dilaksanakan. Yang berarti walaupun mereka telah mengurangi untuk memproduksi BBM, mereka tetap akan menghasilkan emisi gas dikemudian hari. Hal ini hanyalah seperti mengganti produk saja tanpa adanya solusi berarti demi keberlangsungan hidup di bumi.
Dampak dari Plastik
Tahukah kamu selain tidak mudahnya terurai, proses produksi plastik sendiri sangatlah berbahaya bagi lingkungan. Karena bahan baku pembuatan dari plastik terbuat dari fosil, maka pembuatan plastik ini sendiri juga akan menghasilkan emisi gas yang sangat beracun termasuk dari pembangkit pabrik itu sendiri yang masih memanfaatkan energi dari fosil. Emisi gas yang beracun ini dapat menimbulkan kanker. Selain itu produksi plastik tidaklah ramah lingkungan dan dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi sebagai wujud nyata perubahan iklim.
Daur Ulang (Recycle) yang Sebenarnya Tidak Berarti
Nyatanya mendaur ulang merupakan omong kosong yang ditanamkan oleh perusahaan-perusahaan penghasil plastik untuk kita lakukan. Proses daur ulang tidaklah menyelesaikan masalah dari sampah plastik. Bahkan plastik yang benar-benar terdaur ulang di dunia saat ini hanyalah 9% dari jumlah total keseluruhan sampah plastik. Lalu kemanakah sampah-sampah itu pergi?Â
Jika kalian pernah mendengar sampah yang dikirim dari negara-negara maju ke negara-negara kecil yah begitulah cara kerja daur ulang itu sebenarnya. Walaupun pada negara maju sampah telah dibedakan berdasarkan jenisnya, percayalah bahwa ujung-ujungnya mereka hanya berakhir pada TPA.Â
Pikirkan saja bahwa saat ini hampir semua produk yang ada di sekitar kita dikemas menggunakan plastik merupakan barang yang terjual dan sampai ke konsumen. Namun bagaimana dengan barang-barang yang tidak terjual hingga kadaluarsa dari barang tersebut habis. Jadi tidak semua produk yang dijual oleh perusahaan akan berakhir ke tangan konsumen. Hal ini yang harus diperhatikan bagaimana sampah plastik tersebut akan selalu menumpuk terus menerus.Â
Tanda recycle yang terdapat pada wadah-wadah plastik pun digunakan untuk merancu konsumen untuk berpikir bahwa produk plastik tersebut dapat didaur ulang yang mana kenyataannya symbol itu hanya digunakan sebagai pemanis dari tanda jenis plastik yang digunakan. Hanya sekian persen saja wadah plastik yang benar-benar dapat terdaur ulang sempurna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI