Mohon tunggu...
khalishah sahda
khalishah sahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Setiap kata memiliki kekuatan untuk mengubah perspektif, membuka hati, dan menciptakan dunia baru, dengan berbagi cerita, opini dan sudut pandang mengenai kehidupan sehari-hari dari perjalanan jiwa yang penuh makna.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Manja ke Peduli: Membantu Anak Usia Dini Belajar Bersabar dan Berbagi

6 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mendukung anak agar lebih bersabar dan mau berbagi dengan lingkungan sekitarnya orang tua, keluarga atau orang dewasa perlu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti dengan melakukan pengulangan dan pembiasaan, pada anak yang seumuran dengan Zavi cenderung membutuhkan pengulangan dan pembiasaan untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan-sehari-hari, orang tua dan kakek nenek Zavi harus konsisten dalam mengajarkan pentingnya berbagi dan bersabar. Misalnya, jika Zavi tidak mau berbagi maka orang tua atau kakek nenek bisa memberikan pejelasan singkat dan jelas, seperti "kita berbagi yuk agar teman kita juga merasa senang" atau "main nya bergantian yaa, Zavi bisa bermain dengan mainan yang lain dulu" Pengulangan pesan seperti ini akan membantu Zavi untuk memahami konsep berbagi dan bersabar.

Melakukan pujian dengan penguatan positif akan membantu anak untuk lebih semangat dalam melakukan kebaikan. Misalnya Saat Zavi menunjukkan sikap sabar atau berbagi dengan teman-temannya, sangat penting untuk memberikan pujian yang tulus dan penghargaan. Penguatan positif seperti pujian, pelukan, atau bahkan memberikan stiker atau hadiah kecil dapat memotivasi Zavi untuk terus mengulang perilaku baik tersebut. Contoh pujian bisa berupa, "Zavi sudah sangat sabar menunggu giliran, hebat!" atau "Zavi sudah berbagi dengan teman, itu sangat baik."

Zavi juga bisa melakukan aktivitas bermain yang melibatkan berbagi dan menunggu giliran bisa sangat efektif untuk mengajarkan Zavi kesabaran dan berbagi. Misalnya, bermain permainan papan sederhana yang mengharuskan anak bergiliran, seperti bermain kartu atau permainan yang menggunakan dadu seperti monopoli. Dengan cara ini, Zavi akan belajar bahwa bermain bersama itu menyenangkan dan lebih adil jika ada giliran. Atau Orang tua atau kakek nenek bisa membacakan cerita sebelum tidur tentang tokoh yang sabar atau suka berbagi, sehingga Zavi bisa terinspirasi dan memahami konsep berbagi dan bersabar dari cerita tersebut. Misalnya, cerita tentang seorang anak yang sabar menunggu gilirannya atau yang berbagi makanan dengan teman-temannya.

Melalui kasus Zavi kita belajar bahwa pendidikan moral dan agama sangat penting bagi anak usia dini untuk masa depan nya serta untuk kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal bersabar dan berbagi. Meskipun Zavi telah diajarkan nilai-nilai tersebut, lingkungan sosialnya terutama peran keluarga sangat penting dan berpengaruh dalam perilaku anak. Para ahli seperti Lev Vygotsy dan Abraham Maslow pernah berpendapat bahwa Lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Interaksi dengan teman sebaya dan dukungan orang dewasa (scaffolding) sangat penting. Pemenuhan kebutuhan dasar anak harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum anak dapat belajar nilai-nilai sosial seperti berbagi dan bersabar.

Selain itu Zavi juga mendapat solusi yang dapat diterapkan sehari-hari, contohnya Pentingnya konsistensi dalam mengajarkan nilai-nilai moral dan agama. Pengulangan dan pembiasaan akan membantu anak internalisasi nilai-nilai tersebut.  Konsistensi dalam pengajaran: Orang tua, kakek, dan nenek harus memberikan contoh dan penjelasan yang konsisten tentang pentingnya berbagi dan bersabar. Penguatan positif: Berikan pujian dan penghargaan ketika Zavi menunjukkan perilaku yang baik. Aktivitas yang melibatkan berbagi dan menunggu: Libatkan Zavi dalam permainan yang mengajarkan konsep berbagi dan giliran. Implikasi  dari kasus ini adalah bahwa orang tua, pendidik, dan masyarakat perlu lebih memperhatikan perkembangan sosial dan emosional anak sejak dini. Kolaborasi antara keluarga dan sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak.

Nama Penulis : Khalishah Sahda N. 

prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun