Mohon tunggu...
Khalishah Ainiyyah
Khalishah Ainiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa SV IPB

Hola! Mahasiswa baru sekolah vokasi ipb prodi komunikasi angkatan 58!♡

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sektor Pertanian Menjadi Sumber Penghasilan Terbesar Warga di Kecamatan Warungkiara

12 Maret 2023   12:23 Diperbarui: 12 Maret 2023   12:32 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sukabumi, 12 Maret 2023-  Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi memiliki sumber penghasilan terbesar dalam sektor pertanian. Sebagian besar masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Hampir 90% warga di Kecamatan Warungkiara berprofesi sebagai petani. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya lahan perkebunan yang terletak di Kecamatan Warungkiara.

Sekitar 2.000 hektar tanah menjadi lahan perkebunan di Kecamatan Warungkiara. Ada lima komoditas besar tanaman yang memiliki lahan cukup luas di Kecamatan Warungkiara. Sekitar 1201 hektar ditanami padi sawah, masing-masing 200 hektar ditanami oleh ubi jalar, ubi kayu dan jagung. Serta perkebunan pisang berisi tiga juta rumpun pisang.

Pada pertengahan bulan Februari, padi sawah menjadi tanaman yang berhasil dipanen oleh petani di Warungkiara. Padi sawah bisa dibilang sebagai tanaman dengan hasil panen yang relatif singkat. Setelah 101 hari atau sekitar 4 bulan dari masa semai, akhirnya padi sawah bisa dipanen. Setelah padi sawah dipanen, para petani di Warungkiara biasanya menjual kepada para pengepul sekitar.

Selain padi sawah, ada pun pengolahan hasil dari kelompok umbi-umbian. Contohnya ubi kayu dan ubi jalar menjadi salah satu komoditas besar tanaman di Warungkiara. Proses panen ubi jalar maupun ubi kayu cukup memakan waktu yang lama. Karena setelah delapan hingga sembilan bulan dari masa tanam, barulah ubi bisa dipanen. Hasil panen ubi kayu biasanya diolah menjadi tepung tapioca.

Pisang Cavendish menjadi daya tarik di Warungkiara

Selain padi sawah dan ubi, pisang cavendish pun menjadi tanaman dengan hasil panen terbanyak di Warungkiara. Lahan seluas 320 hektar di Kampung Lio, Desa Sirnajaya, Kecamatan Warungkiara, ditanami oleh pisang cavendish. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri di Warungkiara. Pasalnya Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil bersama Menteri Koperasi dan UKM (Menkop dan UKM) Teten Masduki pernah melakukan aksi penanaman bibit pisang jenis Cavendish di lahan tersebut tahun 2021 silam.

Tidak hanya tersedia lahan yang luas, namun para petani diberi pengetahuan lanjutan untuk menanam pisang. Pengetahuan lanjutan tersebut diberikan atas hasil kerja sama dengan PT. Great Giant Pineapple (GPP). Hasil penanaman pisang ini dikelola langsung oleh para petani yang tergabung dengan koperasi. Oleh sebab itu, Menteri koperasi turut mendukung koperasi setempat.

Hasil panen pisang tersebut akan dijual ke pihak koperasi sebesar Rp2.500/kilogram. Lalu, koperasi akan menjual lagi seharga Rp4.000/kilogram kepada PT. GPP. Kualitas pisang Cavendish memang tidak perlu diragukan lagi. Proses penjualannya tidak sulit karena sudah bermitra dengan PT. GPP. Selain itu, PT. GPP akan menampung dan menerima hasil panen pisang nanti.

Teknik penanaman para petani Warungkiara

Para petani di Warungkiara bisa dikatakan lebih unggul dalam segi teknologi. Sebagian besar petani di Warungkiara menggunakan pupuk organik untuk tanamannya. Menurut Penyuluh Pertanian Warungkiara, Budi Setiawan mengatakan "Hampir semua jenis komoditi sekarang larinya ke organik, tidak menggantungkan ke bahan kimia. Karena harga juga kan, kalau organik kita memanfaatkan apa yang ada".

Selain harganya yang relatif mahal, pupuk bahan kimia juga bisa menimbulkan efek negatif terhadap tanah. "Dari segi produksi, kimia memang bagus tapi efeknya itu bisa menurunkan produksi pada padi. Kalau pakai organik emang belum maksimal,harus adaptasi dulu. Tapi nantinya setelah dua atau tiga musim ada kenaikan hasil panennya" tambah Budi.

Adapun beberapa hambatan dalam proses budidaya tanaman yang dirasakan oleh para petani di Warungkiara. Penghambat terbesar yaitu serangan penyakit bagi tumbuhan dan hama. Namun saat ini sudah ada petugas yang dikhususkan untuk permasalahan tersebut. Sehingga ketika ada keluhan dari petani, para petugas pembasmi hama akan dikerahkan langsung ke lokasi.

Bantuan supply benih dari pemerintah pun menjadi salah satu faktor pertumbuhan sektor pertanian di Warungkiara. Sebelum adanya pandemi Covid-19 bantuan benih dari pemerintah bisa mencapai lima ton. Namun, saat ini bantuan dari pemerintah hanya lima sampai enam kwuintal saja pertahunnya. Para petani awalnya kesulitan karena hanya menerima bantuan yang tidak mencapai angka separuh dari sebelumnya. Menurut budi "Sekarang ada petani mandiri, yang beli sendiri benihnya. Kita juga rencananya mau melalukan pembibitan di sini untuk para petaninya itu sendiri, rencananya sih itu".

Kurangnya generasi penerus

Kurangnya generasi penerus yang menggeluti sektor pertanian di Warungkiara kini menjadi sorotan. Di Warungkiara kini krisis generasi muda. "Sekarang petani di sini kebanyakan umur 60an mungkin paling muda 55 tahun lah. Mungkin kalau kita gak merekrut dari sekarang itu lima atau enam tahun kemudian mungkin habis gak ada penerus" Ujar Budi.

Untuk mengatasi krisis tersebut, para penyuluh pertanian mulai merekrut para generasi muda untuk bergabung menggeluti sektor pertanian. Dengan upaya penyuluhan yang dilakukan setiap hari agar menarik minat para generasi muda. Saat ini sudah mulai ada kelompok petani milenial. Menurut Budi peningkatan sudah mulai terlihat sekitar 30%. Karena sekarang setiap kelompok tani sudah bertambah anggota sekitar 3-6 orang petani milenial untuk mengatasi krisis kurangnya generasi penerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun