Mohon tunggu...
Khalis Uddin
Khalis Uddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pria dari dataran tinggi gayo, pedalaman aceh

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Beginilah Khitan "Magic" ala Gayo

11 April 2016   02:44 Diperbarui: 12 April 2016   20:36 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - sunatan massal (tribunnews.com)"][/caption]TATA cara khitan atau khitan (Jelisen-Gayo:red) bagi anak laki-laki setiap daerah punya keunikan sendiri, tak terkecuali di dataran tinggi Gayo di pegunungan bagian tengah Provinsi Aceh. 

Khitan di Gayo tempo doeloe diungkapkan oleh sejumlah saksi sejarah dan pemerhati budaya dalam kesempatan diskusi beberapa waktu silam di Takengon. Di antara mereka ada Tgk. H. Mahmud Ibrahim, M. Jusin Saleh, Ibrahim Kadir, MK. Bidasari, Salman Yoga S dan Yusradi Usman al-Gayoni.

Anak laki-laki yang dikhitan, dijelaskan MK. Bidasari, terlebih dahulu dimandikan, lalu dikenakan pakaian putih sebagai pertanda si anak akan memulai kehidupannya sebagai seorang muslim. Lalu disyahadatkan yang dilanjutkan dengan doa bersama, kemudian diserahkan kepada Mudim “ahli khitan”. Seorang Mudim memiliki pisau kecil yang seolah-olah dikeramatkan yang dibungkus dengan kain putih dan merah.

Mudim, dalam perannya selalu memakai obat penyembuh luka khitan berupa batang Keladi (Lumu-Gayo:red). Saat memulai khitan, Mudim membaca doa dan memukul paha bagian dalam si anak dan khitan sudah berlangsung, tidak ada darah yang keluar karena sudah dipantan (penghentian pendarahan dengan cara magic).

Setelah luka khitan sembuh sekitar satu minggu, Mudim diundang kembali sebagai penghormatan serta tanda ucapan terima kasih. Mudim tidak mengenakan biaya sama sekali. Pada saat itu juga diundang sanak keluarga dan diadakan kenduri sebagai pengumuman jika si anak sudah dikhitan.

Untuk anak perempuan, khitan dilakukan secara rahasia (tersembunyi), hanya satu atau beberapa anggota keluarga saja yang tahu. Biasanya bibinya yang melakukan. Tahu tapi tidak diberitahukan, begitu khitan untuk anak perempuan di Gayo.

Keterangan ini ditimpali tokoh adat Gayo, M. Jusin Saleh. Seorang anak setelah dikhitan sudah disediakan seperangkat perlengkapan shalat berupa peci dan kain sarung. Dan menurut penyair Ibrahim Kadir, mengiringi prosesi khitan ini diiringi dengan shalawat nabi beramai-ramai oleh keluarga yang hadir.

Prinsip Khitan di Gayo

Prinsip khitan dijelaskan Mahmud Ibrahim. Khitan secara tradisional Gayo salah satu prinsipnya adalah si anak sebelum dikhitan harus digembirakan sehingga anak-anak yang lain yang belum dikhitan bertanya-tanya, kapan saya disunat. Cara menggembirakannya, urai Tgk. Mahmud Ibrahim dengan disalin yang maksudnya diberikan pakaian lengkap dari kopiah hingga ke selop, tidak boleh yang sudah dipakai, mesti serbabaru.

Selanjutnya, prinsip yang kedua, anak yang disunat mesti diberi penghormatan bukan sebagai anak-anak, tapi sebagai anggota keluarga yang dihargai atau bernilai dalam keluarga. Maksudnya agar si anak merasa dewasa setelah dikhitan. Selain itu, dibangun imej jika saat disunat si anak akan mendapatkan uang banyak dan tempat uang memang sudah disiapkan yang dipegang oleh anak yang disunat. Saat kenduri, semua yang datang mesti bawa uang dan memberikannya kepada si anak.

Saat penyelenggaraan sunat oleh Mudim, shalawat tidak pernah berhenti hingga selesai. Saat sedang shalawat itu, si anak diberi kunyahan berupa konyel (salah satu bahan sirih terbuat dari kulit kayu hutan) yang rasanya kelat. Shalawat dan konyel ini bertujuan sebagai pelale agar si anak lupa jika dia akan disunat dan tidak merasa ngeri atau takut. Mahmud Ibrahim mengaku mengalami seperti itu.

Saat menakutkan ketika disunat adalah saat diberi Kacu (salah satu bahan sirih) di luka khitan yang kemudian dibalut dengan kain, tidak ada alkohol atau suntik bius. Karena proses ini, seorang Mudim sangat ditakuti anak-anak. 

Sebelum proses khitan hingga kendurinya selalu diawali dengan pakat sara ine, yakni proses bermusyawarah menyelenggarakan hajatan tersebut bersama kerabat dan handai taulan.

Di era moderen, kata Mahmud, khitan dilakukan oleh tenaga medis. Shalawat hilang juga konyel dan Mudim pun tidak ada lagi di Gayo.

Sebagai obat setelah disunat biasanya diberi pangir (pengganti shampo) dari asam (jeruk) Owak atau asam Pepok. Air itu direbus dan dijadikan campuran air mandi. Ini untuk sterilisasi bekas luka agar tidak terkena inpeksi.

Menurut M. Jusin Saleh, saat prosesi sunat, sang Mudim biasanya meminta disediakan Dul Dapur (abu sisa pembakaran di dapur pakai kayu bakar) yang ditampung dalam wadah berok (Batok Kelapa). Gunanya, bagian kulit yang dipotong untuk sementara ditempatkan di Dul Dapur tersebut yang kemudian ditanam di luar rumah. Namun, menurut Mahmud Ibrahim, ada juga Mudim yang membuang potongan kulit tersebut melalui jendela, dan anehnya saat dicari oleh kawan-kawan si anak yang disunat, potongan kulit itu tidak ditemukan.

Di Gayo, saat sunat dilakukan oleh Mudim, usia anak yang di sunat sekitar 6 tahun namun setelah zaman modern dan sudah mengenal pendidikan formal biasanya pada umur 11-12 tahun atau saat seorang anak akan masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau dilakukan saat hari libur sekolah.

Pantangan

Beberapa makanan pantangan sebelum luka khitan sembuh, dijelaskan MK. Bidasari adalah makanan yang bisa mengundang alergi gatal, di antaranya ikan tongkol, ikan asin, daun lemcana, dan makanan bersantan.

Selanjutnya, pantangan lain terkait waktu, bagi anak yang disunat di antaranya jangan keluar rumah saat senja karena biasanya ada angin yang baik saat senja. Selanjutnya, jangan duduk di tempat kotor karena ada Tonger (sejenis kuman, jamur, bakteri atau virus yang bisa menyebabkan gatal-gatal). Kalau kena gigit Tonger (ket ni Tonger) bisa berakibat bengkak dan sakit sekali. Kepercayaan masyarakat Gayo, Tonger berdiam di rerumputan sehingga anak yang luka khitan belum sembuh sangat dilarang bermain-main sebelum sembuh.

Pantangan lainnya tidak boleh Dagi, maksudnya jangan lasak sebelum luka khitan sembuh karena bisa berakibat Murentan, maksudnya kesembuhan luka bisa lama di luar waktu seharusnya sudah sembuh.

Mudim-Mudim Ternama
Sampai tahun 1970-an tercatat sejumlah mudim ternama di Gayo, di antaranya Mudim Bebesen, Mudim Lelabu, Aman Ra’amah, Mudim Belang Gele (Aman Rabu), Aman Bejo yang ternama di kawasan kampung Air-asir hingga kampung Hakim Bale Bujang Kecamata n Lut Tawar. Aman Ali Guru.

Kehebatan Mudim adalah ilmu pemantan (ilmu menghentikan darah dari luka). Selain itu, menurut MK. Bidasari dari amatan langsungnya, ada seorang Mudim hebat (Cap Tuan) bernama Aman Ali Guru yang mampu mengkhitan orang tanpa melalui proses apa pun. “Orang sambil jalan saja bisa dikhitannya,” ujar MK. Bidasari.

Kejadiannya, diterangkan MK. Bidasari ada seorang bujangan warga Takengon yang akan nikah, namun ditunda-tunda hingga pihak keluarga calon pengantin perempuan kesal. Selidik punya selidik rupanya yang bersangkutan belum dikhitan. Setelah mengetahui alasan tersebut, lalu dikonsultasikan kepada Aman Ali Guru dan bersedia berikhtiar mengkhitan si calon pengantin pria terssebut. “Aman Ali Guru meminta penangguhan jadwal pernikahan selama satu minggu, dia meminta disediakan beberapa perlengkapan dan tanpa diketahui ternyata yang bersangkutan sudah terkhitan,” ujar MK. Bidasari.

Aman Ali Guru pernah menjadi ajudan Bupati M. Beni Banta Cut yang menurut Mahmud Ibrahim memang punya banyak kelebihan dari manusia biasa. Dan di Gayo, dulu Mudim tidak ada tarif (biaya) khusus.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun