Mohon tunggu...
Khanif Irsyad
Khanif Irsyad Mohon Tunggu... Freelancer - "Peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi tulisan bisa menembus ratusan, ribuan, bahkan hingga jutaan kepala." (Sayd Qutb)

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bal-balan yang Memberikan Pelajaran

26 Maret 2020   23:43 Diperbarui: 26 Maret 2020   23:49 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Minggu sore kemarin, saya kembali menginjakkan kaki di lapangan rumput asli, bukan sintetis macam futsal. Pertama kalinya sejak entah kapan lamanya, mungkin sekitar dua tahun. 

Dua tahun juga saya dan tim sepak bola tarkam Mahesa Putra tidak lagi bertanding di lapangan standar --ya nggak standar FIFA sih, pokoknya gede lah--.

Padahal dulunya tim ini bisa dikatakan jempolan, bagaimana tidak dalam satu desa/kelurahan hanya kampung saya yang ada tim sepakbolanya. Tiga sampai lima tahun ke belakang, Mahesa Putra adalah salah satu tim sepak bola amatir paling ditakuti se-kecamatan. Paling tidak tim ini bisa menembus semi final, dan juga semi final lainnya.

Apalagi berpuluh-puluh tahun ke belakang, ketika mbah-mbah kami yang main, tim ini juga sempat berlalang buana hingga antar-provinsi. Waktu itu belum ada sepatu, sekalipun ada paling karena terbungkus lempung atau bletok.

Semenjak dibuatnya lapangan voli di pertengahan kampung, sejak saat itu sepak bola tak lagi dilirik oleh masyarakat kampung. Praktis para pemain andal bin jadi-jadian semacam saya terpaksa dianggurkan. Kebanyakan beralih menjadi atlet voli, ya walaupun nggak jago-jago amat tapi bermain voli tidak membutuhkan banyak tenaga, tak seperti berlarian di lapangan ketika bertanding sepak bola.

Minggu sore Mahesa Putra seolah reborn. Menantang kesebelasan jagoan kampung seberang kecamatan, Jeron namanya. Karena sudah lama tidak menjajakkan kaki sekaligus menepang si kulit bundar, seolah semangat kami membuncah. Saya sebenarnya hanya pemain cadangan, kalau ada turnamen paling main cuma satu dua menit. Laga kali ini menjadi pelecut bagi saya untuk menunjukkan kemampuan.

Ditambah dengan dukungan masyarakat sekitar yang memenuhi tribun bahu jalan. Priiiiiittttttt. Babak pertama pun dimulai.

Saat itu juga saya yakin bisa menggocek si kulit bundar dan memberi umpan manja membelah lautan ulala, karena saya seorang gelandang tengah.

Ya jelas dong, harus pintar membagi bola dan mengatur ritme permainan.

Ternyata kenyataan tidak memihak saya, lima menit pertama saya ngos-ngosan. Konsentrasi saya berantakan, umpan saya tak beraturan, berlari saja sempoyongan. Tapi, bukan saya saja yang mengalami kengliyengan semacam itu.

Hampir semua pemain mulai kewalahan mengatur pernafasan. Lima menit selanjutnya korban mulai berjatuhan, Fajar 'Si Mas Kotel' pemain pertama yang minta diganti. Padahal dulunya Kotel --nama karibnya-- adalah pemain yang memiliki stamina ekstra, badannya pun berotot.

Sialnya, pemain kedua yang minta ditarik keluar tidak lain tidak bukan adalah saya.

Kepala saya berkunang-kunang, penglihatan saya kabur, dan kaki saya tidak mau lagi diajak berlarian. Langsung saja saya melambaikan tangan, seolah tidak kuat menghadapi aura negatif. Akhirnya pun saya keluar dengan keringat mengucur deras dan napas tak karuan sumpeknya.

Ada juga teman saya yang menuai karma. Amin 'Slinting' Gunadi namanya. Saat saya dan Kotel pengap-pengap minta diganti, dia mengejek, begitu saja udah nggak kuat. Slinting ini dari awal memang paling getol untuk mengajak sparingan. Ladalahnya eh baru beberapa menit masuk saja minta diganti.

Sparing kali ini memang terasa nggateli, ha gimana antara otak dan kaki udah nggak singkron. Penginnya umpan ke lambung, malah ndleser lemah.. Ada juga teman saya Dennis 'Menos' yang mau nendang bola, malah gasak lemah.

Begitu seterusnya pemain bergantian masuk-keluar dan kejadian-kejadian nggak masuk di akal. Berkat pertandandingan tadi pemain Mahesa Putra mungkin sudah tak pantas lagi disebut sebagai pemain bola.

Ha gimana, wetenge wes do jembling, mlayu dilit wae wes klenger. Ditambah jarangnya olahraga, sekalipun olahraga tidak terlalu banyak melibatkan ketahanan.

Akhir pertandingan, Mahesa Putra takluk 0-2 di kandang sendiri oleh kesebelasan Jeron.

Gara-gara pertandingan kali ini saya jadi yakin kalau atlet-atlet profesional sana pasti latihannya luar biasa rutin.

Apalagi Cristiano Ronaldo yang baru merayakan hari jadinya yang ke-35. Ha pie, katanya deknen umur saya memang 35, tetapi umur biologis saya masih 25. Berarti, ojo-ojo tadi pemain Mahesa Putra umur masih dua puluhan, tapi fisik udah sepuh no. Ra mashoook, de pakde.

Saya juga mengambil segepok pelajaran berkat sparing ini. Tiba-tiba saya teringat sebuah peribahasa, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. La gimana, diminta untuk pemanasan malah cuna nendang-nendang bola. Sekali ngejar bola udah nggak kuat.

Nampaknya, saya mulai menyadari saya sekarang bukanlah seorang pemain bola jempolan, bahkan untuk penghias bangku cadangan pun tak pantas lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun