Pada usia anak usia dini, pendidikan nilai moral dan agama memegang peran yang sangat penting dan menjadi fondasi anak untuk membentuk karakter dan perilaku yang baik. Dalam tahap ini anak mulai belajar berbagai nilai, salah  satu  aspek yang perlu di ajarkan kepada anak dengan baik yakni bagaimana cara bersabar serta berbagi dengan orang lain. Nilai-nilai tersebut dapat di pahami anak jika lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat mengajarkan dan memberikan contoh sehari-hari kepada anak.Â
Pada era sekarang, meskipun sudah mendapatkan pendidikan moral dan agama yang baik, masih banyak anak-anak yang kesulitan untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh dari observasi yang saya lakukan ada pada kasusnya seorang anak yang berusia 4 tahun bernama zavi yang susah untuk berbagi mainan atau makanan ia pegang pada teman sebayanya dan sering menunjukkan sikap yang tidak sabaran. Dalam kasus ini, dapat terlihat bagaimana nilai moral dan agama perlu diajarkan secara lebih intensif untuk membantu anak dalam mengembangkan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.Â
Zavi seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun yang tinggal bersama orang tua dan nenek kakek nya di rumah. Saat di rumah orang tua zavi sudah mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai agama contohnya seperti pentingnya bersabar, dan berbagi dengan sesama. Namun, meskipun sudah mendapatkan mengajaran yang baik, zavi sering menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.Â
Saat bermain di rumah tetangga nya, Zavi sering kali tidak sabar saat bergantian bermain terkadang sampai marah-marah contohnya saat Lefi tetangganya yang berusia 6 tahun sedang bermain mobil-mobilan nya dengan Zavi dan meminta Zavi untuk menunggu dan bergantian untuk memainkan mobil-mobilan tersebut, namun baru  sebentar Lefi memegang mobil itu Zavi langsung merebut mobil-mobil itu dan membawanya pergi, Saat mempunyai jajan pun Zavi terkadang juga tidak mau berbagi kepada teman yang ada di sekitarnya. Padahal orang tua zavi sudah sering mengajarkan untuk berbagi dan bersabar.
Zavi sering kali di titipkan kepada kakek dan neneknya saat orang tua nya bekerja. Hal ini yang membuat orang tua Zavi sering sedikit khawatir, karena menurut orang tua Zavi, kakek dan nenek terlalu sering untuk menuruti apa yang Zavi inginkan dan harus ada pada saat itu juga, saat memiliki jajan, kadang Zavi sendiri yang tidak mau berbagi karena ia merasa jajan itu miliknya padahal nenek pernah mencoba untuk bilang berbagi, tetapi tidak jadi di lakukan agar Zavi tidak nangis atau tantrum. Peristiwa yang seperti ini yang membuat Zavi sering kali tidak mau bersabar dan membuat sikap yang tak ingin kalah terkadang juga jarang mau untuk berbagi.Â
Dari masalah yang dihadapi Zavi bagaimana ia kurang dalam bersabar, tidak mau berbagi ialah permasalahan yang umum ditemui pada anak usia dini. Lingkungan sosial di sekitar anak sangat berpengaruh, misalnya dari lingkungan keluarga sendiri yang sangat berperan besar, harus kompak untuk mengsupport hal baik yang di lakukan anak dan tidak terlalu memanjakan dan menuruti semua keinginan yang diinginkan anak.Â
Dari permasalahan yang di hadapi Zavi, ada beberapa teori perkembangan moral dan agama. Salah satunya pendapat perkembagan sosial dari Lev Vygotsky yang berpendapat bahwa perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan teman sebaya atau dengan teman sebaya. Dalam konteks permasalahan tersebut, Zavi sering dimanjakan oleh kakek dan neneknya, karena hal ini Zavi tidak mendapat kesempatan untuk belajar mengatur diri dan berbagi dengan lingkungan sosialnya.
 Dari hal tersebut orang tua Zavi mungkin merasa khawatir karena kakek dan nenek memberikan kenyamanan yang instan tanpa memberikan kesempatan Zavi untuk belajar bersabar dan berbagi dengan temannya melalui pengalaman sehari-hari. Scaffolding merupakan dukungan yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya untuk membantu anak dalam mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. pendampingan dan bimbingan sangat penting untuk dilakukan agar membantu anak dalam mencapai perkembangan yang jauh lebih tinggi dan lebih baik dalam mengendalikan dirinya untuk lebih bersabar dan berempati pada orang lain, hal ini sangat di tekankan oleh Lev Vygotsky.Â
Pada usia dini, anak-anak seperti Zavi mungkin belum sepenuhnya merasa aman atau memiliki pemahaman yang jelas tentang kebutuhan orang lain di sekitarnya, yang membuatnya lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan dirinya. Jika Zavi merasa bahwa ia mendapatkan perhatian dan pemenuhan kebutuhan secara berlebihan, hal ini dapat menghambat perkembangan empati dan kemampuan untuk bersabar. Hal seperti itu juga berkaitan dengan teori kebutuhan dari Abraham Maslow yang berpendapat tentang teori kebutuhan dasa, kebutuhan dasar seperti rasa aman dan diterima adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi sebelum anak dapat mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, seperti belajar bersosialisasi atau berbagi. kebutuhan primer yang harus dipenuhi sebelum anak dapat mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, seperti belajar bersosialisasi atau berbagi.Â
Dalam islam sengat menganjurkan umatnya dalam bersabar dan berbagi dengan sesama. Ada beberapa ayat Al Qur'an yang mengajarkan nilai bersabar, contohnya dari surat Al-Imran ayat 200 yang berisi "Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung" Ayat ini mengajarkan bahwa kesabaran bukan hanya dalam menghadapi ujian, tetapi juga dalam berinteraksi sosial. Meskipun Zavi mungkin belum dapat sepenuhnya memahami pentingnya bersabar, orang tua atau keluarga dapat mengajarkan dan mengarahkan Zavi untuk lebih sabar dalam menghadapi situasi yang membutuhkan waktu atau giliran, seperti saat bermain dengan teman sebaya.
Al Qur'an juga mengajarkan untuk berbagi dengan sesama, contohnya pada surat Al-Baqarah ayat 267 yang berisi "Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya" Ayat ini mengajarkan pentingnya berbagi dengan ikhlas dan tidak pilih-pilih. Zavi yang belum mau berbagi dengan teman-temannya perlu diberi pemahaman tentang pentingnya berbagi, seperti yang dijelaskan dalam ayat ini. Orang tua atau keluarga bisa mencontohkan berbagi dengan cara yang sederhana dan konsisten.
Untuk mendukung anak agar lebih bersabar dan mau berbagi dengan lingkungan sekitarnya orang tua, keluarga atau orang dewasa perlu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti dengan melakukan pengulangan dan pembiasaan, pada anak yang seumuran dengan Zavi cenderung membutuhkan pengulangan dan pembiasaan untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan-sehari-hari, orang tua dan kakek nenek Zavi harus konsisten dalam mengajarkan pentingnya berbagi dan bersabar. Misalnya, jika Zavi tidak mau berbagi maka orang tua atau kakek nenek bisa memberikan pejelasan singkat dan jelas, seperti "kita berbagi yuk agar teman kita juga merasa senang" atau "main nya bergantian yaa, Zavi bisa bermain dengan mainan yang lain dulu" Pengulangan pesan seperti ini akan membantu Zavi untuk memahami konsep berbagi dan bersabar.
Melakukan pujian dengan penguatan positif akan membantu anak untuk lebih semangat dalam melakukan kebaikan. Misalnya Saat Zavi menunjukkan sikap sabar atau berbagi dengan teman-temannya, sangat penting untuk memberikan pujian yang tulus dan penghargaan. Penguatan positif seperti pujian, pelukan, atau bahkan memberikan stiker atau hadiah kecil dapat memotivasi Zavi untuk terus mengulang perilaku baik tersebut. Contoh pujian bisa berupa, "Zavi sudah sangat sabar menunggu giliran, hebat!" atau "Zavi sudah berbagi dengan teman, itu sangat baik."
Zavi juga bisa melakukan aktivitas bermain yang melibatkan berbagi dan menunggu giliran bisa sangat efektif untuk mengajarkan Zavi kesabaran dan berbagi. Misalnya, bermain permainan papan sederhana yang mengharuskan anak bergiliran, seperti bermain kartu atau permainan yang menggunakan dadu seperti monopoli. Dengan cara ini, Zavi akan belajar bahwa bermain bersama itu menyenangkan dan lebih adil jika ada giliran. Atau Orang tua atau kakek nenek bisa membacakan cerita sebelum tidur tentang tokoh yang sabar atau suka berbagi, sehingga Zavi bisa terinspirasi dan memahami konsep berbagi dan bersabar dari cerita tersebut. Misalnya, cerita tentang seorang anak yang sabar menunggu gilirannya atau yang berbagi makanan dengan teman-temannya.
Melalui kasus Zavi kita belajar bahwa pendidikan moral dan agama sangat penting bagi anak usia dini untuk masa depan nya serta untuk kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal bersabar dan berbagi. Meskipun Zavi telah diajarkan nilai-nilai tersebut, lingkungan sosialnya terutama peran keluarga sangat penting dan berpengaruh dalam perilaku anak. Para ahli seperti Lev Vygotsy dan Abraham Maslow pernah berpendapat bahwa Lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Interaksi dengan teman sebaya dan dukungan orang dewasa (scaffolding) sangat penting. Pemenuhan kebutuhan dasar anak harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum anak dapat belajar nilai-nilai sosial seperti berbagi dan bersabar.
Selain itu Zavi juga mendapat solusi yang dapat diterapkan sehari-hari, contohnya Pentingnya konsistensi dalam mengajarkan nilai-nilai moral dan agama. Pengulangan dan pembiasaan akan membantu anak internalisasi nilai-nilai tersebut.  Konsistensi dalam pengajaran: Orang tua, kakek, dan nenek harus memberikan contoh dan penjelasan yang konsisten tentang pentingnya berbagi dan bersabar. Penguatan positif: Berikan pujian dan penghargaan ketika Zavi menunjukkan perilaku yang baik. Aktivitas yang melibatkan berbagi dan menunggu: Libatkan Zavi dalam permainan yang mengajarkan konsep berbagi dan giliran. Implikasi  dari kasus ini adalah bahwa orang tua, pendidik, dan masyarakat perlu lebih memperhatikan perkembangan sosial dan emosional anak sejak dini. Kolaborasi antara keluarga dan sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak.
Nama Penulis : Khalishah Sahda N.Â
prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI