Beberapa bulan berlalu dengan perasaan hambar. Hanya ucapan salam yang berjeda, aku juga sengaja read chatnya sebagai bentuk kecewaku. Setelah itu tidak ada lagi kata yang terkirim ataupun sekedar bertanya kabar.
Baiklah, jika ini terus berlanjut maka tidak ada sudahnya. Aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa kepastian.
“Jadi sekarang mau gimana? Sampai kapan hubungan ini berjalan? Mau kamu apa sebenarnya?”
Ingin aku meluapkan semua uneg dalam pikiran, tapi aku tidak ingin membuang waktu dan dia juga bodo amat.
“Maksud kamu? Kamu mau hubungan ini berakhir? kita baik- baik aja kan?”
“Apa maksud kamu kita? Baik- baik aja?? Apa selama ini kamu pernah peduli?”
Aku membalas dengan kesal, entah dia tidak berfikir atau pura- pura bodoh. Jelas aku marah tapi dia sangat tidak peka.
“Aku benar- benar enggak ngerti dengan maksud kamu.”
Ya Tuhan, Dia masih sok polos tanpa menyadari kesalahannya.
“Untuk kesekian kalinya aku tanya, siapa dia? Sepertinya berkesan banget” Kukirimkan screenshot yang berlatar gelap.
“Itu teman dekat aku”